“Siang, sir...”
Brean hanya melirikku sekilas lalu kembali larut dengan dokumen-dokumen yang ada di depannya.Aku melangkah mendekat dan berdiri tepat di depan meja kerjanya.
“hari ini Anda tidak ada jadwal meeting apapun, Sir. Hanya nanti siang ada jamuan makan siang dengan fresh and care corp.”
“batalkan..”
jawab Brean cepat“maaf, Sir. Ini sudah dijadwalkan dari 2 minggu yang lalu dan Anda mengiyakan. Saya rasa akan tidak sopan jika mendadak dibatalkan.”
“bilang saja ada sesuatu yang urgent.”
“tapi Sir, ini sudah pukul setengah 11, pasti mereka sudah menyiapkan jamuan makan siangnya.”“ya sudah.. Anda saja yang datang mewakili saya.”
“Maaf, Sir. Tidak sopan saya rasa...”
belum selesai aku berbicara, Brean memotong begitu saja.“Bilang saja, Anda Nyonya Boss besar, mereka akan lebih menerima Anda daripada saya.” Kata Brean bertambah ketus.
Whaaaaaaat... Nyonya besar apaan?
Nie anak udah mulai ngelantur. Harus dihadapi dengan sabaaar. Batinku.“Sir. Fresh and care corp memberikan kenaikan pendapatan kita hampir 80% tahun kemarin, kalau Anda mungkin lupa. Jadi akan lebih baik menurut saya, Anda hadir untuk menghargai mereka.”
“kan saya juga sudah bilang, datanglah sebagai Nyonya besar kesana, mereka akan jauh lebih senang dengan kehadiran Anda dibanding kehadiran saya di sana.”
Again....?
Ngeselin nie anak.Aku rebut bulpoin dari tangannya. Aku tutup semua dokumen yang sedang dipelajarinya.
Aku bereskan dokumen-dokumen tersebut dan menaruhnya di atas meja sofa agar tidak ada alasan lagi untuknya menghiraukan aku.
“apa-apaan ini?”
bentaknya marah“Lu yang apa-apaan. Gue udah sabar-sabarin lu tetep nghirauin gue.”
Bentakku tak kalah dengannya.“jaga bicara Anda, Miss. Nara.”
“Are you kidding me! Gue cukup sadar dengan apa yang gue bilang. Oh.. Come on, Bre. A problem that happened to you, will be resolved. So, lu gak harus bersikap kekanakan kaya begini.”
“kekanakan lu bilang. Enteng banget ya lu ngomong. Lu gak tau apa-apa, so.. Save the pretentious attitude lu itu.”
“gue emang gak tau apa-apa ya, Bre. But, we can talk about it nicely. By the way, i am still your secretary or close friend. Mungkin kalo lu lupa.”
Dia tertawa sumbang, seolah mengejekku.“secretary...? Sure? Bukannya lu Calon Nyonya Besar kantor ini.”
Dia tertawa lebih keras.“stop.. Calling Me that, Bre. Omongan lu ngaco daritadi. Nyonya besar apaan sih maksud lu.”
“lu yang stop it, Nara. Jangan sok belagu gak tau lu.”
“gue emang gak tau, Bre. Sure...”
bentakku padanya.Kami terdiam. Berhenti sebentar mengatur nafas.
“gue tau lu marah gara-gara gue ngilang gitu aja kemarin dan gak ada di samping lu. Tapi percaya, Bre, gue punya alasan.”
Dia menaikkan sudut bibirnya, seperti mengejekku.
“Bisa jelasin ke gue, apa alasannya, Nara?”
dia bukan tulus bertanya, dia tahu sesuatu dan menyindiriku. Aku tidak suka itu.“Gue bener-bener punya alasan, Bre.”
Dia tertawa lagi mengejekku.“lu gak bisa jelasinnya kan.” Aku terdiam.
Apa yang akan Brean pikirkan, kalau kemarin aku pulang hanya karena tidak ingin kantor ini benar-benar dihancurkan Mas Reno.
Aku yakin jika tidak menuruti perintahnya, dia akan sangat bisa melakukan hal itu.
Isssssh...
Sebenernya apa yang terjadi sih. Terus aku harus bilang apa ke Brean.Arrrrgh..
Aku bingung. Marahku dalam hati.“Oke. Stop. Lu gak perlu ngejelasin apa-apa. Gue paham. Plis. Biarin gue sendiri. Jangan ganggu gue. Siapapun itu yang nyari gue.”
“Bre, plis. At least, You can tell me what happened.”
“No. Harusnya lu yang lebih tau apapun daripada gue.”
“percaya sama gue, Bre. Gue beneran gak tau apa-apa.”
“stop Nara, gue pusing. Atau kalo lu bener-bener gak tau, lu bisa tanya sama calon suami lu itu.”
“lu ngaco, Bre. Siapa lagi calon suami gue.”
“Oh Shit Nara. Stop it. Please. Get out.”Ini kali pertama Brean semarah ini sampai tidak bisa mengontrol emosi bicaranya.
Aku menghentakkan kaki kesal, melangkah keluar dari ruangannya.
Aaaaaaaaarrrgghhh...
What the hell was going on. Whats wrong with you, Bre? Teriakku dalam hati.*****F.T.W*****
KAMU SEDANG MEMBACA
A Mistake (END)
RomanceFianara...wanita karir dengan kredibitilas, kompetensi, dan loyalitas tinggi, harus terjebak di dalam kisah cintanya kembali, setelah ia fikir sudah selesai dari entah kapan tahun. Parahnya...yang ia tahu, mantan kekasihnya itu adalah lelaki yang su...