#14

960 151 13
                                    


Pengen rajin update, tapi suka lemes kalo liat vote :(

Yaudahlah ya, suka-suka aku aja update nya.











***



"Rasa strawberry untukmu, pisang untukku, dan satu bungkus keripik kentang untuk kita berdua." Lalisa menaruh makanan yang ia bawa di depan Chaeyoung, mereka sedang berada di atap menikmati jam istirahat sambil menatap langit yang sedikit mendung hari ini.

"Ah, kau sudah tahu apa yang aku suka, terimakasih." Chaeyoung menusukan sedotan lalu meminum susu strawberry miliknya.

Lalisa tersenyum, sebenarnya sejak tadi gadis itu tidak bisa berhenti tersenyum karena terlalu bahagia bisa menjadi semakin dekat dengan Chaeyoung, ia kini sudah punya nomer ponsel gadis cantik yang duduk di sampingnya itu "besok aku bawakan bekal ya? Bento buatan ibuku sangat enak, kau harus mencoba nya."

Chaeyoung mengangguk "boleh, sudah lama aku tidak memakan bekal buatan ibu." Chaeyoung menatap lurus dengan pandangan sayu, ia jadi teringat kalau dulu ibunya sering membuatkan bekal untuknya.

"Chaeng-ah bolehkah aku bertanya sesuatu?"

Chaeyoung menolehkan wajahnya "tentu."

Lalisa menggigit bibir nya pelan sebelum memutuskan untuk bertanya hal yang sungguh ingin ia ketahui  "Kenapa kau sering ke rumah sakit? Kau baik-baik saja kan?"

Chaeyoung menarik nafasnya pelan "ayahku sakit."

Lalisa mengangguk pelan lalu bertanya lagi "sakit apa?"

"Kanker otak,tapi syukurlah sekarang keadaan nya sedikit membaik."

Lalisa membulatkan bola matanya terkejut,ia tidak menyangka kalau sakit dari ayah Chaeyoung separah itu, meskipun diam-diam sering mengikuti Chaeyoung ke rumah sakit tapi gadis itu tidak pernah berhasil mendapatkan informasi tentang sakit yang di derita ayah dari Park Chaeyoung "semoga ayahmu cepat sembuh dan sehat lagi." Lalisa memeluk Chaeyoung dari samping.

"Semoga saja." Chaeyoung tersenyum tipis.

"Kenapa kau pindah ke korea?" Chaeyoung tiba-tiba menanyakan hal itu, yang sontak membuat Lalisa melepaskan pelukannya.

"Itu.... Karena,um.... Ah, ayahku membuka cabang restoran baru disini dan lagi pula aku menyukai Korea jadi aku sengaja ingin pindah kemari, ngomong-ngomong ibuku orang Korea." Lalisa menjelaskan panjang lebar meskipun sedikit gugup.

"Ibumu? Tapi kenapa bahasa Korea mu masih kaku? Apa kau tidak di ajarkan olehnya?" Chaeyoung jadi penasaran setelah tahu kalau ibu dari Lalisa ternyata orang Korea.

"Ah,itu karena.... "

"Chaeng-ah." Suara teriakan dari arah belakang membuat keduanya berbalik.

"Jungkook?" Chaeyoung mengangkat satu alisnya memandangi lelaki yang memanggil namanya itu.

"Aku mencari mu." Jungkook berjalan mendekati Chaeyoung lalu meraih tangan gadis itu dan menggenggam nya erat membuat Lalisa mencebikan bibirnya tidak suka.

"Ada apa?" Chaeyoung menatap Jungkook bingung, biasanya lelaki itu akan tidur di kelas saat jam istirahat atau biasanya ia akan keluyuran untuk tebar pesona pada para gadis,tapi sepertinya kegiatan tebar pesona Jungkook menghilangkan setelah ia mengklaim Chaeyoung sebagai kekasihnya.

"Aku ingin makan siang bersama mu."

Chaeyoung menaikkan satu alisnya merasa cukup aneh karena tidak biasa Jungkook mau makan siang di kantin, dan karena Chaeyoung masih tidak memberikan respon apapun Jungkook memutuskan menarik tangan Chaeyoung membawa gadis itu pergi dari atap sekolah meninggalkan Lalisa yang dengan sangat jelas memberikan sorot tidak suka pada sikapnya.

"Apa-apaan itu tadi, menyebalkan."


***

Chaeyoung memandangi jalan dari jendela apartemen Jungkook,karena unitnya memang berada di lantai 20,jadi pemandangan dari atas sini memang terlihat indah,lalu lalang kendaraan bermotor serta lampu-lampu yang menghiasi kota benar-benar sesuatu yang enak untuk di pandang.

Sejak pulang sekolah gadis itu memang berada disini karena Jungkook memaksanya untuk menginap di apartemen nya malam ini, Jungkook mengajak Chaeyoung untuk maraton menonton film dan juga lelaki itu meminta padanya untuk di ajari bermain gitar, Jungkook bilang ia ingin mengiringi Chaeyoung bernyanyi dengan suara gitar yang ia petik, meskipun menurut Chaeyoung ia tidak akan pernah bernyanyi lagi di depan Jungkook karena jujur saja ia malu.

Tapi sekarang Chaeyoung malah di tinggal sendirian disini, sudah lebih dari setengah jam yang lalu Jungkook pergi setelah mendapat panggilan telepon dari ibunya, lelaki itu pergi dengan wajah di tekuk seolah tidak enak karena harus meninggalkan Chaeyoung sendirian, sebenarnya kalau boleh jujur Chaeyoung tidak masalah di tinggalkan sendiri karena jujur saja semenjak dirinya terlalu sering bersama Jungkook hatinya terkadang merasakan getaran itu lagi, getaran perasaan yang ia sadari bahwa itu cinta.

Sejak perginya Jungkook dari apartemen ini, Chaeyoung terus memikirkan sebenarnya siapa Jungkook dan seperti apa keluarga lelaki itu, karena jika di lihat dari kondisi apartemen mewah milik Jungkook dan mobil Mercedes milik lelaki itu secara tidak langsung menunjukkan bahwa ia bukan orang sembarangan, dan jujur saja Chaeyoung merasa bodoh karena tidak tahu apa-apa tentang Jeon Jungkook.

"Chaeng-ah." Suara panggilan dari arah pintu membuat Chaeyoung membalikan badannya dan tersenyum saat menyadari kalau Jungkook sudah kembali.

"Apa aku terlalu lama?" Jungkook berjalan terburu-buru kemudian menarik Chaeyoung kedalam pelukannya erat "apapun yang terjadi jangan meninggalkan ku ya?"

Chaeyoung mengerjapkan matanya mencoba memahami maksud dari perkataan Jungkook "ada apa?"

"Berjanjilah untuk tidak meninggalkan ku." Jungkook semakin mengeratkan pelukannya.

"Jung.... Aku tidak bisa bernafas." Chaeyoung menepuk pelan tubuh Jungkook karena ia jadi sesak di peluk terlalu erat begitu.

Jungkook melepaskan pelukannya "aku mencintaimu." Ditatapnya mata Chaeyoung dalam, seolah-olah itu bisa membuat gadis di depannya percaya akan kesungguhan hatinya.

Chaeyoung membalas tatapan itu dengan bibir bergetar "Jung.... Aku."

"Kau mencintaiku kan?" Jungkook meraih satu tangan gadis di depannya itu mengusapnya lembut.

"Aku.... "

"Katakanlah."

Bibir Chaeyoung bergetar lagi bersamaan dengan jatuhnya setetes air mata di kulit putihnya "aku... Mencintaimu." Chaeyoung tak kuasa menahan air matanya lagi, sungguh ia tidak sanggup menahan perasaannya lagi, tidak apa kan jika ia menaruh harapan atas nama cinta pada Jeon Jungkook?

Jungkook kembali menarik Chaeyoung kedalam dekapannya mengusap lembut rambut gadis itu dan menjatuhkan ciuman di kening Park Chaeyoung "terimakasih."

Chaeyoung tersenyum tulus "kau juga tidak akan meninggalkan ku kan?"

Jungkook menggeleng mantap "tentu saja tidak."

"Sebenarnya ada apa?" Chaeyoung bertanya karena saat datang tadi Jungkook bersikap tidak biasa.

Jungkook menghela nafasnya pelan "nanti akan aku ceritakan, tapi tidak sekarang, sekarang aku ingin menikmati waktu berdua denganmu, melakukan apa yang sudah kita rencanakan tadi, tidak apa kan?"

Meskipun penasaran tapi Chaeyoung memilih menyetujui kemauan Jungkook, karena Chaeyoung ingin memberi Jungkook ruang agar siap bercerita padanya.

"Kalau begitu, ayo kita pilih DVD yang akan kita tonton." Jungkook menarik Chaeyoung ke ruang tengah, lelaki itu kemudian mengecek koleksi DVD nya, sedangkan Chaeyoung memilih duduk dengan nyaman sambil mengamati Jungkook yang terlihat serius dengan kegiatannya, tanpa sadar sebuah senyuman terukir indah di wajahnya, Chaeyoung yakin keputusan nya untuk jujur dengan apa yang ia rasakan sudah benar, dan apapun yang akan terjadi nanti ia sudah menyiapkan hatinya.

"Tidak apa kan jatuh cinta lagi?"


***


- HOPE NOT -








HOPE NOTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang