"Yaudah, gue balik, ya?" Pamit Jae pada Jinandra dan Hani. Personil The6 yang tadi ramai-ramai berjalan ke tempat parkir, satu persatu meninggalkan tempat tongkrongan.
"Bye! Gue balik duluan. Kalian ati-ati di jalan." Jamie ikut-ikutan pamit, meninggalkan dua sejoli di tempat parkir.
"Iya, Jam. Lo juga ati-ati. Jangan ngebut lo, Don!" Jinandra mewanti-wanti. Lelaki itu lantas menoleh pada Hani, yang masih berdiri disebelahnya. "Aku anter pulang ya?"
Hani mengangguk. "Ayo."
*****
"Assalamualaikum. Ma? Hani pulang." Hani mengucapkan salam begitu ia sampai di depan rumah. "Mau mampir dulu, Sunni?" Tanyanya pada Jinandra yang sudah mengantarkannya dengan selamat.
"Boleh." Jinandra cengar-cengir. "Udah lama juga aku nggak ketemu Mama."
Tak usah heran dengan nama panggilan yang ditujukan Jinandra terhadap Mama Hani. Jinandra memang terbiasa memanggil orangtua sang kekasih dengan sebutan Mama. Begitupula Hani yang memanggil orangtua Jinandra dengan sebutan Bapak dan Ibu. Mereka memang sudah terbiasa memanggil orangtua pasangan masing-masing dengan panggilan seperti itu. Kepalang sudah akrab, sudah dianggap seperti anak sendiri.
"Waalaikumussalam." Panjang umur, baru juga disebut Mama Hani sudah membukakan pintu. "Eh, ada Nak Andra. Masuk dulu, Nak." Mama Hani, seperti biasa, menyambut dengan ramah.
"Iya, Ma."
*****
"Apa kabar Nak Andra? Lagi sibuk ya? Udah lumayan lama nggak main ke rumah." Sambil membawa teh di atas nampan, Mama Hani bertanya pada Jinandra yang duduk anteng di ruang tengah.
Jinandra buru-buru menghampiri, membantu membawakan nampan dari tangan orangtua sang kekasih. "Iya, Ma. Jadwal rekaman lagi agak padet. Beberapa hari yang lalu baru selesai." Balasnya agak kikuk.
"Ohh hahaha, bagus lah. Mama kirain lagi berantem sama Hani." Mama Hani berseloroh. Jinandra meneguk ludah, bingung harus menjawab seperti apa. Padahal Mama Hani hanya asal berucap, tak ada maksud menyinggung sama sekali.
"Mama ih, Sunni baru dateng udah diinterogasi aja." Untungnya tak lama kemudian Hani datang. Membawa sepiring kue bolu dari dapur, ia menyelamatkan suasana.
"Hahaha ya kan Mama kangen sama calon mantu. Ditungguin kok nggak dateng-dateng." Tampak Mama Hani mencoba mencairkan suasana. "Eh, dimakan itu bolunya Nak Andra, masih anget, baru banget selesai Mama panggang."
Jinandra segera sigap mencomot kue yang tersedia. "Wah, enak banget, Ma! Kue buatan Mama emang selalu top! Kalo dijual bisa laris nih, Ma." Berbinar-binar sambil mengacungkan dua jempol, Jinandra memuji masakan Mama Hani. Bukan hanya ingin menyenangkan hati sang calon mertua, faktanya kue buatan Mama Hani rasanya memang enak. Hampir mirip seperti yang dijual di toko kue kenamaan, bahkan seringkali lebih enak.
"Hahaha bisa aja kamu, Andra." Mama Hani terlihat senang dengan pujian yang diberikan. "Masih ada tuh di dapur, nanti dibawa aja Nak Andra, buat di rumah." Kepalang dipuji, Mama Hani jadi menawarkan Jinandra untuk membungkus.
"Wah, dengan senang hati, Ma!"
*****
"By the way, anak Mama kapan nih mau diajak serius, Nak Andra? Kuliah sudah selesai. Masing-masing dari kalian juga sudah kerja. Kalau ada niatan, baiknya nggak ditunda loh Ndra hahaha." Diselingi tawa, Mama Hani buka suara, mencoba membuka konversasi. "Eh, tapi kalo mau fokus karir dulu juga nggak apa-apa sih. Kalian masih muda, nikmatin dulu masa muda, kejer mimpi yang belum kesampaian." Segera Mama Hani menambahkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Will You Marry Me? | Sungjin Day6
FanfictionMenjalin hubungan dalam jangka waktu yang tidak sebentar membuat Jinandra memantapkan hatinya untuk melamar Hani. Tapi lamarannya..... ditolak?!