Mistake | 17

299 18 0
                                    

Dave membuntuti Ellena selama seminggu terakhir. Sejak obrolan terakhir dengan papanya, hatinya tak menentu. Rasa bersalah mengusiknya. Akhirnya ia memutuskan untuk bertemu Ellena. Bahkan dalam seminggu ini dia sedikit mengacuhkan Tania.

Dave setiap sore menunggu di dalam mobil depan kantor Ellena, tapi saat Ellena terlihat di depan matanya ia akan ragu untuk menghampiri. Apalagi Ellena sudah bersama laki-laki yang Dave tahu bernama Victor selalu mengantar jemput Ellena.

Tapi sore ini Dave sudah menunggu satu jam setelah jam pulang kantor Ellena, tapi wanita itu belum keluar. Si Victor juga tak terlihat menjemputnya. Karena Dave khawatir, lalu ia menghubungi Wiga.
"Bro, loe masih dikantor atau dah pulang?"

"Woi, salam dulu kenapa. Nelpon gak sopan banget. Gue masih di kantor. Abis meeting. Kenapa?" Wiga kesal dengan tingkah Dave yang semakin aneh.

"Sorry, sorry.  Mau tanya, Ellena apa lembur? Gue nunggu disini udah satu jam tapi dia belum keluar." Dave terdengar khawatir.

"Setahu gue, dia ijin gak masuk. Pas meeting tadi Kabag nya bilang gitu." Jawab Wiga jujur sekaligus curiga.

Dave semakin penasaran "Ellena sakit?"

"Gue gak tahu. Gue gak tanya tadi. Btw, kenapa loe nunggu dia?"
Belum sempat Wiga melanjutkan pertanyaan, sambungan telpon sudah diputus Dave.

Dengan tekad, Dave melajukan mobilnya ke rumah Ellena. Hanya ada ART dirumah, om Bagas dan tante Becca pergi ke rumah Jimmy katanya. Sedangkan Ellena. Dia belum kembali.
"Maaf mbok tahu Ellena pergi kemana?"

"Uhmm anu mas Dave. Anu. Non Ellena gak bilang." Mbok rasih berbohong. Dia tahu kemana Ellena. Tapi sudah kewajibannya tidak perlu memberi tahu orang lain.

Tidak puas dengan jawaban dari ART Ellena Dave memutuskan pulang ke rumah. Kamu kemana Ellena. Apa kamu sakit? Kenapa kamu susah dihubungi. Dave mencoba menghubungi Ellena tapi tidak diangkat. Dave tahu, pasti Ellena mengabaikannya.

                              *****
Setelah cek up rutin, dari bertemu psikiater lalu ke dokter kandungannya, Ellena mengantri obat. Tetapi ada yang menepuk pundaknya.
"Ellena, sayang......." Orang itu bahkan langsung memeluk dirinya erat.

Dilihatnya orang yang berdiri dibelakang mereka, om Wiro. Beliau tersenyum dengan tulus.

"Gimana keadaanmu sayang??? Kamu gak pernah hubungin tante. Pesan tante juga kamu balas singkat." Tante Karina bahkan menangis, membelai wajah Ellena penuh kasih..
"Kamu sakit??"

Ellena hanya menggelengkan kepalanya. Dia belum bisa berkata-kata. Karena tak menyangka akan bertemu keluarga Dave disini. Ada bahagia dihatinya, tapi juga ada rasa sakit yang gak bisa dijelaskan.

"Ayo kita bisa ngobrol di kafe, jangan disini. Resepmu sudah kamu masukan Ellena?" Om Wiro mulai menggiring kami pergi dari depan apotek RS ke kafe di RS itu.

"Udah om. Nanti delivery ke rumah." Jawab Ellena pelan. Tante Karina bahkan masih memeluk pinggangnya. Seakan-akan takut Ellena pergi.

"Om tante gimana kabarnya?" Ucap Ellena.

"Om baik. Tante mu itu. Cemas sama kamu. Om udah bilang kamu wanita yang kuat. Eh tante mu gak percaya." Om Wiro menjelaskan sikap Tante Karina.

"Ellena udah baik tante. Tante gak usah khawatir. Maaf Ellena gak balas pesan-pesan tante karena Ellena jarang pegang ponsel sekarang." Tersenyum hangat ke tante Karina.

"Tadi kamu periksa apa?? Tante abis kontrol jantung. Terus kayak lihat kamu. Makanya langsung Tante samperin. Dan ternyata benar itu kamu." Mengusap punggung Ellena dengan perasaan lega.

MistakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang