SH - 9

12.5K 490 40
                                    

Maaf jika banyak typo :)

.
.
.
.
.

Warning 21++

Ruangan temaram itu kembali menjadi saksi, saksi yang membisu. Elard tahu semua ini salah! tanpa sadar pria itu membalas pagutan yang sedari tadi menunggu balasan, tak perlu menunggu waktu terlalu lama sampai ia harus bergairah bahkan saat ini entah sejak kapan kemeja miliknya beralih tempat.

Elard melepas kilatan nikmat itu dengan pembalasan yang tak kalah bergairah, ia tahu bahwa mereka adalah seseorang yang dewasa. "kau ingin kita kembali melakukannya?" bisik Elard di sela-sela cecapannya terurai meninggalkan kembali tanda kepemilikannya di sana. Bahkan Vanya tak keberatan jika pria itu kembali memberikan kissmark di tempat yang pria itu sukai.

'Memangnya sejak kapan kau melakukannya El? jika wanita itu masih perawan jelas ia akan tahu jika kau tak melakukannya.'

Elard bungkam dengan seribu pertanyaan dalam otak sadarnya, entah sejak kapan pria tampan dengan berbagai kekayaan itu merasa kali ini berbeda. Ada setitik rasa penasaran di dalamnya, Elard sangat menyukai wanita yang masih mempertahankan keperawanannya dan dia akan dengan senang hati mengeluarkan berapa lembar uang untuk merampasnya, Elard terkekeh kecil ketika ia dengan sadar membeli keperawanan seorang gadis berusia dua puluh tahun dengan harga sepuluh milyar, astaga!

sempat Elard menggelengkan kepala dan ia benar-benar merasa pria paling bodoh, memang aura kekuasaan berdasarkan uang itu memang begitu mudah melupakan norma-norma kemanusiaan, ia memang selalu dengan mudah mendapatkan apa yang ia inginkan. Terkadang hanya dengan menunjuk saja mereka, para orang kepercayaan Elard akan sangat paham dengan keinginannya.

Elard mengerjapkan kembali kedua manik miliknya dan kesadaran itu sepenuhnya berpihak kepadanya. Sudah terlalu lama mereka hanya bermain ringan, "kau berbeda Van." harus ia ulangi kembali tentang kode perasaannya, saat ini detik ini juga Elard bersumpah akan memasukinya.

Vanya mengelus rahang kokoh itu dengan teratur dan hati-hati sampai seulas senyuman itu tersungging di bibir merahnya, "kenapa harus kau?"

"Kenapa kau hadir dalam hidupku di saat rumah tanggaku sedang bermasalah."

"Bahkan aku tak tahu harus mengambil langkah yang mana? jika kau berada di posisiku apa yang akan kau ambil menjadi sebuah keputusan El?"

Tatapan sendu dengan banyak kesedihan itu membuat dadanya sesak, amarahnya meninggi. Elard tak suka wanita itu bersedih, ia tak suka jika wanita itu menangis.

"Jangan menangis," ucap Elard dengan meraih tangan Vanya, ia meletakkannya tepat di dada bidangnya. "jika kau berani melepaskan pria itu, aku berjanji akan memberikanmu kebahagiaan."

Vanya terkekeh, "apa itu sebuah penawaran? aku tak tahu harus mengambil keputusan yang mana El, keduanya sangat membebani hidupku."

"Pria bukan hanya Brian Luxio!"

"Ada aku."

Ucapan sederhana itu berhasil menyurutkan gelak tawa Vanya, sejujurnya ia tertawa bukan bahagia melainkan Vanya sadar jika ia wanita bodoh dengan mempertahankan seorang pria yang justru tak ingin hidup bersamanya.

"Lupakan semua masalahmu saat ini, setelahnya akan ada desahan saja." Elard menyeringai tanpa sabar pria itu mulai melepaskan setiap helai benang yang bersatu menjadi sebuah pakaian di tubuh Vanya dengan di gantikan menjadi full naked membelai setiap inci lekuk tubuh mulus itu dengan jemari tangannya.

Elard menelusurinya dengan kecupan-kecupan hangat memberikan sensasi nikmat untuk sang empu nya. Memberikan khayalan seperti terbang dengan di temani banyak burung, Elard sampai di titik pusatnya area paling sensitif untuk setiap wanita hanya kali ini ia ingin merasakan aroma serta hal lain yang membuat setiap pria tak bisa menahan godaan untuk memasukinya.

SURROGATE HUSBAND Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang