17 : Hueningkai

9K 1.6K 860
                                    

[Edit]

HAPPY YEONJUN DAY UWUUUU ❤️✨

OUR HANDSOME, SEXY, HOT AF AND GREAT DADDY (KARENA MOMMY ITU SOOBIN)

ITS LATE BUT WHATEVER AKSJKSKSK KEBANYAKAN DIEM DIRUMAH BIKIN LUPA TANGGAL 😭😭

HOPE ALL THE BEST FOR YOU JUNNNNN!!! ❤️❤️✨

***

"Bin, tadi kepala aku kehantam sama bola voli masa. Nih, masih benjol banget. Sialan"

Sekarang ini, sepulangnya dari kampus, Yeonjun tengkurap diatas kasur dan didepannya ada si kelinci buntal yang setia mendengarkan ceritanya dikampus hari ini.

Sebelah tangannya mengompres bagian kepala yang benjol menggunakan es, sementara sebelahnya lagi mengurung buntalan berwarna putih-coklat itu agar diam didepannya.

"Waktu ngedatengin ruang dosen, ikut kena semprot dosen killer karena si memble itu sering bolos dikelasnya dan bilangnya kabur ke rumah aku. Katanya aku ngedukung tindakan kriminal dia buat bolos kelas. Padahal kan aku gak tau apa apa. Ngejual nama temen banget si anjir" Yeonjun ngumpat, tapi cuman berbentuk gumaman kurang jelas agar kelinci bulatnya tidak mendengarkan kata kata nggak layak dengar untuk buntalan uwu sepertinya.

"Terus ya, aku ditimpuk dosen karena ketiduran dikelas dan PAS BANGET kenanya di benjolan hasil hantam bola voli tadi. Ya gimana dong kemarin aku begadang karena dia tiba tiba ngemajuin deadline tugasnya. Katanya bulan depan lah tiba tiba harus dikumpulin tadi. Untung aja aku udah beres setengah, sementara temen temen aku banyak yang belum ngumpulin. Tapi kan tetep aja, seenaknya banget! Cih. Aku—adededeh"

Setelah nyerocos cukup panjang, Yeonjun meringis karena karena nyut nyutan benjolan dikepalanya itu mulai terasa kembali.

Yeonjun menghembuskan nafasnya berat. Ia menelusupkan wajahnya lesu diatas kasur, kembali meringis pelan. Kali ini, benjolan didahi kirinya tertekan terlalu keras akibat ia yang menaruh wajahnya sekaligus.

Buntalan itu—Ddubin, menatap pucuk kepala Yeonjun yang terhampar didepannya sekarang. Tangan kecilnya terulur, menepuk kepala tuannya pelan sebelum mengelusnya dengan lembut.

Yeonjun mendongak saat merasakan ada tangan kecil yang mengusapi kepalanya. Ia menemukan buntalannya yang menatapnya errr khawatir—mungkin?—dan kedua telinga kelincinya menurun, semakin menunjukan bahwa ia memang mengkhawatirkan Yeonjun. Tubuh bulat itu merentangkan tangannya, memeluk kepala Yeonjun dengan masih mengusapi kepalanya pelan.

Si rambut pirang tersenyum senang. Ia balas memeluk kelinci bulat itu dan menggigiti perut gendutnya gemas.

"Bin, mau liat benjolannya? Nih" Yeonjun menunjukkan benjolan berwarna hijau keunguan itu ke depan kelincinya, "Gede banget kan benjolnya?" lanjutnya.

Ddubin memperhatikan sesuatu yang menonjol didahi kiri tuannya itu. Ia rasa pernah melihatnya, bentuk bulat seperti itu pernah ia lihat. Apa ya namanya?

'Bo.....'

'Bol.....'

'Bolk.....'

'Bolka.....'

'Bo.....la? Bola? Bola!'

Ddubin senang karena bisa mengingatnya. Kedua telinga panjangnya naik dan ikut bergerak gerak senang. Ia menonton itu dari televisi omong omong.

'Bola, boleh main? Ddubin, bola, main? Main!'

Buntalan itu mengingat ngingat apa yang harus dilakukannya untuk bermain bola. Dan kalau tidak salah...... harus ditendang atau dipukul.

Hello, ddubin! - yeonbinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang