Pagi-pagi sekali Ellena sudah siap buat pulang ke Surabaya, bahkan sudah memesan tiketnys semalam. Sebenarnya jadwal mereka semua pulang baru sore nanti. Tapi dia ingin segera kembali pulang.
Victor yang mengetahui rencana itu menawarkan diri menemani Ellena selama perjalanan, ia tidak menolak atau menyetujui. Karena Ellena enggan berdebat dengan Victor. Victor tahu Ellena sedang dalam kondisi yang kurang stabil, baik emosional ataupun kesehatan. Dia ingin menjaga dan memastikan Ellena sampai di rumah dengan selamat.
Setelah sampai di lobby bandara Juanda, ketidakberuntungan kembali menghampiri Ellena lagi. Jacob juga ada disana, menunggu jemputan. Sama seperti dirinya dan Victor yang akan dijemput sopir Victor. Jacob yang tahu sosok Ellena langsung mendekat. Dengan seringai menghina.
"Apa kabar sayang??
Urusan kita kemarin belum selesai lho. Kamu udah pergi aja." Sapa Jacob berbisik di telinga Ellena tanpa permisi.Ellena ketakutan, untuk melangkahkan kakinya ia tak sanggup. Ia hanya memalingkan wajahnya, lalu reflek memegang lengan Victor kencang. Ellena ingin menangis, tapi dia tahan.
Jacob yang tahu Ellena ketakutan semakin mengejeknya.
"Wah sombong ya kamu, diem aja. Apa karena pacar kamu baru ya, belum tahu kelakuan kamu? Pacar kamu kemarin kemana? Jijik ya ma kamu? Udah ganti lagi."" Please pay attention to your words. I think you've gone too far." Victor mendorong mundur Jacob, karena sudah sangat dekat dengan Ellena, dan membuat Ellena semakin ketakutan. Padahal menurut Victor, Ellena bukan tipe wanita yang mudah dilecehkan. Pasti akan membalas, kali ini Ellena diam dan ketakutan. Pasti pria didepannya ini sudah sangat keterlaluan.
"Wah, Anda belum tahu siapa wanita ini sebenarnya. Dia itu hanya, Bit*h." Jacob mengatakan itu sambil tertawa.
Victor yang emosi langsung menghajar pipi kanan Jacob dengan keras. Karena terjadi keributan, beberapa satpam langsung melerai. Ellena menarik Victor menjauh.
Sebelum akhirnya bertambah ribut, sopir Victor sudah datang. Ellena lalu menarik Victor membawanya masuk ke mobil. Victor menatap lelaki gila itu penuh permusuhan.
" Are u okay Ellena?" Ellena diam mengangguk, tapi tangannya bergetar. Dia langsung otomatis teringat kejadian malam itu. Kejadian penyebab hidup Ellena kacau.
"Aku temanmu Ellena. Aku ada buat kamu. Aku gak akan mengambil keuntungan darimu. Niat aku tulus. Jika kamu siap, ceritakan padaku. Aku siap mendengarkan. Tidak harus sekarang. Sekarang kuantar kamu pulang." Ucap victor tegas.
"Thanks. I'm okay. I will be fine." Hanya itu yang keluar dari mulut Ellena. Setelah itu diam seribu bahasa selama perjalanan.
"Sudah sampai Ellena. Hubungi aku jika kamu membutuhkanku. Kapan pun aku akan datang." Ketulusan Victor yang terus ia tunjukkan.
"Terimakasih banyak Vic. Maaf aku gak bisa ajak kamu masuk. Aku akan menghubungimu." Ellena keluar mobil dan segera masuk rumah.
"Ellena??!" Papa memanggilnya karena Ellena datang pagi-pagi. Seingatnya putrinya bilang akan pulang nanti malam.
"Iya pa. Maaf Ellena lupa memberi tahu kalau tiket pesawat nya dimajuin. Papa mama sehat kan? Ellen kangen." Memeluk papa penuh rindu.
"Sehat sayang. Mama sangat sehat, dia juga sedang bahagia. Kami harap kamu juga akan bahagia." Mengelus punggung tangan putrinya.
"Kalau gitu Ellen ke kamar dulu ya pa." Pamitnya langsung naik ke kamar.
*****
Seharian mengurung diri dikamar. Berbaring diranjang mengelus-elus perut ratanya. Menimbang-nimbang perlu menelpon Dave atau tidak. Langkah apa yang harus dia lakukan sekarang. Hatinya gundah tak menentu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mistake
RomanceMenata karier sebagai desain interior, sukses tanpa campur tangan orangtua, itu cita-citaku. Bagiku pacaran belum jadi prioritas. Apalagi perjodohan, sesuatu yang kekanakan. " Ellena Claire Wijaya " Sebagai Pengusaha aku tak ingin ada kesalahan apap...