Wattpad Original
Ada 5 bab gratis lagi

1. Galila Shakayla

97.8K 5.9K 211
                                    

1. Galila Shakayla

Athar menuruni anak tangga dengan langkah-langkah terayun mantap. Dasi silver bergaris melingkar longgar di lehernya, dengan jas yang ia dekap di lengan kanan, sedang lengan kiri menenteng tas kerja. Tiba di lantai bawah, ia disambut dengan wangi masakan yang berhasil membuat indera penciumannya tergiur.

Lelaki itu meletakkan tas dan jasnya di sofa. Baru kemudian mengayun langkah ke dapur dan mendapati Galila sedang mencuci perkakas dapur. Di atas kompor ada panci bergagang yang mendesis pelan, dan menguarkan aroma wangi.

Athar diam cukup lama, hanya memperhatikan Galila yang bergerak lincah ke kanan dan kiri. Setiap pagi, perempuan itu memang tak pernah bosan membuat sarapan untuknya, menyajikannya dengan sederhana namun selalu sukses membuat Athar menghabiskan sarapannya. Hingga kemudian, bola matanya menemukan Galila yang membalikkan badan dan mengulas senyuman hangat ke arahnya.

Seulas senyum yang Athar pastikan bisa membuat beberapa lelaki menoleh berkali-kali, namun, tidak dengannya. Senyuman itu tetap hambar, tidak pernah sampai ke hatinya.

"Mas udah turun, mau sarapan sekarang atau aku buatin kopi dulu?" Galila bersuara. Suara jernih yang teramat merdu menyapa indera pendengar Athar, dengan satu kalimat yang juga hampir mirip setiap harinya.

"Kopi," jawab Athar sembari menarik kursi meja makan. Di atas meja sudah ada sandwich dan segelas teh hangat. Itu milik Galila. Kebiasaan perempuan itu yang membuat Athar mengernyit dalam. Biasanya perempuan lain akan menyiapkan jus jeruk, susu atau minuman lainnya untuk sarapan, dan bukannya teh hangat yang hanya manis jambu. Athar pernah mencicipi teh itu, benar-benar hampir mendekati teh tawar. "Dan dasi," imbuhnya, ketika melirik ke arah leher dan menemukan dasinya belum terikat.

Galila membawa cangkir keramik berisi kopi hitam dengan takaran gula yang selalu disukai Athar, tidak terlalu pahit dan tidak terlalu manis. "Aku bikin sup ayam, Mas mau sarapan pakai sandwich atau sup? Bentar lagi supnya matang," ucapnya sembari meletakkan cangkir kopi di hadapan Athar.

Athar melirik arloji yang melingkar di pergelangan tangannya, masih ada cukup banyak waktu. "Aku ingin sup saja dan dasi dulu, selagi menunggu kopiku sedikit lebih hangat," ungkapnya sembari memundurkan kursinya dan kembali berdiri. Berhadap-hadapan dengan Galila.

"Silver yang bagus. Jadi, pantas Mas suka dasi ini," ucap Galila, sementara jemarinya melakukan tugasnya mengikat dasi Athar. Tatapannya terarah untuk melihat dengan saksama proses mengikat dasi itu, yang selalu ia lakukan selama bertahun-tahun ini di pagi hari, setiap harinya.

Athar menurunkan tatapan, melihat bulu mata lentik Galila juga rambut perempuan itu yang sudah digelung rapi ke belakang. Tinggi perempuan itu hanya sebatas bahunya. Sebenarnya, Galila tidak terlalu pendek, hanya ia yang terlalu tinggi. "Silver membuatku merasa percaya diri."

Galila menengadah, mengulas senyuman manis. Teramat manis. "Tanpa silver, aku tahu kamu udah sangat percaya diri." Ia berkedip pelan, lalu kembali mengarahkan tatapan pada ikatan dasi Athar yang telah selesai. Ia merapikannya sedikit, juga mengusap lembut kemeja Athar di bagian dada, baru setelahnya mundur selangkah. "Aku siapin sarapan dulu."

Setelah mengatakan itu, Galila segera berbalik, kembali ke depan kompor untuk mencicipi supnya terakhir kali, baru setelahnya mematikan kompor.

Dan di tempatnya berdiri, Athar memejamkan mata. Istrinya terlalu baik dan terlalu menawan. Dasi silver yang kini melingkar di lehernya dengan apik adalah kado ulang tahunnya dari kekasih hati–yang amat ia cintai. Lima tahun lalu. Sebelum akhirnya ia terpaksa menikah dengan Galila.

Dan Galila tahu, tentu saja. Karena Athar sempat marah pada Galila saat ia tidak menemukan dasi silver-nya di pagi hari tanggal tiga belas di bulan Juli. Hari jadiannya dengan sang kekasih, dahulu. Athar selalu mengenakan dasi itu setiap tanggal tiga belas hampir di setiap bulannya. Karena itu selalu mengingatkannya bahwa sebelumnya ia pernah memiliki hati. Pernah memiliki cinta. Sebelum akhirnya terenggut secara paksa.

Sepotong Hati Tanpa NamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang