2 - living with stranger

1.3K 159 26
                                    

Nakyung melamun, memandangi langit malam dengan lampu-lampu dari gedung pencakar langit yang ia lihat melalui jendela apartemen dimana dirinya berada sekarang. Nakyung rindu rumah ibunya. Ia ingin pulang kesana, tempat dimana ia berada sekarang sama sekali tidak membuat Nakyung merasa nyaman.

Apartemen minimalis yang baru Nakyung masuki tadi sore adalah apartemen yang tertata dengan rapi. Membuat Nakyung semakin meragukan bahwa ia pernah tinggal disini. Pasalnya, Nakyung tau dirinya bukan tipe manusia yang gila kerapian.

Nakyung semakin merasa asing.

"Nakyung, ayo makan dulu," Renjun meletakkan sepiring nasi dengan omelette keju di hadapan Nakyung.

Makanan kesukaan Nakyung.

"Terima kasih," lirih Nakyung sebelum mulai menyantap makan malamnya.

Nakyung tidak bisa bohong, lidahnya sangat menyukai cita rasa yang kini ia kecap. Renjun, suaminya tidak hanya tau menu masakan favorite Nakyung. Ia bahkan bisa memasaknya persis dengan tingkat kematangan dan keasinan yang sesuai dengan selera Nakyung.

"Omelette kejunya lezat sekali," puji Nakyung semangat. Matanya berbinar penuh sukacita. Makanan pertamanya selepas dari rumah sakit yang sedang ia santap kini sungguh tidak mengecewakan.

Apakah Renjun dulu merebut hatinya dengan masakan?

"Makan yang banyak, soupnya juga jangan lupa. Kau butuh makan sayur-sayuran juga. Tenang, tidak ada buncis kok di dalamnya," sekali lagi Renjun membuat Nakyung takjub. Renjun benar-benar definisi suami idaman. Ia mengingat detil-detil kecil mengenai Nakyung termasuk makanan yang ia sukai dan tidak sukai.

"Kau ingat segalanya mengenai diriku ya," Nakyung menggumamkan kekagumannya.

"Kau yang selalu mengingatkanku setiap kali aku memasak. Bagaimana mungkin aku bisa lupa," sahut Renjun.

"Benarkah? Aku bawel ya pasti?" Nakyung bertanya lagi.

Walau masih asing, pertemuan beberapa hari dengan Renjun membuat Nakyung sedikit lebih bisa santai. Perempuan itu masih sedikit was-was, tapi ia selalu mengingatkan dirinya bahwa Renjun ini suaminya. Jika ia tidak bisa mempercayai Renjun, Nakyung akan memercayai perkataan sang ibu yang tentunya tidak mungkin membohongi Nakyung.

"Ya, kau selalu bercerita tanpa diminta," jawab Renjun dibarengi dengan senyuman tipis. Pikirannya melayang mengingat segala celoteh Nakyung di masa lalu.

"Bagaimana bisa kau mau menikahi wanita cerewet sepertiku?" untungnya Renjun itu sabar jadi ia tidak pernah protes meski Nakyung terus-terusan mencecarnya dengan pertanyaan acak.

Seperti pertanyaan barusan contohnya.

"Aku juga tidak tahu, I just did."

Wajah Nakyung memanas mendengar jawaban sederhana tapi manis yang baru Renjun lontarkan. Ia tersipu, apakah ini juga alasan mengapa Nakyung bisa jatuh cinta pada Renjun waktu itu?

-🌼-

Mata Nakyung belum terpejam, ia menatap langit-langit kamarnya dengan perasaan tidak nyaman. Mengerjapkan matanya, masih tidak percaya bahwa dirinya pernah menetap di tempat seasing ini.

Bahkan setelah beberapa jam, rasanya tidak ada yang berubah. Sudut-sudut ruangan dan segala benda yang ada disini sama sekali tidak mengingatkan Nakyung akan sesuatu.

"R-renjun," panggil Nakyung pelan.

"Iya? Kau butuh sesuatu?" suami Nakyung yang seharusnya tidur berdampingan dengannya di ranjang lagi-lagi mengalah. Lelaki itu mengabulkan permohonan Nakyung untuk tidak tidur seranjang dulu. Nakyung masih belum nyaman. Renjun masih orang asing di mata Nakyung sehingga Renjun jadi harus tidur di sofa kamar mereka.

REMEMBERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang