Sudah beberapa hari kebelakang rumah Ellena punya penghuni baru setiap pagi. Victor yang selalu ikut sarapan bersama keluarganya. Dengan itu Ellena jadi mengenal Vic lebih dekat. Vic anak tunggal yang diasuh kakeknya, orangtuanya sudah wafat saat dia kecil. Kakeknya sekarang tinggal di Singapura dengan Paman Vic. Karena itu Vic merasa nyaman dekat dengan Mama Papa Ellena. Kak Jimmy dan Gisel pun ikut suka pada Vic. Dia seperti menghipnotis keluarga Ellena.
"Om sama tante inginnya tuh Ellen istirahat dirumah, tapi tahu kan Ellen bandelnya kayak apa??" Celoteh Mama sambil menyiapkan sarapan buat kami.
"Ellen kerja kan buat isi waktu luang. Dia juga pasti akan bosan jika dikurung terus di rumah. Victor rasa selama dia gak kelelahan, gak ada keluhan lain gak masalah. Benar kan Ellena?Kamu juga harus tahu porsinya, bekerja sewajarnya. Banyak istirahat." Ucap victor dengan senyum yang mengembang dan memandang Ellen penuh cinta.
"Ehemmm,sekarang Ellen udah ada yang membela Pa." Goda mama ke Ellen yang masih diam dengan terus menyuapkan roti ke mulutnya.
Obrolan terus mengalir di meja makan, Ellena menanggapinya sesekali. Mama terus menggodanya, dan dari yang Ellena tangkap mama kagum pada Vic serta menaruh harapan pada Vic.
Selama perjalanan, Ellena hanya melhat keluar jendela. Pikirannya melayang-layang ke masa lalu.
Dulu Mama Papanya juga akrab dengan Dave, sekarang dengan Victor. Jika mereka tahu Dave....
Akhhh no. Gak perlu. Lamunannya berhenti."Hei Ellen. Are u okay?" Vic terlihat khawatir melihat Ellena menggelengkan kepalanya tiba-tiba.
"Ohh gpp. Tadi makasih udah ngasih pengertian ke mereka tentang pekerjaanku." Ucapnya tulus pada Vic.
"Hanya coba sedikit memahami kamu.
Sudah sampai, nanti pulang aku jemput ya. Kabari aku." Vic keluar membukakan pintu Ellena.Saat Ellena turun, banyak pasang mata melihat. Ada seseorang yang mengerutkan dahinya melihat pemandangan di depan. Sang empunya perusahaan. Tak menyangka daya tarik karyawannya sangat kuat. Bisa memikat orang-orang penting.
Selama jam kerja, kondisi Ellena sangat baik. Bahkan lapar sudah mulai menyerangnya. Menanti waktu akhirnya jam makan siang datang. Ia turun ke Kafe kantor yang sudah begitu riuh. Meja-meja sudah penuh.
Ternyata Ellena turun terlambat karena menyiapkan bekal yang dia bawa dari rumah. Meja Brigita juga sudah penuh. Dia gak mungkin bergabung dengan mereka.Memutuskan untuk memesan beberapa makanan tambahan lalu dibawa keatas pikirnya. Memilih jus strawberry dan rendang daging kesukaannya beberapa hari ini. setelah mendapatkan makanan yang dia pesan, Ellena beranjak akan pergi. Tetapi ada suara yang memanggilnya.
"Ellena."
Ellena menengok, dilihatnya itu meja pak Wiga. Sang bos besar. Dia melambaikan tangannya. Tanda menyuruh Ellena bergabung dengannya. Mejanya belum penuh. Dia makan bersama 2 orang, yang Ellena kenal mereka dari bagian marketing dan keuangan.Ellena memutuskan berjalan ke meja itu untuk bergabung. Karenanya tak baik mengabaikan panggilan dari bos, kalau hanya bergabung untuk makan tak masalah. Toh meja bos nya juga tidak penuh.
"Kulihat kamu tadi nyari tempat duduk, penuh semua. Ayo silahkan duduk." Pinta pak Wiga pada Ellena.
"Iya, silahkan. Kami sudah selesai." Sahut dua orang yang bersama pak Wiga. Mereka lalu pergi.
Mau gak mau Ellena mengangguk dan duduk.
"Makasih pak. Tadi saya sebenarnya bisa makan diatas.""Tapi disini masih kosong Ellena. Gpp. Santai aja. Kita ngobrol-ngobrol." Pak Wiga tak canggung sedikitpun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mistake
RomanceMenata karier sebagai desain interior, sukses tanpa campur tangan orangtua, itu cita-citaku. Bagiku pacaran belum jadi prioritas. Apalagi perjodohan, sesuatu yang kekanakan. " Ellena Claire Wijaya " Sebagai Pengusaha aku tak ingin ada kesalahan apap...