Rencana

119 17 27
                                    

"Sebulan lagi Hani ulang tahun." Jinandra membuka percakapan diantara teman-temannya yang sedang berkumpul. Sekumpulan manusia itu langsung memasang telinga, mendekat pada sang empunya suara.

"Mau bikin surprise party?" Tebak Walendra spontan. Lelaki itu tampak penasaran.

"Hehe iya. Rencananya gue mau minta tolong kalian gitu. Bantuin gue buat nyiapin acaranya." Jinandra nyengir sambil mengusap tengkuknya yang tak gatal. "Sekalian gue mau nyoba ngelamar Hani lagi."

"Woah...." Jae membelalakkan matanya. "Keren banget lo, Bro! Pantang menyerah. I'm in!" Responnya kemudian. Si lawan bicara cuma bisa cengengesan.

"Udah punya apa lo mau ngelamar anak gadis orang? Tabungan cukup?" Jamie menaik-turunkan alis, tampak menggoda Jinandra.

Jinandra tersenyum tipis. "Ya lumayan lah, Jam. Insyaallah cukup kalo buat menghidupi keluarga kecil."

Jae menjitak Jamie, cepat menghardik sang teman perempuan yang masih menaik-turunkan alis. "Eits, sembarangan! Lo nggak liat segetol apa si Jin akhir-akhir ini? Kerja keras bagai kuda, ngumpulin tabungan. Kalo Jinandra udah memutuskan sesuatu, pasti dia udah punya planning jangka panjang. Kayak nggak tau Jinandra aja lo, Jam!"

"Hahaha iya, bercanda! Gue yakin kok kalo sama Jinandra." Jamie malah cengengesan. "Gue mau dong ikutan bantuin! Konsepnya gimana, nih?" Kelihatan sekali kalau gadis itu sangat antusias untuk mendengar rencana teman baiknya.

"Kembali lagi bersama Jinandra dan rencananya yang ribetnya ngelebihin bikin proposal dan juklak sekaligus." Doni mendesah pasrah, tapi bibirnya membentuk senyum. Ia tepuk-tepuk pundak sang teman, "tapi nggak apa-apa. Gue seneng. You're doing great, Bro!"

"Mau bikin acara surprise yang gimana, nih? Apa yang perlu gue bantu?" Tanpa ba-bi-bu Brian langsung menawarkan bantuan.

"Kalo secara mental gimana? Lo yakin udah siap?" Walendra yang sedari tadi diam, tiba-tiba buka suara. "Maksud gue, banyak hal yang perlu dipersiapkan buat menikah, termasuk dari segi mental. Tanggung jawab yang bertambah, menyatukan isi dua kepala, menahan ego, memperbaiki komunikasi.... semua itu butuh dipikirin mateng-mateng loh, Jin."

Jinandra tersenyum tipis. Tentu saja, sudah banyak yang ia pikirkan sebelum menyatakan siap untuk melangkahkan kaki ke jenjang hubungan yang lebih lanjut. "Insyaallah gue siap, Wal." Balas Jinandra mantap, sorot matanya memancarkan keyakinan. Bila yang dimaksud adalah hubungannya dan Hani, Jinandra yakin siap. Pertimbangannya sudah cukup matang.

"Okedeh kalo gitu." Melihat sorot mata lelaki di depannya, Walendra langsung meng-iya-kan jawaban Jinandra. Sebenarnya ia yakin bahwa teman baiknya sudah memikirkan matang-matang pilihannya, Walendra hanya ingin memastikan saja. "Gue ada temen EO kalo dibutuhin. Bikin lamaran yang niat ya, jangan malu-maluin." Walendra ikut-ikutan menawarkan bantuan.

"Jinandra mana pernah nggak niat kalo ngelakuin sesuatu, ya nggak Jin?" Jae terkekeh. "Mau ngerjain gue pas ultah aja niat banget. Jangan kira gue nggak tau ide siapa waktu itu." Sindirnya pelan.

Jinandra nyengir lebar. "Ya, maap." Ucapnya pada sang lelaki jangkung itu, sedang yang diucapi hanya tertawa.

"Okay, back to the topic." Jinandra menepuk tangan, mencoba mengembalikan fokus pembicaraan. "Gue punya materi lagu, nih. Kemaren udah gue obrolin ke Yuyun dan dia setuju buat bantuin." Jinandra menatap kelima temannya dengan pandangan serius. "Nah, kalo di hari-h gue minta tolong kalian buat menginterpretasikan ini jadi hal yang lebih baik, pada mau nggak? Sorry ya, gue jadi ngerepotin hehehe."

"Gue oke." Doni cepat meng-iya-kan.

"Gue hubungin temen gue yang punya EO." Walendra sudah siap dengan handphonenya.

Will You Marry Me? | Sungjin Day6Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang