Mistake | 19

282 16 1
                                    

Sampai malam Ellena masih berada di pantry. Memakan kue yang diberikan Victor, ia ditemani sang mama. Ia tak bisa berhenti untuk memakannya.

Beberapa hari yang lalu saat perjalanan pulang. Ellena tiba-tiba ingin makan cheesecake yang dilihatnya dari media sosial.
"Kenapa jauh banget sih cheesecake nya, cuman ada di Bali." Gumamnya perlahan.
Lalu malam ini, kue yang diinginkannya sudah ada di mulutnya. Bahagia hatinya karena ngidamnya terpenuhi.

Hari ini penuh kejutan, sejak pertemuannya dengan Dave tadi rasa bahagia menyelimuti hatinya. Dia bahkan tersenyum sendiri.

Mama yang heran melihat putrinya mencoba mencari tahu.
"Sayang. Senyum-senyum gitu. Karena dapet kuenya atau karena ketemu Dave?"

"Kuenya Mam." Ellena mengelak.

"Ya sudah. Sepertinya bener karena kue, tinggal sepotong gitu. Oh iya. Keluarga om Wiro tahu kehamilan kamu sayang?" Tanya mama penasaran.

"Ellena rasa mereka gak tahu Mam. Dan menurutku mereka gak perlu tahu." Menghentikan aktivitas makannya. Karena pertanyaan mama barusan langsung membuat Ellena kehilangan rasa makanya.

Karena tahu anaknya berubah mood, mama meminta Ellena untuk beristirahat saja, lagian kuenya juga tinggal sepotong. Sebelum Ellena menutup pintu kamarnya. Karina menyampaikan kegundahannya.
"Selamat malam sayang. Ada apa-apa cerita ke mama atau papa. Kami sayang sama kamu. Gak ada yang berkurang, kamu masih dan terus jadi anak mama papa. Mama tahu kamu punya perasaan ke Dave. Kamu berhak bahagia, jika memang kaliam ditakdirkan bersama dan dia menerima kekuranganmu. Gak ada salahnya dicoba. Tapi jika perasaan itu membuat kamu dan Dave tidak bahagia mama rasa lebih baik kalian berteman saja." Mengecup lembut dahi anaknya lalu meninggalkan Ellena pergi dengan kebingungan atas sikap mama barusan.

Keesokan harinya Ellena mendengar ada suara laki-laki yang mengobrol dengan Papa di teras belakang. Ellena kira itu Victor. Karena semalam pria itu menawari untuk mengantar seperti biasanya tapi Ellena menolak. Dan ia memilih menerima tawaran makan malam saja.

Ia turun ke bawah untuk sarapan, ternyata yang bergabung ialah Dave. Ellena sungguh terkejut. Dave tanpa pemberitahuan. Dia datang buat mengantar Ellena kerja. Dan Papa memberi ijin tentunya.

"Kenapa gak bilang sih mau jemput?" Menatap Dave yang memasang seatbelt Ellena.

"Emang kalau bilang dibolehin sama kamu?" Mengecup bibir Ellena tanpa permisi.

"Dave !!!" Teriak Ellena kaget. Pipinya bersemu merah.

"Kenapa wajahmu memerah gitu. Kamu malu?" Membelai wajah Ellena lembut.

Ia melajukan kendaraan dengan lambat,"Dave. Ayo fokus ke jalan. Di depan macet lho." Ellena memalingkan wajah Dave agar menatap ke depan karena sejak tadi Dave terus memandanginya, membuat Ellena salah tingkah.

Tangannya terus menggenggam erat tangan Ellena. Membuat hati Ellena benar-benar bahagia. Dave juga nampak bahagia.

"Nanti siang makan bersamaku ya? Kutunggu di kafe. Tante becca gak bawain kamu bekal kan?" Tanyanya memastikan.

"Iya nanti aku kabarin lagi. Aku masuk dulu. Kamu hati-hati di jalan." Senyumnya mengembang sebagai perpisahan.

"Siap." Mengecup bibir Ellena sekilas. Lalu bergegas turun membukakan pintu Ellena.

Ellena masuk ke dalam lobby kantor. Saat Dave ingin masuk ke mobil, Wiga menepuk pundaknya.
"Jadi bener firasat gue. Loe main hati ma Ellena. Dave. Dave. Gak nyangka gue."

"Berisik loe. Sana gue mau ngantor. Gue sibuk gak kayak loe makan gaji buta dari pegawai." Dave langsung masuk mobil mengabaikan Wiga yang menertawakannya.

MistakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang