#20

1.4K 157 15
                                    


Hai!

Wkwkwkwkwkwkwkwkwkwk

Votenya tembusin 50 dong, jangan pelitpelit deh hehe.





***

Chaeyoung sedang asik memetikan gitar di pangkuannya yang menemaninya di sela waktu istirahat menyanyikan salah satu lagu milik Jonas Brother's.

Gadis itu memilih ruang musik dari pada kantin, menikmati waktunya sendiri dari pada berbaur dengan temannya yang lain, seperti biasanya, namun ketenangan yang dia nikmati harus segera berakhir ketika Jeon Jungkook datang menghampirinya kemudian menyodorkan sebotol susu strawberry di hadapannya "aku mencarimu."

Chaeyoung mendongak lalu tersenyum tipis dan menerima botol susu pemberian Jungkook "gomawo."

"Kenapa sendirian disini?"

"Um... Bukankah aku memang biasa sendirian disini."

Jungkook tersenyum tipis, mengambil kursi kemudian duduk di hadapan Chaeyoung "lain kali kau harus mengajakku, bukannya kau pernah berjanji akan mengajari aku bermain gitar?"

"Benarkah? Kapan aku membuat janji seperti itu?" Chaeyoung mengerutkan dahi nampak berusaha mengingat perkataan Jungkook.

"Ah.. kau pasti lupa, tapi aku serius ingin bisa bermain gitar, agar nanti aku bisa mengiringimu bernyanyi, dan oh, omong-omong apa kau tidak sadar kalau suaramu sangat merdu.. membuatku tenang saat mendengar nya." Jungkook memandangi kedua manik mata Chaeyoung yang otomatis membuat gadis di depannya itu salah tingkah.

"Kau menggombal terus huh.."

"Ahahaa.. apa uri chaeyoungie  sedang tersipu?" Jungkook menggoda Chaeyoung.

"Aniyo.."

"Baiklah, ayo ajari aku bermain gitar dan um, apa cita-cita mu.. menjadi musisi?" Jungkook meraih gitar yang ada di pangkuan Chaeyoung memindahkan ke pangkuannya.

Chaeyoung tersenyum tipis "dulu, aku sangat ingin menjadi musisi, membuat banyak musik yang indah menumpahkan segala rasa yang ada di hatiku, namun.. sekarang aku ingin bekerja keras menjadi seorang dokter." Tanpa sadar suara Chaeyoung memelan kemudian mengalihkan pandangannya.

"Kenapa?" Jungkook bertanya lembut, jujur ia suka saat Chaeyoung mulai mau menceritakan sisi lain dirinya, selama ini gadis cantik itu terlalu menutup diri, membuat tembok pembatas pada setiap orang, bukankah sekarang saat Chaeyoung mulai mau bercerita itu artinya ia mulai mempercayai nya kan?

Chaeyoung menghela nafasnya perlahan, menundukkan kepalanya menatap sepasang sepatu putih yang ia pakai, dengan ragu gadis itu berbicara pelan "ingin membuat ayah sembuh."

Ada rasa sakit yang ikut dirasakan oleh Jungkook setelah mendengar penuturan pelan Chaeyoung, sekarang ia mengerti kenapa gadis itu sering pergi ke rumah sakit, sering tiba-tiba meninggalkan nya, Jungkook sudah lama penasaran tapi ia cukup tahu diri untuk tidak memaksa Chaeyoung bercerita, bagaimanapun ia ingin semua berjalan secara alami, berjalan seperti semestinya dimana Chaeyoung mempercayai dirinya tanpa ia paksa.

Jungkook meletakan gitar di lantai, kemudian memilih duduk berjongkok di depan Chaeyoung mengusap pelan lengan gadis itu "kalau begitu, mari berjuang untuk mimpimu."

Seulas senyum tipis terukir manis di bibir Chaeyoung, jika dulu ia membuat batas, bolehkah ia membuka sedikit celah untuk Jungkook, bagaimanapun ia butuh seseorang yang mau mendengarkan keluh nya, seseorang yang bisa ia ajak berbagi sedikit perasaan nya, Chaeyoung rasa Jungkook adalah orang yang tepat, sekali lagi ia berharap pada Jeon Jungkook.

***

"Akhirnya kau pulang ke rumah." Wanita yang sedang duduk di ruang tengah sambil memegang cangkir berisi teh hangat yang baru saja ia teguk sedikit itu memandangi putranya yang nampak baru saja pulang dari sekolah.

