#9

929 153 8
                                    


Tolong,jangan lupa vote!









***

Mata sembab,rambut yang terlihat berantakan,wajah murung Park Chaeyoung kini benar-benar menyedihkan,sejak memasuki apartemen Jihyo,gadis itu tidak mengatakan apapun,matanya kosong menerawang entah kemana, membuat Jihyo menjadi menyesal memberi solusi seperti itu pada Chaeyoung,tapi sungguh niat Jihyo memang hanya ingin membantu gadis itu,sejak awal ia juga tidak memaksa,dan jujur saja saat Chaeyoung menghubungi nya dan mengatakan bahwa dia bersedia,hati Jihyo juga merasa sesak,ia dapat merasakan sakit yang di simpan oleh Park Chaeyoung.

Jihyo memeluk Chaeyoung yang kini berada di sofa ruang tengah apartemennya,ia tidak sanggup berkata-kata,ia hanya ingin Chaeyoung tahu bahwa gadis itu juga merasa tidak tega kalau Chaeyoung sampai harus melakukan hal yang sama seperti yang pernah ia lakukan beberapa tahun yang lalu saat keluarganya terlilit hutang hingga puluhan juta won.

"Chaeng-ah...." Jihyo memanggil nama Chaeyoung lembut.

"Kau bisa membatalkannya jika kau mau,aku akan menghubungi Taehyung oppa." Jihyo menawarkan kesempatan jika Chaeyoung ingin berhenti,selagi masih bisa,selagi mereka masih berada di apartemen nya.

Chaeyoung hanya menggeleng lemah "ayah harus segera di operasi,tak apa aku melakukannya.... Aku benar-benar siap dengan apapun yang akan terjadi."

Jihyo mengangguk paham,ia mengusap lembut lengan Chaeyoung,tapi kemudian Jihyo bangkit berdiri saat mendengar suara ponselnya begitu nyaring menandakan adanya panggilan telepon.

"Hallo..." Jihyo sedikit menjauh saat mengetahui siapa yang menghubungi nya, sedangkan Chaeyoung hanya memandang itu tanpa minat,gadis itu kini menyandarkan kepalanya di sofa,sekali lagi memikirkan apa yang akan terjadi padanya nanti, Jihyo sudah berjanji tidak akan memberi tahu siapapun tentang ini,ini akan menjadi rahasia mereka berdua.

Jihyo kembali mendekati Chaeyoung ragu-ragu "chaeng-ah"

Chaeyoung menolehkan wajahnya "ng."

"Um... Tadi,tadi Taehyung menghubungi ku,dia bilang...kalau,kalau ia membatalkan nya." Jihyo memandangi Chaeyoung yang kini terlihat mengerutkan dahi mencoba memahami perkataan nya.

"Dia bilang,uangnya untukmu saja,tapi... Lusa kau harus menemuinya di suatu tempat,ia akan mengirimkan alamat nya padamu lusa,dan dia akan memberi sisa uang sesuai yang ia janjikan lusa,apa... Kau tak apa menunggu sampai lusa?"

Chaeyoung menghela nafas lega, setidaknya bukan hari ini kan ia harus bertemu pria itu, dan lagi ia juga masih bisa memakai uang pemberiannya untuk membayar biaya operasi ayahnya "baiklah."

"Taehyung pria yang baik,walau terkadang dia bersikap sedikit aneh,aku mengenalnya sudah satu tahun karna kebetulan dia adalah teman dari Daniel, kekasihku."

"Oh dan,dia tidak pernah bersikap kasar pada wanita,kau tidak perlu khawatir tentang bertemu dengannya lusa nanti,aku akan menjamin bahwa ia akan bersikap baik padamu." Jihyo berbicara panjang lebar tentang orang yang akan Chaeyoung temui lusa, sedikit informasi itu membuat Chaeyoung lega, setidaknya pemuda itu orang yang di kenal baik oleh Jihyo.

Terimakasih tuhan, setidaknya aku bisa mempersiapkan diriku hingga lusa.

***

Park Sooyoung sedang duduk sambil memandangi ayahnya saat Chaeyoung masuk ke dalam ruang rawat itu, Chaeyoung mengusap lembut punggung kakaknya yang membuat sang kakak otomatis menolehkan wajahnya "ah,kau sudah kembali."

Chaeyoung mengangguk kemudian memberikan amplop pada Sooyoung "ini,eonnie pergilah ketempat administrasi."

Sooyoung menatap amplop yang di sodorkan oleh adiknya "dari mana kau dapatkan ini?"

"Ini.... Aku,aku meminjam dari Jihyo,kau ingat kan? Jihyo yang sering bermain ke rumah saat aku masih SMP." Chaeyoung berusaha menutupi kegugupannya.

"Jihyo?"

Chaeyoung mengangguk "sudah ambil saja,ini." Chaeyoung menarik tangan Sooyoung dan menaruh amplop itu pada tangan kakaknya.

"Tapi bagaimana caramu membayar nya nanti?" Sooyoung memandangi adiknya ragu.

"Aku akan bekerja paruh waktu, Jihyo punya salon,aku akan bekerja disana." Chaeyoung tidak berbohong soal jihyo yang punya salon, tapi ia berbohong tentang akan bekerja disana.

Sooyoung mengangguk mengerti,ia merasa lega mendengar itu,ia cukup mengenal Jihyo dan tentu saja ia percaya perkataan adiknya.

"Baiklah,aku akan mengurus administrasi,kau disini ya temani ayah." Sooyoung berdiri kemudian meninggalkan Chaeyoung dan ayahnya, setelah pintu ruang rawat itu tertutup Chaeyoung duduk dan menggenggam tangan ayahnya "mianhae."

Kalau ada jalan lain, Chaeyoung mungkin tidak akan memilih menjual keperawanannya,tapi sungguh keadaan benar-benar memaksa ia melakukan hal yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya,jika ayah atau Sooyoung tahu pasti mereka akan kecewa,tapi mau bagaimana lagi semua terjadi bukan karna keinginan Chaeyoung.

Setelah beberapa lama, Sooyoung kembali dan meminta Chaeyoung untuk pulang,karna bagaimana pun Chaeyoung harus masuk sekolah besok pagi, sedangkan Sooyoung memilih mengambil cuti untuk beberapa hari ke depan.

"Aku pulang,jika terjadi sesuatu segeralah menghubungi ku." Chaeyoung memeluk kakaknya sebelum pergi.

"Kau juga harus hati-hati di rumah." Sooyoung mengusap punggung adiknya pelan.

Chaeyoung mencium tangan ayahnya yang terlelap "aku pulang dulu,ayah harus tetap kuat dan sehat." Chaeyoung tersenyum tipis setelah mengatakan itu.

Setelahnya gadis itu pergi, berjalan menuju lift dan tanpa sengaja malah berpapasan dengan Lalisa, Chaeyoung menyernyitkan dahi saat tatapan mereka bertemu "kau?"

"Ouh, Chaeyoung kau disini juga?" Lalisa tersenyum dan mendekati Chaeyoung.

Chaeyoung hanya mengangguk kemudian menekan tombol saat sudah memasuki lift bersama Lalisa,ia tidak berniat bertanya meskipun ingin tahu kenapa gadis itu ada di rumah sakit,tapi Lalisa justru bertanya seolah bisa membaca apa yang di pikiran oleh Chaeyoung "aku baru menjenguk seseorang."

Chaeyoung menoleh "oh."

"Kau,kenapa ada di sini?"

"Aku,em... Ayahku di rawat disini.", Chaeyoung menjawab tanpa menolehkan wajahnya.

"Ah, benarkah? Ayahmu sakit apa?" Lalisa bertanya ingin tahu.

"...." Chaeyoung memilih tidak menjawab,ia tidak suka saat ada orang lain yang bertanya banyak hal tentangnya,lagi pula ia takut gadis di sampingnya akan menceritakan nya pada orang lain,mengingat Lalisa dekan dengan Sowon di sekolah, bagaimanapun Sowon terkenal suka bergosip di sekolahnya.

Lalisa hanya mengangguk singkat saat menyadari Chaeyoung tidak menjawab pertanyaannya "kau pulang naik apa?"

"...."

"Bagaimana jika ku antar,dari pada menaiki bis,lagipula kita searah kan?"

"Tidak perlu,aku akan naik bis saja."

Lalisa lagi-lagi tersenyum,ternyata mendekati Chaeyoung tidak mudah, padahal ia sungguh menyukai gadis itu "baiklah."

Setelah lift terbuka keduanya berjalan keluar, Chaeyoung berjalan lebih dulu dan menuju halte bis sedangkan Lalisa masih memandangi gadis itu dengan tatapan sendu yang ia tahan sedari tadi.

Chaeyoung keluar dari area rumah sakit ia hampir sampai di halte bis sampai kemudian menyadari jika ada seseorang yang mengikutinya, tadinya ia kira itu Lalisa tapi matanya otomatis membulat saat mendapati lelaki dengan jaket bomber hitam berdiri di depannya dengan mata tajam dan terlihat menahan marah menarik lengannya dan memaksa dirinya untuk masuk kedalam mobil Mercedes hitam "jangan melawan,masuk lah."

Chaeyoung masuk dan menghela nafas nya perlahan saat lelaki itu kini telah duduk di balik kemudi di sampingnya "apa mau mu Jeon Jungkook?"





****



- HOPE NOT -

HOPE NOTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang