Wattpad Original
Ada 4 bab gratis lagi

2. Handaru Atharrazka

63.8K 5.4K 168
                                    

2. Handaru Atharrazka


Galila mengajak Erika untuk mampir ke salah satu kafe tidak jauh dari sekolah tempatnya mengajar. Dan seperti janjinya, Galila memesan dalgona coffee yang membuat Erika mengerling kegirangan. Sekadar satu gelas dan sang kawan sudah sebahagia itu.

Kebahagiaan memang seperti itu, tidak melulu ditakar dengan hal-hal besar. Yang kecil dan sederhana saja sudah lebih dari cukup membuat seseorang bisa mengulas senyuman tulus penuh rasa terima kasih.

Seperti ia yang hanya mendapat ucapan selamat pagi dibonusi senyuman manis sang suami, Galila akan mengulas senyuman sepanjang pagi. Seolah ia baru saja mendapat durian runtuh. Tiba-tiba, sekelebat pikiran mampir di benaknya, kalau dia mengajak Athar untuk nongkrong di kafe layaknya pasangan lain, apa lelaki itu akan mau?

Galila menggeleng pelan sembari menyesap minumannya. Dia lupa, kalau ia dan Athar tidak seperti pasangan lainnya. Tidak ada istilah dimabuk cinta dalam hari-harinya. Cinta itu terjadi hanya pada dirinya seorang, tidak dengan sang suami.

Iya, Galila jatuh cinta pada Athar. Bukan sejak kali pertama menatap lelaki itu saat dikenalkan dahulu. Namun, saat melihat Athar menjabat tangan ayahnya untuk ijab kabul. Dan, saat Athar memperlakukannya teramat lembut, menyentuhnya untuk pertama kali, seolah dia adalah perempuan paling berharga yang teramat Athar cintai.

Galila terbuai. Lupa ingatan. Tidak mempedulikan bagaimana Athar sempat menatapnya benci beberapa hari sebelum pernikahan mereka.

Dan setelah malam itu, bukannya membunuh segala tunas rasa yang ia simpan untuk Athar. Perasaannya justru semakin berkembang pesat, tidak dapat dihentikan. Kerja cinta memang seperti itu, yang ingin dibuang dan dilupakan, justru semakin pekat membayang.

Sampai detik ini, Galila terjebak dengan cinta sepihak. Mati-matian ia menyembunyikan perasaannya, agar tidak meluap ke permukaan dan menuntut balasan. Karena ia tahu, balasan untuk cintanya dari Athar adalah satu hal yang mustahil. Dia bersikap begitu biasa sepanjang hari saat bersama Athar. Tak ingin menunjukkan sebesar apa cinta yang ia miliki untuk lelaki itu.

Karena bukan tidak mungkin, jika Athar tahu perasaan yang ia miliki, lelaki itu akan menindasnya lebih keji. Eum, penindasan berlebihan sepertinya. Lebih ke arah Athar yang akan bertindak semena-mena pada perasaannya.

"La."

Panggilan Erika membuat Galila yang terdiam dan asyik mengaduk minumannya, menengadah, dihiasi satu alis perempuan itu yang terangkat. "Ada apa?"

"Athar."

Galila mengerjap. Dia merasa sangsi tiba-tiba. Jangan-jangan Erika bisa membaca apa yang ia pikirkan sejak tadi.

"Dia di sini."

Kalimat pendek berikutnya yang berhasil tertangkap gendang telinga Galila berhasil membuat sudut bibir perempuan itu sedikit mengembang. "Enggak mempan tuh, sama bualan kamu."

Athar datang ke kafe yang jaraknya tidak begitu jauh dari sekolah Galila, itu merupakan hal yang tidak mungkin. Kantor Athar berlawanan arah dari tempatnya sekarang. Dan hampir dua tahun ini, sejak Galila mulai mengajar, tidak pernah sekali pun Athar datang ke sekolahnya. Bukankah sudah Galila katakan, ia dan Athar memiliki dunia sendiri. Tidak ada dalam kamusnya, antar jemput pasangan untuk bekerja.

"Aku enggak membual. Lihat ke pintu masuk sekarang." Diakhir kalimat Erika menegaskan kata-katanya, sembari mengedikkan dagu, menunjuk tempat di mana pintu masuk berada.

Galila mendengkus, namun kepalanya tetap menoleh ke arah yang Erika tunjuk. Dan waktu seolah berhenti detik itu juga ketika manik matanya menemukan sang suami sedang melewati ambang pintu. Tampak begitu gagah dengan lengan kemeja yang digulung sesiku dan satu kancing kemeja bagian atas sudah terbuka. Tidak ada dasi silver yang lelaki itu sukai. Mungkin sudah tenggelam di saku celana atau sudah dibuang ke tempat sampah.

Sepotong Hati Tanpa NamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang