Hening.........
Sunyi...
Hampir tengah malam Ellena baru pulang ke rumah kak Jimmy setelah kejadian tak terduga tadi siang. Masuk ke kamar, naik ke ranjang Xander lalu memeluk putranya. Mencium kening Xander pelan. Kemudian memejamkan matanya, untuk tidur di ranjang putranya.
Pagi-pagi sekali, Ellena sudah terbangun. Dan putranya sudah tak ada. Ternyata Xander sedang jalan jalan-jalan bersama opa dan oma-nya serta Elice.
Hari ini rencananya om Dony akan dibawa ke Singapura. Ellena yakin Xander pasti akan ikut karena Elice dan Oma serta opanya juga ikut. Sedangkan Ellena tak bisa ikut karena sudah berjanji dengan Gita, ia akan hadir di pesta lajang mba Monica nanti malam.
Siang hari setelah ikut mengantar semua keluarganya ke bandara, ia mematut dirinya untuk ke pesta. Bersiap siap dengan pakaian yang sudah ditentukan temanya. Sudah hampir empat tahun Ellena tak pernah pergi ke pesta. Kali ini ia ingin bersenang-senang.
Memakai gaun merah pilihannya, rambutnya di kucir kuda. Dan memoles lipstik merah di bibir penuhnya. Dia terlihat lebih muda.
Memasuki ruang pesta yang diadakan di ballroom sebuah hotel. Ellena pikir hanya private party, ternyata suasana sangat ramai. Kebanyakan teman-teman di kantor Wiga Corp. Berarti mantan teman-temannya bekerja pikir Ellena.
Berpesta bersama mba Monica dan beberapa perempuan lainnya di sudut ruang ballroom itu. Ditengah ballroom jadi tempat mereka berdansa dan menari meliuk-liukan tubuh, mereka mengikuti musik DJ yang disediakan. Liar dan bebas. Khas pesta lajang.
Pesta ini sedikit melepas penatnya akhir-akhir ini. Bahkan Ellena seperti lupa sudah berapa gelas wine yang dia minum.
Monica, jangan ditanya. Dia dikerumuni teman-teman yang lain. Gita, tak berani menyentuh wine atau minuman lain selain orange juice. Coz, ada baby yang perlu diberi susu. So, Ellena sendiri sudah sangat lost control. Mabuk menyerangnya.
Melangkahkan kakinya mencari udara segar. Setelah keluar dari toilet membasuh mukanya, ia pikir akan mengurangi rasa pening di kepalanya. Ternyata sama saja.
Malah dia kerepotan menyingkirkan beberapa pria yang mencoba menggodanya. Ellena tak tertarik. Ia tetap melangkahkan kakinya dengan gontai untuk pergi dari ruangan itu
Sialnya, saat diujung lorong lengannya kembali ditahan oleh seseorang asing. Pria itu menggoda Ellena. Meski ditolak, pria itu memaksanya. Bahkan menghimpitnya di dinding. Seketika ia sadar dari mabuknya, tapi malah ia membeku diam, tak memberontak.
Kenangan buruk empat tahun lalu tiba-tiba muncul lagi seperti nyata. Di depannya. Ellena merasakan dejavu.
Saat pria itu mencoba mencium Ellena, seseorang membantunya. Menarik pria asing itu menghajarnya bertubi-tubi. Ellena masih terdiam. Dia gemetar karena dia baru saja melihat hal yang sama lagi seperti empat tahun yang lalu.
Tangannya di tarik dengan kasar, berjalan menyusuri lorong lain, melewati ballroom. Setelah sampai di pintu lift yang akan membawanya pergi dari sana. Tangan yang membawa Ellena pergi di hentaknya sampai terlepas.
"Kamu bisa melawannya. Kenapa kamu diam aja? Jika aku gak datang. Kamu bisa aja-" Kalimat Dave menggantung.
"Diperk*sa." Terka Ellena tepat.
"Lalu aku harus apa terhadapmu? Berterimakasih. Karena menolongku dua kali?!" Ucap Ellena sarkas. "Aku bukan siapa-siapa mu, bukan kekasihmu, berhenti menolongku. Karena saat kamu menolongku, aku terjatuh semakin dalam."
KAMU SEDANG MEMBACA
Mistake
RomanceMenata karier sebagai desain interior, sukses tanpa campur tangan orangtua, itu cita-citaku. Bagiku pacaran belum jadi prioritas. Apalagi perjodohan, sesuatu yang kekanakan. " Ellena Claire Wijaya " Sebagai Pengusaha aku tak ingin ada kesalahan apap...