5 - fall (again)

1.2K 137 17
                                    

Kesendirian bukan hal yang asing bagi Renjun. Sedari kecil, kedua orang tuanya sudah sering meninggalkannya sendiri bersama sang nenek. Renjun kebal akan rasa sepi. Bisa dibilang, Renjun diam-diam menikmati kesendiriannya itu.

Hanya saja, kesendirian yang kini ia rasakan tidak semenenangkan masa-masa itu. Kesendirian kali ini disertai rasa hampa dan kosong. Rasanya seperti ada bagian besar dalam hidup Renjun yang hilang.

Apartemen, tempatnya selalu berpulang. Tempat ternyaman untuk Renjun bersembunyi setelah melalui seharian yang lelah di luar. Sekarang lebih seperti sebuah ruangan dengan tembok dingin yang mengelilingi. Tak ada lagi rasa nyaman sebagaimana harusnya sebuah rumah.

Karena, sosok 'rumah' Renjun yang sesungguhnya sedang tidak bersamanya.

Menyedihkannya, Renjun sendiri yang membuat sosok itu pergi dari.

"Yah! Huang Renjun, kapan terakhir kali kau makan dengan benar!?" pekikan itu menghentak Renjun yang tenggelam dalam lamunan di atas meja kerjanya.

"Kak Taeyong?" gumam Renjun mendapati Taeyong sudah berdiri di ambang pintu ruang kerja di apartemennya.

Dapat Renjun lihat, sebuah kunci dengan gantungan moomin dalam genggakan Taeyong. Kunci duplikat apartemennya yang Renjun berikan pada Nakyung.

"Ruanganmu juga kotor sekali, astaga," Taeyong mulai membereskan gelas-gelas bekas dan kaleng bir kosong di meja kerja Renjun.

Yah, Renjun kacau.

"Ada apa kemari?" tanya Renjun tanpa antusiasme.

"Nakyung memintaku mengecek keadaanmu. Setiap hari ia terus menanyakan kondisimu seakan aku ini perawat pribadimu. Kepalaku sampai sakit sendiri meladeninya," Taeyong mencurahkan keluh kesahnya.

Tak Renjun pungkiri, mendengar Nakyung mengkhawatirkan dirinya seakan menjadi setetes air segar yang menetesi hatinya. Rasanya melegakan.

"Jika kau enggan mengajaknya pulang, setidaknya beri Nakyung kabar. Sebulan tak bertukar kontak, apa tidak keterlaluan?" sebuah hal yang patut Renjun syukuri karena Taeyong masih menegurnya dengan halus. Biasanya, tangan Taeyong lebih banyak 'berbicara' daripada mulutnya.

Rasa bersalah kembali menghigap di hati Renjun. Keputusan impulsive memulangkan Nakyung ke rumah ibunya adalah sebuah kesalahan.

Persetan dengan dalihnya sendiri.

Berpikir bahwa dengan membiarkan Nakyung kembali ke runah ibunya akan membuat Nakyung merasa baik. Berdalih seakan semua demi kebaikan Nakyung. Padahal sesungguhnya, Renjun sedang mencoba kabur dari rasa sakit hatinya. Sedang bersembunyi dari rasa kecewanya.

Ia menduga, berpisah seperti ini akan menjadi cara terbaik untuk dirinya dan Nakyung dapat sama-sama merenung.

Renjun rasa sekarang ia sudah cukup merenung dan menemukan kesimpulan dari segalanya. Berpisah dengan Nakyung begini sama sekali tidak membuat semua lebih baik.

Renjun tak hanya menyiksa dirinya sendiri, tapi juga Nakyung.

Suami macam apa dia ini?

–🌼–

Tidak tahu kenapa, belakangan langit-langit kamarnya menjadi satu hal yang begitu menarik untuk Nakyung pandangi. Fakta yang Seoyeon ceritakan waktu itu masih cukup menggelitik bagi Nakyung. Ia percaya tidak percaya dengan semua itu.

Diam-diam, Nakyung jadi sedikit mengasihani Hyunjin. Disini, ialah korbannya.

Nakyung sempat menghubungi Hyunjin dan meminta maaf. Untung saja, lelaki itu menyambut permintaan maaf Nakyung dengan baik.

REMEMBERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang