Toronto three years later.......
*Ellena POV*
Mengawasi Xander yang berlari-lari di taman dengan blessy anjing peliharaan kami. Menjadi kegiatan rutin setiap pagi saat musim semi.
Usia Xander yang menginjak 2,5 tahun membuatnya sangat aktif. Saat ku tinggal buat bekerja, maka oma dan opa-nya yang menjaga. Xander yang lincah membuat mereka kewalahan. Aku tak memperkerjakan pengasuh buat Xander. Karena kurasa masih sanggup mengurusnya sendiri dengan bantuan mama dan papa tentunya.
Aku masih menerima beberapa job desain meski hanya lewat online dan akan bertemu klien sesekali. Lalu sesekali memeriksa hotel warisan kakek Wily - ayah mama. Orang Kanada asli yang mendirikan bisnis hotel turun temurun.
Mama dan papa jadi penolongku. Meninggalkan Xander bersama mereka saat aku pergi, membuatku lebih tenang. Terkadang rasa bersalah muncul saat aku tahu Elice - anak kak Jimmy menghubungi oma opa-nya hanya bisa lewat video call karena mama papa bersamaku disini. Atau melihat wajah rindu mama papa untuk mereka yang di Surabaya.
Mama dan papa rela meninggalkan Indonesia, meninggalkan pekerjaan, meninggalkan anak dan cucu-nya buat tinggal disini menemaniku. Memang tak pernah aku berkata atau meminta mereka menemaniku dan Xander, tapi seperti keharusan buat mama dan papa menjaga kami berdua.
Memulai hidup baru dengan orang baru. Membawa cintaku yang hidup dan menjaganya agar tumbuh dengan baik. Dan tak harus membuat papa dan mama khawatir padaku lagi.
Alexander Marco Wijaya. Putra semata wayangku. Semangatku melanjutkan hidup dan semangatku untuk terus bisa bahagia agar dia juga bahagia.
" Mommy I want a red ball like Mike's." Rengek Xander sambil menarik tanganku agar berdiri.
"Okay. Tapi ayo ajak blessy pulang dulu. Kita beli di toko mainan diujung komplek." Berjalan dan mengacak-acak rambut Xander yang lebat.
" Hooray, I'll have a ball. thank you mommy.
Blessy let's go home." Berlari dengan blessy mendahuluiku.Menyusuri jalan dari taman downtown lalu kembali ke rumah. Sebelumnya sempat mampir ke toko mainan membelikan bola sesuai permintaan Xander. Meski pada akhirnya tidak hanya bola yang ada di tangannya. Ada mobil-mobilan dan sekarang ia malah lebih tertarik pada itu.
Setelah sampai di rumah, yang ada hanya bi Amy- seorang nanny yang keluarganya bekerja turun temurun buat keluarga kakek willy. Orang indonesia asli. Usianya sama seperti mama. Jadi aku tak pernah menyuruhnya lebih dari kemampuan. Dan menghormati beliau seperti keluarga kami.
" Mama belum kembali bi?" Tanyaku pada bi Amy yang sedang membersihkan dapur.
"Belum non. Tadi bapak juga pergi, mau ketemu klien. Bilangnya gitu." Jawab bi Amy sambil berjalan ke arah pintu. Bel pintu rumah yang sudah berbunyi dua kali.
Memperhatikan Xander yang memainkan robotnya dan sesekali membalas pesan Brigitta. Dia masih sering menghubungiku walau hanya melalui email atau pesan singkat. Hubunganku dengan mba Monic dan Gita masih berjalan dengan baik.
Tiba-tiba Xander berlari ke arah ruang tamu. Akupun mengikutinya. Penasaran siapakah yang datang hingga buat Xander begitu bahagia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mistake
RomanceMenata karier sebagai desain interior, sukses tanpa campur tangan orangtua, itu cita-citaku. Bagiku pacaran belum jadi prioritas. Apalagi perjodohan, sesuatu yang kekanakan. " Ellena Claire Wijaya " Sebagai Pengusaha aku tak ingin ada kesalahan apap...