Jungkook memilih acuh dan berjalan menuju kamarnya yang ada di lantai dua rumah besar keluarga Jeon itu, tadinya ia ingin pulang ke apartemen saja tapi ia baru ingat jika hari ini adalah hari ulang tahun Jisoo kakaknya, dan ya bagaimanapun Jisoo adalah orang yang Jungkook sayangi di rumah ini, dari pada orang tua mereka sendiri.

Jisoo menjaganya dengan baik, gadis yang terkadang berperilaku aneh itu sebenarnya adalah kakak yang baik, gadis itu memperhatikan nya, melindungi nya dari orang tua mereka yang selalu mengatur kehidupannya, Jungkook bisa tinggal di apartemen juga karena Jisoo, karena kakaknya itu tahu Jungkook tidak tahan tinggal di rumah besar ini, karena ibu mereka memiliki obsesi besar untuk menyiapkan Jungkook sebagai penerus banyak bisnis keluarga Jeon.

"Apa kau masih berkencan dengan gadis itu?"

Suara halus yang keluar dari bibir sang ibu mampu membuat langkah kaki Jungkook berhenti.

"Sebaiknya kau meninggalkan nya, dia putri dari Park Jiyong kan? Ah, kau pasti tidak mengenalnya, hanya saja perusahaan ayah gadis itu, sengaja aku buat bangkrut." Nyonya Jeon berdiri sambil menyilang kan kedua tangannya dan menatap punggung putranya yang kini terdiam, sudah pasti putranya itu terkejut dengan apa yang baru saja ia katakan.

"Jungkook-ah ... Kau adalah putra keluarga Jeon, penerus segala bisnis keluarga kita, aku mempersiapkan wanita yang cocok untukmu juga demi kelancaran bisnis kita, Lalisa.. gadis itu cocok untukmu terlebih ayahnya seorang chef terkenal dengan banyak restoran bintang lima, akan sangat pantas ia menemanimu di masa depan."

Jungkook mengepalkan tangannya, dadanya naik turun menahan kesal, ia benci mengetahui fakta bahwa ibunya mengenal ayah Chaeyoung, dan fakta bahwa ibunya menghancurkan bisnis percetakan keluarga gadis itu, yang berarti bahwa penyebab segala kesulitan yang Chaeyoung terima berawal dari ibunya kan, fakta itu membuat emosinya memuncak.

"Kenapa eomma melakukan hal itu? Apa eomma tau bagaimana kesulitan yang sudah Chaeyoung hadapi, bagaimana kehidupan gadis itu berubah dan begitu sulit? Apa eomma tidak merasa bersalah?"

"Bisnis memang begitu, selalu ada yang harus kita singkirkan untuk mendapatkan keuntungan, termasuk perusahaan ayah gadis itu, harusnya kau paham tentang hal itu, hmm... Itulah sebabnya kau harus banyak belajar untuk bisnis keluarga kita, jangan seperti ayahmu yang selalu lemah dan bersikap terlalu hati-hati." Nyonya Jeon berbicara lantang.

"Aku tidak pernah sudi meneruskan bisnis eomma, aku ingin menjadi diriku sendiri, tanpa di atur ataupun di bentuk seperti apa yang eomma mau, anggap saja kau tidak memiliki seorang putra, selamat sore nyonya Jeon, aku pergi." Jungkook berjalan meninggalkan ibunya yang menatapnya dengan sorot terluka, wanita paruh baya itu menutup mulutnya menahan keterkejutan yang baru saja ia dengar dari mulut putranya.

Jungkook pergi meninggalkan rumah itu dengan segala rasa sesak dan amarah di dadanya, sekarang ia bingung harus mengatakan apa pada Chaeyoung setelah ia mengetahui fakta tentang perbuatan ibunya, Jungkook yakin jika Chaeyoung tahu akan hal itu gadis itu pasti akan terluka dan hal buruk yang akan ia terima adalah kemungkinan Park Chaeyoung akan meninggalkan nya, dan Jeon Jungkook benci dengan kemungkinan itu.

"Tidak, Chaeyoung tidak boleh meninggalkan ku."

Jungkook menaiki motor sport miliknya meninggalkan pekarangan kediaman keluarga Jeon, mengarahkan motor itu menuju apartemen Taehyung, benar ia butuh saran Taehyung, atau setidaknya ia harus memenangkan dirinya sendiri, dan Taehyung adalah pilihan terbaik nya saat ini.



***

🖤🖤🖤

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


🖤🖤🖤

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 26, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

HOPE NOTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang