5. Satu Kesenangan
Athar menghentikan laju mobilnya beberapa meter di depan gerbang taman kanak-kanak tempat Galila mengajar. "Nanti kamu pulangnya pesan taksi online aja, enggak apa-apa, kan?" tanya Athar sembari memberi atensi pada Galila yang melepas seatbelt.
Galila membalas tatapan sang suami dengan seulas senyum di bibir menyertai. "Enggak apa-apa kok, Mas. Makasih udah diantar," ucapnya tulus. Hanya diantar Athar ke sekolah saja, itu sudah lebih dari cukup membuat Galila begitu bahagia. Sepanjang perjalanan tadi, Galila berusaha keras untuk tidak mengulas senyuman lebar dan menahan debaran jantungnya agar tidak terdengar seperti genderang perang. Dia khawatir, Athar justru akan mendengar debarannya yang mungkin akan membuat lelaki itu mencibir atau tergelak tawa.
"Kalau enggak meninjau lokasi proyek siang ini, aku pasti akan menjemput kamu."
Galila yang sudah membuka pintu mobil kembali menoleh ke arah sang suami. "Beneran enggak apa-apa, Mas. Nanti sepulang sekolah aku panggil orang bengkel buat benerin motor, jadi besok-besok Mas Athar enggak perlu khawatir aku pulang pakai apa."
Bagi Galila yang terbiasa berangkat dan pulang sekolah sendirian, mendapat perlakuan istimewa dari Athar membuat hatinya begitu berbunga, namun di satu sisi justru terasa ganjil. Perhatian dan sikap lembut Athar sangatlah tiba-tiba.
Perempuan itu tahu, ia tak boleh berprasangka buruk. Namun, kekhawatiran itu justru semakin membumbung. Takut jika perasaannya yang melambung tinggi penuh bunga justru akan jatuh tanpa ampun hingga remuk tak bersisa.
"Kamu berpikir kalau aku yang mengantarmu jadi beban tersendiri untukku?"
Galila mengerjap. "Enggak. Bukan seperti itu," ucapnya cepat. Dia tidak berpikir ke arah sana sama sekali.
"Lalu apa? Hingga kamu begitu ingin cepat-cepat memperbaiki sepeda motormu."
Tadi, saat Galila akan berangkat dan menstater matic-nya, motor merah kesayangannya itu tidak mau menyala. Entah karena apa. Padahal, bahan bakarnya masih banyak dan ia pun rutin sevice motor setiap beberapa bulan sekali.
"Biar aku bisa berangkat dan pulang sekolah sendiri, Mas." Galila menyahut ringan. "Sudah, aku turun dulu." Dia pamit, namun lebih dulu mengulurkan tangan dan menjabat tangan Athar untuk dia kecup.
"Keras kepala, sama sepertiku," gumam Athar lirih. Ada senyuman teramat samar yang menghias di bibirnya. Tangan kirinya sudah terangkat ingin mengusap puncak kepala Galila, namun urung ia lakukan karena sang istri segera menegakkan tubuh.
"Mas Athar hati-hati, ya. Aku sekolah dulu," pamit Galila sekali lagi. Kali ini sungguhan menjauhkan tubuh dan keluar. Membiarkan Athar yang terpaku di tempatnya duduk. Tangan kiri yang sebelumnya terangkat akhirnya ia pakai untuk mengusap wajahnya sendiri.
Demi apa, saat ia melihat Galila keluar mobil, ia sempat ingin menarik perempuan itu untuk kembali duduk dan ia hadiahi sebuah kecupan di kening sang istri.
Lalu, untuk apa ia menahan diri?
Galila adalah istri sahnya.
Bukan hal yang salah jika pun Athar memberi perhatian lebih pada Galila.
Namun, Athar sudah terbiasa membuat jarak. Membangun benteng yang tidak ingin ia runtuhkan, sekali pun di depan Galila.
Athar menyalakan mesin mobilnya, dengan sekali lagi melirik ke arah Galila, yang kali ini tampak disapa oleh Erika. Dua perempuan itu saling menebar senyuman amat lebar. Dan Galila yang menjadi fokus Athar, perempuan itu tampak memukau dengan tawanya di pagi yang hangat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sepotong Hati Tanpa Nama
RomansaGalila Shakayla tahu pernikahannya selama empat tahun tidak sempurna karena hanya satu hati miliknya yang menjembatani hubungannya dengan Athar. Tetapi, ketika akhirnya hati milik Athar muncul ke permukaan, apa yang harus Galila lakukan ketika hati...
Wattpad Original
Ada 1 bab gratis lagi