"Nah, udah sampe." Hani berucap spontan tatkala mobil yang ia tumpangi sampai di depan rumah. Lembut ia menatap Jinandra yang masih memegang kemudi, sebelum kembali bertanya. "Mau mampir dulu nggak? Mama ada di rumah, kalo mau ngobrol."
"Hmm, lain kali aja deh. Salam aja sama Mama." Jinandra kelihatan kikuk saat menjawab. Baru saja Hani selesai melepaskan safety belt dan akan membuka pintu, Jinandra tiba-tiba menahan tangannya, mencegah Hani keluar dari mobil. "Aku... mau ngomong sesuatu sama kamu. Boleh?"
Hani menautkan alis. Jinandra yang ia kenal selama ini, selalu tenang dan tidak kenal kata takut. Sangat tidak biasa bagi Hani untuk menyaksikan Jinandra yang terlihat gugup, seperti saat ini. Lihat saja, sekarang Jinandra sudah sibuk menggaruk-garuk alisnya sendiri. Ia terlihat nervous.
"Ya? Mau ngomong apa?" Hani menggenggam tangan Jinandra, berusaha menenangkan sang tambatan hati.
"Eh, alarm hp kamu bunyi, tuh." Jinandra tiba-tiba nyeletuk. Hani mengerutkan kening, merasa tidak mendengar suara apapun, kecuali suara radio mobil. Tak mau ambil pusing, Hani pun mengaduk-aduk isi tasnya, mencari handphone yang tersembunyi diantara barang-barang lainnya.
"Mana, nggak ada bunyi apa-apa." Protes Hani begitu menemukan handphonenya yang masih dalam keadaan terkunci. Belum juga Hani sempat menoleh, ia kembali mendengar suara orang yang duduk disebelahnya.
"Atelelele.... atelelele...." Jinandra malah bersuara tidak jelas. Hani tertawa. Ada-ada saja! Jinandra lantas kembali menatap Hani, kali ini tatapannya tampak serius. Mata Hani jadi tak berkedip, menunggu apa yang akan Jinandra katakan selanjutnya. "I would love to be your personal alarm every morning. Will you marry me?"
Hani tercekat. Napasnya tertahan saat ia mendengar pengakuan yang baru saja terjadi. "Maaf aku nggak romantis. Nggak pake event spesial buat ngelamar kamu, soalnya kata Brian yang penting itu kejujurannya. Dan aku jujur, mau serius sama kamu. Aku mau melangkah ke jenjang yang lebih serius sama kamu." Belum juga Hani tersadar dari keterkejutannya, Jinandra sudah kembali bersuara. Intonasinya mantap. Terlihat jelas kalau ia bersungguh-sungguh.
Hani membuka telapak tangannya merasakan ada yang mengganjal disana. Tanpa ia sadari, sepertinya ada yang Jinandra selipkan ke tangannya, saat tadi ia menggenggam tangan sang lelaki. Sebuah cincin. Sederhana, tapi cantik dan manis di saat yang bersamaan.
"Sunni...." Hani tampaknya masih belum bisa berkata-kata. Ia menatap nanar cincin yang masih terletak di atas telapak tangannya.
"Aku nggak minta kamu buat jawab sekarang." Sebelum Hani sempat menjawab, Jinandra kembali buka suara. "Kamu boleh kasih jawaban ke aku kapanpun kamu siap. Aku bisa nunggu."
Mata Hani mulai berkaca-kaca. Bolak-balik ia menatap Jinandra dan cincin yang ada di tangannya, bergantian. Ia menghela napas berat, sebelum akhirnya mengembalikan cincin tersebut ke genggaman Jinandra.
"Maaf Sunni. Aku.... nggak bisa."
*****
Introducing
Day6 Sungjin
as
Sunni JinandraExid Hani
as
Hanindya Ayuningsih*****
A.n.
Haloo dengan aisth_ disini!
Aku kembali membawa cerita baru. Kali ini kita bakal ketemu sama Jinandra, Hani dan kisah mereka berdua. Recananya sih aku bikin ini (sepertinya) nggak bakalan panjang hehehe. Jadi gimana? Udah siap mengikuti cerita Jinandra dan Hani? Mari kita bersama-sama menjadi saksi buat kisah perjalanan dua insan ini. Selamat membaca ^^
KAMU SEDANG MEMBACA
Will You Marry Me? | Sungjin Day6
FanfictionMenjalin hubungan dalam jangka waktu yang tidak sebentar membuat Jinandra memantapkan hatinya untuk melamar Hani. Tapi lamarannya..... ditolak?!