VANYA & ELARD
Mungkin ini hanya kisah klasik, sebagai seorang istri Vanya tahu jika kebahagiaan bukan hanya sekedar harta, kehangatan dalam rumah tangga sangat ia butuhkan saat ini. Vanya sangat mencintai suaminya namun perasaan itu lambat laun lunt...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Warning 21++
. . . . .
Megan nampak resah, dahinya sudah di penuhi peluh menahan setres. Wanita itu terus menerus memperhatikan sekitar, "Van? sebaiknya kau pulang."
"Tidak! aku masih ingin disini Megan."
"Kau sudah sangat mabuk? lagi pula masalah apa yang membuatmu tanpa sadar memakai piyama malam lalu duduk di nightclub sendirian?"
Vanya terkekeh pelan, matanya mengerjap beberapa kali. "Semua ini gara-gara pria menyebalkan itu! kau tahu Megan? solusi tadi siang yang kita bicarakan...."
Vanya menggantung ucapannya wanita itu kembali menenggak Vodka yang tersisa di dalam gelas dengan sekali teguk minuman beralkohol itu sudah lenyap dari tempatnya, "Aku berniat meminta sarannya setelah kami bercinta, tapi pria itu lebih memilih bermesraan dengan setumpuk berkas beserta laptop miliknya."
Memang bodoh.
"Lihatlah aku sudah seksi bukan?" Vanya memperagakan posisi duduk dengan belahan paha yang terekpose jelas, putih dan mulus membiarkan para pria hidung belang menontonnya secara gratis, "Dia menolak melakukan hubungan intim denganku, katanya aku sibuk! aku banyak pekerjaan! dasar bedebah sialan!"
Megan nampak ber oh ria, ternyata kehidupan setelah menikah jauh lebih rumit. "Hentikan aksi konyolmu itu! kau nampak seperti seorang jalang."
Vanya menggebrak meja pantry dengan gelas, "Apa aku nampak seperti seorang jalang? aku hanya ingin di puaskan dasar bodoh!"
Megan mengangguk-anggukkan kepalanya dengan penuh permohonan maaf atas ulah temannya mereka menjadi tontonan para tamu lain, sudah habis kesabarannya Megan memilih untuk pergi sejenak menuju toilet wanita membiarkan Vanya dengan segala racauan memalukan itu sendirian.
Megan mengangkat bokongnya di susul sebuah tas ia tenteng di satu tangannya tergantikan oleh seorang pria tampan duduk di sebelahnya tanpa Vanya sadari jika lawan bicara sudah berubah lawan jenis. Pria itu berpenampilan sedikit kusut namun tak meninggalkan aura ketampanan miliknya, pakaian casual begitu menarik perhatian beberapa kali seorang wanita bergilir untuk menggodanya atau bahkan ada yang jauh lebih terang-terangan menggodanya untuk berbagi masalah di atas ranjang.
Pria itu hanya tersenyum smirk tanpa menjawab atau merespons untuk malam ini saja ia hanya ingin menghabiskan malamnya dengan minuman beralkohol tanpa teman ranjang atau aktifitas panas seperti biasanya.
Pria itu tak memperhatikan gerak-gerik Vanya yang semakin tak terkontrol, "kau tahu megan?"
Megan? siapa dia? batin pria itu dengan menoleh jengah, mau tak mau ia mengalihkan pandangannya tepat kearah samping di mana seorang wanita dengan piyama tidurnya meracau tak karuan.