Yeonjun membuka pintu rumahnya dengan langkah berat.
Kuliahnya hari ini lumayan menguras tenaga. Tugas yang berjajar, kuis mendadak, aktif di BEM dan beberapa UKM juga banyak menyita waktu dan energinya.
Beberapa hari lagi akan diadakan penyambutan Mahasiswa baru atau yang biasa disebut MOS, Masa Orientasi Siswa atau OSPEK. Menjadi panitia kegiatan tersebut jelas membuat Yeonjun menjadi sibuk. Ditambah ia yang juga akan ikut serta dalam mempromosikan UKMnya.
Latihan padat dan pikirannya yang dituntut untuk bekerja lebih saat mempersiapkan kegiatan OSPEK itu membuat jiwa dan raganya runyam, serasa mau meledak saja.
Yeonjun meletakan tasnya diatas kasur dan juga melemparkan dirinya ke kasur yang sama. Matanya terpejam. Tubuhnya lelah dan membutuhkan istirahat sekarang.
Sebelum rasa geli yang disebabkan bulu bulu halus itu menyapa telapak kakinya.
Yeonjun bangkit. Melongok ke bawah dan melihat, kelinci bulatnya yang menatap dia senang.
"Hai, Ddubin. Maaf aku lupa nyapa kamu" ujarnya sembari membawa buntalan itu ke atas kasur.
Yeonjun kembali membaringkan tubuhnya dengan posisi kepala yang menyamping, memandang si kelinci putih bercorak coklat yang sedang berlari larian senang diatas kasurnya.
Senyuman terbit diwajah tampannya. Rasa lelahnya perlahan menguap saat melihat kelinci hyperactive yang sudah mengisi hari harinya. Yeonjun tidak pernah menyangka kalau hanya dengan melihat buntalan itu berlari larian senang dan berakhir dengan menubrukan badan bulatnya pada Yeonjun bisa membuat mood Yeonjun berubah seketika.
Yeonjun merubah posisi tidurnya menjadi menyamping, mempermudahnya untuk memperhatikan buntalan itu lebih seksama.
Takut takut si Ddubin itu jatuh lagi dari kasur seperti kemarin malam, membuat Yeonjun khawatir setengah mati. Apalagi setahunya, kelinci itu bukan hewan sekuat kucing yang diibaratkan memiliki 9 nyawa.
Oleh karena itu setelah jatuh, Yeonjun segera membawa badan bulat itu, dia taruh di gendongan dan dia usap lembut, takut kelincinya itu sakit, memar, atau bahkan patah tulang.
Tapi si Ddubin ini sepertinya sedikit tidak tahu diri.
Disaat tuannya khawatir seperti itu, dia malah terlihat menikmati elusan tuannya hingga kemudian tertidur pulas di gendongan Yeonjun.
Yeonjun sih senang senang saja. Melihat kelincinya baik baik saja juga terlihat senang dan nyaman saat bersama dengannya cukup membuat perasaan bahagianya membludak.
Yeonjun bahkan mendedikasikan diri sebagai bucin no #1 si Ddubin.
Karena membucini people people itu sudah terlalu mainstream. Yeonjun kan suka yang anti-mainstream. Jadi tidak ada salahnya untuk mencoba menjadi bucin kelincinya sendiri.
"Eit, kamu mau kemana, hm? Mau ngejatohin diri lagi? Iya? Suka banget sih ngebuat aku khawatir" Yeonjun berucap setengah mengomel setelah bangkit secepat kilat saat melihat kesayangannya—iya, si Ddubin—hampir jatuh lagi dari atas kasur.
Fiks. Yeonjun terlalu lama jomblo.
Yeonjun membawa buntalan itu ke tengah kasur, dengan dia yang tengkurap dan tangannya membentuk sebuah lingkaran, pembatas agar kelincinya itu tidak dalam kondisi warning lagi.
"Disini aja. Jangan kemana mana"
Seakan mengerti, buntalan itu melanjutkan kembali aktivitas-mari-berlari-sampai-puas-di-kasur-Yeonjun walaupun di daerah yang dikelilingi oleh tangan tuannya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello, ddubin! - yeonbin
FanficYeonjun tidak pernah tahu, kalau kelinci yang dia bawa dari tempat penampungan hewan itu bukan kelinci 'yang sebenarnya' *** "Hai, Ddubin. Semoga kita bisa jadi temen baik ya" Kelinci putih dengan sedikit corak coklat itu memiringkan kepalanya lucu...