"Tahun terbaikku saat ini,
menikah denganmu...
menikmati setiap detik bersamamu... dimana aku, kamu dan kita,
menjadi satu... "***
Pacaran halal setelah nikah itu kadang nggak lepas dari drama. Seperti waktu dua purnama yang telah Almer dan Maira lewati. Meski hampir setiap hari selalu sayang-sayangan untuk proyek menghasilkan Almer junior, tapi tetap nggak bisa lepas dari hal yang bikin mereka bertengkar.
Seperti weekend pekan ini, yang sudah mereka rancang dari jauh-jauh hari. Maira jujur tentang keinginannya jalan-jalan ke kebun teh di Puncak dan camping bareng Elano dan Daffa. Cuma satu alasannya, Maira suka anak kecil dan ingin ketemu Daffa.
Maira seperti sedang menguji kesabaran Almer karena berulangkali merengek minta pergi. Suami mana coba, yang rela istrinya pergi bareng 'mantan cinta pertama'. Akhirnya Almer luluh juga.
"Aku mau ikut. Kita harus pergi berdua."
"Makasih kesayangan."
Cup. Maira mencium pipi suaminya.
Istrinya tampak bersemangat mengepak barang, termasuk peralatan camping. Yang membuat Al cemburu, adalah sejarah di balik peralatan camping itu. Dia tahu itu kado dari Elano, karena di luar tas, terajut nama 'dari Elano untuk Maira.'
Dadanya sudah telanjur terbakar. Sehingga malam ini, hasratnya menguap tak bersisa. Ia melihat Maira sibuk menata baju milik mereka berdua ke dalam koper, seolah seperti berat membayangkan mereka berempat dengan Elano dan anaknya, akan menghabiskan liburan bersama.
Sungguh ide yang buruk melepaskan Maira ke kandang macan. Tapi di sisi lain, dia tidak tega ketika Maira terlihat kecewa saat ia di awal mengatakan tidak menyetujui ide itu.
"Kak, aku pengen camping bareng Daffa. Aku cuma pernah video call. Belum pernah ketemu. Daffa itu sama kayak aku. Sudah nggak punya Papa dan Mama. Kan kata Ustadz, kita harus sayang sama anak yatim."
Susah kalau sudah keluar keras kepalanya Maira.
"Oke, ini terakhir kali ya, kita pergi berempat. Setelah itu nggak ada lagi. Terus, aku mau peralatan camping itu dikembalikan ke Elano. Aku nggak mau kamu nyimpen barang dari lelaki lain, selama kamu nikah sama aku."
Almer kesal dan marah. Ia naik ke tempat tidur dan berbalik memunggungi Maira. Istrinya diam dan setelah terdengar suara koper ditutup, isakan halus yang tertahan, membuat ego Almer melunak. Tapi ia tidak peduli. Ia harus menunjukkan kalau dia merasa Maira tidak menghargai sebagai suami.
Langkah kaki Maira menjauh dan istrinya malah memilih keluar kamar. Mau kemana Maira. Ah, ia kan sudah janji nggak akan peduli lagi apa pun itu yang dilakukan Maira. Istrinya ternyata masih belum bisa melupakan pria masa lalunya.Jangan-jangan selama ini, setiap mereka bercinta, Maira membayangkan sosok Elano.
Cepat Almer beristighfar dan menghapus pikiran buruknya. Ia memutuskan untuk tidur lebih awal. Semua akan baik-baik saja dan ia berdo'a semoga rencana mereka pergi camping, dengan Elano dan anaknya, batal.
Menjelang Shubuh, Almer menggigil kedinginan. Sepertinya dia mau flu dan agak demam. Ia membalikkan badan dan terkejut saat mendapati Maira sudah tidur di sebelahnya. Ia semula mengira istrinya akan ngambek dan memutuskan tidur di ruang tamu.
Tampak sisa air mata mengering di sudut kelopak mata Maira. Almer merasa jahat sekali. Tapi siapa pun tahu, kalau Almer sudah marah, memang efeknya bisa dahsyat dan mengerikan. Tapi ini Maira, istrinya, yang telah mengukir nama terlalu dalam, tanpa ia mampu untuk menghapus dari hatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SERENADE CINTA
RomanceAlmer merasa dijebak oleh kedua orangtuanya, untuk menikahi seorang gadis bernama Maira. Tidak ada yang menarik dari seorang Maira selain penampilannya yang kuno dan warna hijab yang dipakainya itu-itu saja. Berkisar coklat, biru tua, hitam dan abu...