"he loves you, Fia..."

46 0 0
                                    

Sudah seminggu sejak kejadian itu, duniaku rasanya berubah. Aku yang dulu damai saja tanpa beban sebelum bertemu dia, saat ini menjadi hampa.

Bagaimana tidak? Baru aku sadari hari-hariku menjadi berwarna kembali setelah kehadirannya.

Aku sudah terbiasa dengan whatsapp-whatsapp di pagi, siang atau malam hari. Aku terbiasa mendengar suaranya setiap hari, setiap saat, kapan pun dia mau.

Aku merindukan kejutan-kejutan kehadirannya di sisiku. Aku merindukan caranya memanggilku. Aku merindukan kecemasanya setiap kali aku tak bisa dihubungi. Aku merindukan kegilaannya menemukanku saat aku main kabur-kaburan.

Sudah seminggu ini pula, dia sama sekali tak terlihat. Bahkan keberadaannya pun tak pernah ku dengar.

Entah apa yang terjadi seolah semua orang berhenti membicarakannya.

Aku yang bisa tahu dimana dia berada hanya dengan mendengar orang-orang sering membicarakannya, kini justru mendengarpun tidak.

Dan aku cukup punya malu untuk menanyakan dimana dia sekarang. Ya malu.. Karena setelah penolakanku kemarin, bagaimana bisa aku dengan percaya dirinya mencari dimana dia berada.

Aku rasa malam itu, aku cukup yakin dengan keputusanku untuk mengakhiri kisah cinta kami berdua. Aku rasa malam itu, menjadi titik balikku untuk moving on,  setelah 8 tahun lamanya aku hanya diam saja di tempat.

Tapi toh nyatanya, semua tidak seperti yang aku ucap. Nyatanya, aku tak sanggup melangkah darinya bahkan selangkah pun.

Huuft… aku menghela nafas dalam.

Sedang dilanda kegalauan seperti ini, ada satu hal besar yang terjadi. Tidak ada angin, tidak ada hujan, Lolly datang padaku dengan muka berbinarnya, memberitahu bahwa dia akan menikah dalam waktu dekat.

Whaaaaaat…

berita mencengangkan macam apa yang aku dapat ini. Bahkan tak pernah sekalipun aku mendengar dia terlibat cinta dengan siapapun.

Jangankan cinta, berkata dia suka pada seseorang pun tidak. Aneh kan..

“makanya jangan suka kabur-kaburan lu, temen punya kisah cinta ampe lu gak tau.”
Katanya sewot padaku.

“lu serius ni? Sumpah lu gak becandain gue?”

“elah.. Masa' kaya begini dibecandain, beb. Gila aja gue halu sampe segitunya. Udah deh, percaya. Pokoknya gue cuman mau lu jadi orang pertama dan satu-satunya yang harus bantuin gue mempersiapkan pernikahan. Mulai dari cari gaun, cincin nikah, undangan, catering, dekorasi, sampe tetek bengek yang printil-printilannya, lu harus bantu. Titik.”

“lu gak ada ikut berdukanya yah ama gue. Lu tau kan gue lagi galau.”

“elah.. Galau lu ndiri yang bikin.”
Aku melotot.

“Iye iye maap nie. Tapi ya, bantuin gue itu bisa jadi tempat pelarian paling ampuh keles. Sapa tau nih, lu sibuk.. Bisa bikin lupa bentar ma kegalauan lu.”
Akhirnya aku menyerah setelah berdebat dengan Lolly.

Dan disinilah aku saat ini, membantu Lolly mencari gaun dan cincin nikahnya.

“Nie bagus..”
kataku saat melihat cincin bertahtakan white sprinkle diamond.

“lu suka?”
tanyanya. Aku mengangguk.

“kalo misal lu nikah, lu pilih yang ini?”

“iya.. Kan tadi lu yang bilang, nyuruh gue milih yang sesuai kesukaan gue. Soalnya selera gue bagus kata lu.” Dia mengangguk saja.
Lanjut mencari gaun.

A Mistake (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang