* Ellena POV *
Tiga hari berlalu, rutinitasku kembali seperti biasanya. Bedanya, Xander sekarang kuasuh sendiri.
Selama tiga hari itu pula aku tak mendapat kabar dari Victor. Aku mengiriminya pesan, hanya dibaca tanpa dibalas. Aku jadi penasaran, seberapa sibuk dia.
Kutanyakan pada Xander apakah Victor menghubunginya, dan Xander bilang kalau setiap malam ia dan Victor melakukan video call. Sedikit lega karena Victor masih menghubungi anakku.
Saat aku dan Xander makan malam, pintu rumah kami di ketuk. Aku berjalan untuk membukakan pintu. Membuatku terkejut, tamu itu ialah Victor. Ia tersenyum tipis kepadaku.
Terdengar teriakan bahagia dari arah belakangku. "Daddy Vic's , thank you for keeping your promise to me. I'm glad you came here to accompany me." Memeluk Victor hangat.
Ditariknya tangan Victor agar masuk ke dalam, mengacuhkanku. Mereka langsung ke meja makan. Xander bahkan meminta Victor menyuapinya.
Setelah selesai makan mereka ke ruang bermain. Mereka berdua benar-benar mengacuhkanku. Aku memilih mengamati mereka yang bermain Lego. Membangun sebuah lintasan balapan hotwheels.
Hampir dua jam lebih mereka bermain. Aku bahkan tertidur di sofa menunggu mereka selesai. Saat ku buka mataku, aku sudah di kamar. Aku mencari sosok pria yang memindahkanku. Ternyata dia berada di kamar Xander. Juga tidur memeluk putraku. Kututup pelan pintu kamarnya. Lalu aku kembali ke bawah untuk mencari minum.
Sebenarnya aku merasakan sikap dingin Victor yang dia tunjukkan kepadaku. Tapi aku tak berani untuk menanyakannya. Rasa bersalah terus menghantuiku.
Kudengar derap langkah kaki menghampiriku yang duduk di sofa. Victor duduk di depanku. Wajahnya terlihat lelah. Setelah kulihat lebih dekat, dia terlihat lebih kurus. Dan kantung matanya membesar. Apakah pekerjaannya di Lombok sangat menyita waktu istirahatnya. Kuahnya menerka-nerka tak berani bertanya. Aku beranjak untuk duduk di sampingnya, kupeluk erat tubuhnya.
Satu detik....
Dua detik ...
Tiga detik...
Tak ada balasan darinya. Kutatap wajahnya yang sedang menutup kedua matanya."Apa ada sesuatu yang ingin kamu sampaikan?" Tanyaku pada akhirnya. Aku masih enggan melepas pelukanku.
Victor masih diam, dan kudengar suara helaan nafasnya berat. Yang membuatku kaget, tangan Victor bergerak melepas pelukanku.
"Ada apa? Bicaralah jangan seperti ini Vic. Please." Mohonku."Seharusnya aku yang bertanya padamu Ellen. Ada apa? Haruskah ada yang perlu aku tahu."
"Aku sungguh gak paham maksudmu Vic. Jelaskan padaku." Pintaku padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mistake
RomanceMenata karier sebagai desain interior, sukses tanpa campur tangan orangtua, itu cita-citaku. Bagiku pacaran belum jadi prioritas. Apalagi perjodohan, sesuatu yang kekanakan. " Ellena Claire Wijaya " Sebagai Pengusaha aku tak ingin ada kesalahan apap...