Reminiscence: Diajak Ke Tongkrongan

153 23 22
                                    

"Lah, udah baikan?" Baru saja Jinandra dan Hani sampai ke tempat tongkrongan The6, mereka sudah dihadiahi ceplosan dari Jamie yang kaget melihat pasangan tersebut datang bersamaan.

Kedua insan itu hanya tersenyum malu-malu, tak menjawab pertanyaan Jamie. Tapi dari kedua tangan yang saling menggenggam, Jamie tahu hubungan mereka sudah baik-baik saja. Anggota perempuan satu-satunya di The6 itu menghembuskan napas lega. Ikut senang dengan perkembangan baik ini.

Padahal sebelumnya, The6 sudah berniat untuk kembali merapatkan cara untuk menolong Jinandra dan Hani agar bisa baikan. Support teman, biar kayak bestfriend goals gitu, mumpung sang lelaki (read. Jinandra) belum kembali. Tapi terlambat, begitu kembali ke tongkrongan, Jinandra dan Hani sudah bertindak normal, seperti tidak ada masalah apa-apa sebelumnya.

"Cepet banget sadarnya." Jae tak bisa menahan diri untuk nyinyir. "Adaw!" Spontan Jae berteriak ketika Walendra dengan sigap menggeplak kepalanya dengan textbook.

"Padahal si Jin sampe kemaren masih galau berat ya." Entah sadar atau tidak, Doni malah bergumam agak keras. Kemungkinan besar disengaja. "Bagus lah, berarti gue nggak mesti liat acara galau-galauannya Jinandra lagi." Doni tidak bisa menahan diri untuk tidak ikut-ikutan memanasi. Kali ini ada Jamie yang sudah siap menjewer telinga si pemain drum itu.

"Syukur, deh. Selamat! Gue ikut seneng." Walendra tersenyum tulus. "Gini dong, akur. Alergi banget gue ngeliat kalian sok-sok berantem. Mellow amat, kayak sinetron azab." Namanya teman, walau baru saja memuji, tetap saja ia tak lupa untuk menabur minyak dalam api.

"Hahaha siapa yang berantem sih, Wal?" Hani malah tertawa menanggapi celotehan Walendra. "Gue sama Sunni nggak berantem, kok."

"Nggak berantem tapi mellow, ya?" Brian spontan nyeletuk. "Eh tau nggak? Selain leader kita yang terhormat ini, ada orang lain juga loh yang mellow. Tau nggak sih si Hani ini...." Code blue. Buru-buru Hani membekap mulut Brian yang sudah bersiap cepu.

Hani sebenarnya tahu, Brian tak mungkin membongkar rahasianya, inti dari percakapannya dengan Brian tempo hari. Walaupun tampangnya tidak meyakinkan, tapi Brian selalu memegang teguh amanah yang disampaikan padanya. Tapi tetap saja, mungkin ada detail-detail kecil lain yang diceploskan lelaki itu, seperti Hani yang menangis saat curhat dengan Brian misalnya. Walau bukan masalah besar, tetap saja Hani tak ingin membuat yang lain khawatir, terutama Jinandra. Biarlah mereka tidak tahu mengenai apa yang terjadi, lebih baik seperti itu.

"Hahaha udah, ah. Gue sama Hani baru nyampe nih, masa udah di-bombardir." Jinandra akhirnya menengahi. Ia genggam erat tangan Hani, mengajaknya ikut duduk. "Gue sama Hani bahkan belum duduk." Omelnya kemudian.

"Yaudah, duduk dulu, duduk dulu. Ngopi dulu, Bos!" Brian nyeletuk, setelah dengan susah payah berhasil melepaskan diri dari bekapan Hani.

"Hahaha kita nggak niat nge-interogasi kok, Jin." Jae tertawa. "Kita seneng lo sama Hani udah baik-baik aja."

"Nah, bener. Dengerin tuh, Don!" Walendra malah mengoper kesalahan pada Doni, membuat yang dituduh segera protes.

"Lah? Kok jadi gue?!" Doni misuh-misuh, bibirnya mengerucut.

Jamie mendekat ke Hani. "Udah ah, mending lo ikut gue aja, Han. Biarin aja nih cowok-cowok nggak jelas ribut sendiri." Ucapnya. Anggukan Hani menjadi bentuk persetujuan bagi Jamie. Ia lantas menggandeng lengan perempuan berambut sebahu itu, mengajaknya pergi menyingkir.

"Eh? Mau kemana?" Jinandra langsung bereaksi saat Jamie dan Hani baru akan beranjak.

"Kalian berisik. Wlek!" Malah Jamie yang menjawab sambil memeletkan lidahnya. "Kita pergi dulu. Bye, bye!"  Serunya kemudian, masih ceria. Padahal Jamie paling-paling hanya mengajak Hani ngobrol dengan pemilik cafe tempat mereka nongkrong, yang saat ini duduk di meja kasir. Hani sudah hapal kebiasaan Jamie. Lagipula pemilik cafe ini memang sudah akrab dengan The6. Karena kurang lebih seumuran, maka mereka semua berteman baik.

Hani menahan tawa. Keadaan seperti ini sudah sering ia alami, terlebih karena Hani sering diajak Jinandra nongkrong bersama The6. Tidak ada masalah bagi Hani, toh personil The6 juga teman-temannya. Hani tiba-tiba deja vu, teringat akan pertemuan pertamanya dengan seluruh personil The6. Memorinya kembali terputar ke belakang, beberapa tahun yang lalu.

*****

"Oy, pengumuman-pengumuman." Jae datang-datang sudah berseru heboh. Wajahnya terlihat antusias, bagaikan akan membawa kabar yang penting. "Si Jinandra udah punya cewek, cuy!" Jae masih terlihat antusias saat menyampaikan beritanya.

"Hah? Siapa? Siapa? Yang waktu itu diceritain bukan?" Walendra bertanya dengan tidak sabarnya.

"Wah, jadi beneran ya sama Bu Wakil?" Brian ikut-ikutan antusias. Padahal ia bahkan tidak tahu siapa orang yang dimaksud.

"Ho'oh." Doni, sebagai salah satu sumber terpercaya, mewakilkan diri menjawab. "Nah, pas banget. Orangnya dateng, tuh!"

Panjang umur, baru juga dibicarakan, kedua orang tersebut akhirnya datang. Sepasang manusia yang baru kasmaran, masih hangat-hangatnya. Pasangan muda-mudi itu masih sempat-sempatnya saling melempar candaan saat sedang berjalan. Padahal teman-temannya sudah geregetan, bersiap melakukan sesi wawancara terhadap pasangan baru.

"Hai! Lagi ngebahas apa nih? Kayaknya seru banget." Jinandra ancang-ancang basa-basi sebelum di-interogasi.

"Ngomongin lo." Sayangnya, Jamie menjawab tanpa basa-basi. "Uhuy, akhirnya ada yang ngajak cewek juga kesini, diantara jomblo-jomblo kering kayak lo-lo pada." Jamie masih sempat-sempatnya menyindir sebelum memperkenalkan diri.

"Yeu, sadar diri." Doni menoyor Jamie pelan. "Lo juga jomblo."

"Aduh, gue tersakiti." Jamie, seperti biasa, sok hiperbolis. Untung fokusnya cepat teralih. Gadis itu lantas menatap Hani yang masih awkward berdiri. Maklum, namanya juga di lingkungan baru. "Wah, ini toh yang sering diomongin. Kenalin, gue Jamie. Mbak cantik disana siapa namanya?" Jamie langsung mengajak kenalan dengan ramah. Memang tak salah jika julukan certified social butterfly disematkan padanya.

Hani tertawa pelan, lantas menjabat tangan Jamie. "Gue Hani. Salam kenal juga ya."

"Haduh, Tom and Jerry ribut mulu, lama-lama gue nikahin juga tuh berdua. Emang cuma gue yang paling bener disini. Nggak usah dipeduliin ya, Han." Walendra masih sempat ngedumel. "Anyway, gue Walendra. Mau dipanggil Wal doang juga gue nengok, kok." Ucapnya, memperkenalkan diri.

"Gue Brian, yang paling kalem disini." Belum sempat Hani membalas jabatan tangan Walendra, Brian sudah ikut-ikutan memperkenalkan diri.

"Nggak usah percaya sama Walendra-Brian, Han. Musyrik." Canda Jinandra, merujuk pada Walendra dan Brian yang mengakui diri sendiri sebagai manusia kalem.

"Hahahahaha musyrik. Dikata dukun kali, ah." Ceplos Jae spontan. Ia lantas balik menghadap Hani. "Santai aja ya Han disini. Kadang mereka emang suka bikin darah tinggi, tapi anaknya baik-baik, kok. Beneran."

Hani lagi-lagi tertawa. "Hahaha okay, Jae. Udah biasa kok gue. Ngadepin anak-anak di jurusan kan juga suka bikin darah tinggi. Apalagi yang ngumpul tugasnya suka telat-telatan, macem lo sama Doni hahaha." Hani malah ikut-ikutan bercanda, mencairkan suasana.

"Waduh, counterattack." Ini Brian yang nyeplos.

"Wah, mantap Hani. Gue suka gaya lo." Jamie malah ikut-ikutan bersorak.

"Hehe ampun, Bos-ku!" Doni cuma cengengesan. Untung saja Doni dan Jae tidak ambil hati, sudah tahu kalau Hani cuma bercanda.

Hani tertawa. Ia merasa seperti bertemu kembali dengan teman lama. Padahal baru kali ini Hani berkenalan dengan personil The6 lainnya, seperti Jamie, Brian dan Walendra. Jinandra, Jae dan Doni tidak dihitung, mereka kan sudah sering bertemu karena satu jurusan.

Padahal tadinya Hani sudah agak was-was, takut tidak bisa menyesuaikan diri dengan teman-teman Jinandra. Tapi melihat keramahan dan santainya personil The6 mengajaknya bicara bagaikan kawan lama, membuat ia akhirnya bisa bernapas lega. Hani senang, teman-teman Jinandra sangat welcome kepadanya. Ia merasa diterima.

Semoga seterusnya tetap seperti ini.

Will You Marry Me? | Sungjin Day6Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang