#17

879 133 11
                                    


Baru tersadar kalo udah lama gak update

Btw, jangan lupa vote ya!



***






Pagi itu, Chaeyoung baru saja keluar dari rumah, berniat untuk bergegas pergi ke halte bis menuju sekolah, tapi ketika baru beberapa langkah gadis itu terdiam menatap seseorang yang kini berdiri di depannya, orang yang tentu saja dia kenal dengan baik, wanita paruh baya di hadapannya tersenyum kikuk kemudian berjalan mendekat kearahnya "selamat pagi."

"Selamat pagi, kenapa bibi ada disini?" Chaeyoung menjawab sapaan dari bibi Yangim, adik dari ibunya.

"Um, aku hanya kebetulan lewat, dan ini ada titipan untukmu." Bibi Yangim menyodorkan sepucuk surat ke hadapannya.

Chaeyoung menatap surat itu dan tidak berniat mengambil nya "dari dia?" Gadis itu bertanya memastikan orang yang menitipkan surat itu pada bibi Yangim, ini sedikit aneh, mengingat biasanya surat-surat itu datang lewat pos.

Bibi Yangim mengangguk pelan "iya."

Chaeyoung menghela nafasnya, "kenapa bibi yang mengantarkan surat itu?"

Yangim tersenyum tipis "terima dan bacalah agar kau tahu alasan kenapa aku yang mengantarkan nya padamu."

Chaeyoung menerima amplop yang di berikan oleh bibi Yangim, sejujurnya ia tidak berniat membaca surat itu, tapi bagaimanapun ia ingin menghargai bibinya itu yang sudah jauh-jauh mengantarkan surat itu sendiri padanya.

Setelahnya bibi Yangim berpamitan pergi karena ia juga harus bergegas pergi bekerja "aku pergi, sampaikan salamku pada Sooyoung dan ayahmu."

Chaeyoung mengangguk pelan, setelah bibinya pergi Chaeyoung melanjutkan langkahnya menuju halte, ia tidak ingin di hukum karena terlambat karena nanti sepulang sekolah gadis itu akan langsung pergi ke rumah sakit mengunjungi ayahnya.

Suara motor yang berhenti tepat di sampingnya membuat Chaeyoung menoleh dan merengut menatap pengendara motor itu, bisa saja kan itu orang jahat?

Chaeyoung menghela nafasnya saat si pengendara motor itu membuka helm yang ia pakai "Jungkook."

Jungkook terkekeh "ayo naik."

Chaeyoung menatap ngeri motor hitam di depannya "tidak mau, itu tinggi kalau aku jatuh bagaimana?"

"Aiiish, tentu saja tidak akan, kau bisa memelukku dengan erat." Jungkook tersenyum penuh arti yang di balas delikan sebal oleh Chaeyoung, gadis itu tetap pada pendiriannya tidak ingin menaiki motor itu.

"Naiklah, aku akan pelan-pelan." Jungkook meraih satu tangan Chaeyoung, menarik gadis itu agar mendekat padanya "kemarin kau pergi terburu-buru mengacuhkan ku begitu saja, padahal aku belum puas memelukmu, dan karena itu kau harus membayar pelukan itu hari ini, ayo cepat naik."

Chaeyoung memejamkan matanya, sungguh Jeon Jungkook ini apa, kenapa selalu sesuka hatinya, dan bayangkan sebuah pelukan bahkan harus ia bayar, yang benar saja.

Dan karena ia tidak mau membuang waktu terlalu lama lagi maka Chaeyoung menurut untuk naik keatas motor besar itu yang jujur saja membuatnya kesulitan padahal seingatnya ia tidak sependek itu, setelah memastikan Chaeyoung telah duduk dengan nyaman Jungkook kembali menyalakan mesin motornya "chaeng-ah kau tahu, jika kau menurut padaku begini, kau menjadi seratus kali lebih cantik, dan aku suka."

Dan sepanjang perjalanan mereka menuju sekolah pipi Chaeyoung memerah, ia tidak pernah tahu kalau perkataan gombal Jeon Jungkook bisa membuatnya kepanasan di cuaca dingin pagi ini.


***


Setelah pelajaran matematika yang memusingkan, suara bel istirahat yang berdering begitu nyaring itu seperti oasis yang memberi kesegaran di tengah padang pasir bagi seluruh siswa mereka semua tentu menyambut dengan bahagia sedangkan guru Park tampak sebal karena ia belum selesai menjelaskan sebuah rumus, tapi bagaimanapun ia harus pergi dan membiarkan para murid untuk menikmati istirahat mereka.

Lalisa membalik tubuhnya dan menatap gadis yang duduk di belakangnya "atap?"

"Um, tapi aku perlu ke toilet dulu." Chaeyoung mengatakan itu sambil memasukan beberapa buku kedalam kolong mejanya.

Lalisa mengangguk "kalau begitu ayo, ngomong-ngomong aku membawa dua kotak bento untuk kita berdua."

Mata Chaeyoung berbinar mendengar kata bento yang baru saja di ucapkan Lalisa "jinjja? Kalau begitu kita makan bekal disini saja, tapi aku perlu ke toilet, kau bisa menunggu disini sebentar kan?"

Lalisa mengangguk "tentu."

Setelahnya Chaeyoung berjalan buru-buru menuju toilet, ia harus bergegas agar bisa memakan bento bersama Lalisa.

Setelah selesai dengan urusan buang air kecilnya, Chaeyoung berjalan kembali menuju kelas, namun ketika sampai di depan pintu gadis itu harus menyaksikan Lalisa sedang di bully oleh Nancy beserta sekutunya, gadis separuh bule itu sedang menumpahkan isi bekal Lalisa keatas kepala Lalisa yang kini berada di lantai dengan kondisi mengenaskan sambil menundukkan kepalanya pasrah, Chaeyoung kesal sangat kesal, Nancy memang gadis cukup populer di sekolah tapi ia populer bukan karena kepintarannya melainkan karena sikap buruknya yang suka seenaknya memperlakukan orang lain, ya.. dia adalah type gadis penguasa dan mau menang sendiri.

Chaeyoung berjalan mendekati Nancy, menarik rambut gadis itu dari belakang membuat gadis blasteran itu sontak berteriak kencang "YAK!"

Sedangkan Yeonwoo yang berada di samping Nancy membulatkan bola matanya menatap orang yang kini tengah menatap tajam pada mereka "Chae..."

"Aku sebenarnya tidak suka mencari masalah, tapi karena kalian mengotori mejaku, dan membuat keributan disini, mungkin aku harus sedikit memberi kalian pelajaran." Chaeyoung menatap tiga orang di depannya sambil tetap menarik rambut panjang kecoklatan milik Nancy membuat gadis itu meringis kesakitan.

"Ng... Aku hanya menemani Nancy kesini, aku tidak melakukan apapun." Momo menggeleng takut-takut sambil menatap kearah Nancy seolah meminta maaf karena tidak bisa menolong teman satu geng nya itu.

Chaeyoung mengangguk-anggukan kepalanya "hmm... Lalu siapa yang harus bertanggung-jawab atas kekacauan ini?" Chaeyoung menunjuk mejanya dan juga lantai yang kotor "Lalisa berdirilah."

Lalisa bangkit berdiri di bantu Momo seolah berusaha meyakinkan Chaeyoung bahwa ia tidak ikut membully gadis itu.

"Chaeyoung, gadis sialan ini mendekati Mingyu kau tahu kan Mingyu itu milikku." Nancy bersuara seolah apa yang di lakukan nya adalah hal yang benar.

"Gadis yang sedang kau bully itu temanku, dan sepertinya kau tahu seperti apa akhirnya jika berurusan dengan ku." Chaeyoung melepaskan tangannya dari rambut Nancy "aku beri kalian waktu sepuluh menit untuk membereskan ini, dan oh ngomong-ngomong yang tadi kalian lakukan sudah terekam di ponselku, sepertinya akan menjadi berita bagus kalau aku melaporkan pada media ada seorang anak pejabat yang melakukan bullying di sekolah." Chaeyoung tersenyum tipis membuat wajah Nancy memerah menahan marah, Nancy tahu berurusan dengan Chaeyoung adalah hal buruk, karena sejak dulu Park Chaeyoung terkenal tidak pantang menyerah dan selalu melakukan apapun untuk membalas orang-orang yang menurutnya mengganggu.

Yeonwoo dan Momo buru-buru membereskan meja Chaeyoung dan juga membersihkan lantai, yang membuat Nancy mau tak mau ikut bergabung dengan teman gengnya itu sedangkan Chaeyoung memilih membawa Lalisa menuju toilet untuk membersihkan diri "maaf karena aku lupa untuk memberi pelajaran pada gadis bule abal-abal itu, kau jadi harus kena bully lagi."

Lalisa menggeleng pelan "tidak, aku senang kau datang di waktu yang tepat, terimakasih, kau membuatku semakin menyukaimu." Gadis itu tersenyum menatap Chaeyoung, ia senang karena gadis di depannya mau membantunya dan mengkhawatirkan dirinya.

Chaeyoung tersenyum tipis.

"Chaeng-ah apa kau tidak ingin memutuskan Jungkook?" Lalisa bertanya tiba-tiba, yang membuat Chaeyoung menatapnya bingung "wae?"

Lalisa menggeleng pelan "um, tidak, hehe."




***


- HOPE NOT -

HOPE NOTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang