Di saat Zio sedang mencoba untuk merebahkan tubuhnya, mengistirahatkan pikirannya, dan menetralisir rasa kesalnya, tiba-tiba saja ponselnya berdering begitu kencang. Remaja itu dengan segera mengambil ponselnya yang berada di atas nakas.
Malam itu dia merasa terkejut, karena seseorang menelponnya dari Indonesia. Padahal dia selalu memperingati semua perempuannya, agar tidak meneleponnya, karena dia suka terganggu dengan telepon-telepon mereka.
"Ini cewek ngapain sih, ngapain malam-malam begini nelpon? Tidak ada kerjaan apa," ucap Zio melihat ke layar ponselnya, dan disana tertera sebuah nama perempuan yang bertuliskan nama Sintia.
Dengan malas yang benar-benar malas akhirnya dia menerima panggilan telepon tersebut, dia sengaja menerimanya Karena ingin memarahi perempuan tersebut, karena sudah mengganggu jam istirahatnya, memang Zio selalu tidak senang jika ada perempuan yang menelponnya, karena apa? Karena jika dibiarkan perempuan itu akan meneleponnya sesuka hatinya.
Dan itu pasti akan membuat aktivitasnya terganggu. Bagaimana kalau dia sedang bersama wanita lain, dan tiba-tiba wanita yang satunya menelpon dia. Nah itulah yang dia takutkan, karena itu Zio mewanti-wanti semua gadisnya untuk tidak menghubunginya.
"Halo ada apa Sintia? Bukankah sudah aku katakan bahwa aku tidak suka orang menelponku," ucap Zio perlahan namun penuh penekanan, pria itu terlihat kesal saat ini.
Tiba-tiba saja isak tangis terdengar di seberang telepon, Gadis itu menangis dengan meledak, benar-benar membuat Zio terkejut. Ada apa gerangan dengan gadis itu kenapa bisa terisak begitu pilu.
"Kamu kenapa menangis?" Zio bertanya kepada gadis itu, namun gadis itu masih tidak mau menjawab pertanyaannya. Gadis itu masih menangis, tangisannya begitu pilu dan melirih, membuat Zio merasa iba dan sekaligus bertanya-tanya, apakah yang terjadi kepada gadis itu, sampai gadis itu menangis dengan begitu pedih.
"Tia, Sintia. Ayo Katakan padaku apa yang telah terjadi! Kenapa kamu menangis seperti itu? Jangan membuat aku semakin kesal," Zio berkata dengan mengerutkan dahinya, remaja pria itu benar-benar merasa penasaran, jiwa kepo-nya keluar dan membuat dia benar-benar kesal karena Sintia tidak bicara apapun.
Sekali lagi gadis itu tidak menjawab semua perkataan atau pertanyaan Zio, Zio geram dibuatnya.
"Kalau kamu masih tidak mau berbicara, untuk apa kamu menelepon menggangguku seperti ini? Aku mau beristirahat, di sini sudah larut malam, di sini sudah hampir pagi, sudahlah kamu istirahat saja, mungkin iya di sana baru jam berapa tapi beda, aku sedang berada di Belanda perbedaan waktu kita jauh lebih dari 5 jam, kamu berilah aku kesempatan untuk tidur,bjika aku hanya mendengar tangisan seperti ini, apa gunanya coba?" kata Zio dengan suara yang penuh penekanan, ia dibuat kesal oleh gadis yang meneleponnya saat ini, karena dia begitu penasaran sedangkan. Gadis itu hanya terdiam dengan isakannya.
"Jika sekali lagi kamu tidak mau menjawab pertanyaanku, sebaiknya aku tutup saja telepon ini, berarti kamu tidak mau membagi ceritamu padaku, untuk apa kamu menelpon," kata Zio hendak menutup telepon itu. Sedangkan perempuan itu merasa terkejut dengan ucapan Zio.
"Jangan ditutup please jangan ditutup!" lirih gadis itu dengan terisak.
"Oke, aku tidak akan menutup telepon ini, tapi kamu juga harus bicara, apa yang sudah terjadi. Kenapa kamu menangis, kalau bisa cepat katakan aku sudah mengantuk!" perintah Zio kepada Sintia.
Sintia adalah teman kencan Zio, dia bertemu dengan Zio di sebuah club malam di kota B. Mereka pun sempat kencan beberapa kali. Setelah itu mereka sudah tidak berjumpa lagi. Sintia seumuran dengan Zio, dia baru berumur tujuh belas tahun, namun Sintia yang berparas cantik dan seksi membuat Zio benar-benar tidak bisa menahan hawa nafsunya.
Akhirnya dulu dia memutuskan untuk menghabiskan beberapa malam bersama Sintia. Sintia bmengikuti semua keinginan Zio Karena Sintia sendiri adalah anak yang kesepian, orang tuanya sibuk bekerja dan dia habiskan hari-harinya dengan berpoya-poya dugem dan sebagainya.
"Zio, aku hamil Zio, Aku harus bagaimana?" Kata Sintia dengan tangisan yang begitu meledak, wanita itu merasa sangat sedih karena hamil diluar nikah.
Apalagi sekarang usianya masih tujuh belas tahun dan dia baru kelas sepuluh Sekolah Menengah Atas ( SMA ).
"What, kamu hamil Sintia?" Zio merasa terkejut mendengar ucapan dari Sintia. Gadis itu membuat jantungnya berdebar begitu kencang, tapi tidak menyangka Sintia bisa seceroboh itu.
"Iya aku hamil , aku udah tespek sebanyak tiga kali. Aku harus bagaimana, aku harus bagaimana?" tangis wanita itu meledak, dia benar-benar tidak menyangka dirinya akan hamil seperti ini, keluarganya pasti akan menanggung malu. Dan dia sudah tidak mau hidup lagi kalau seperti ini.
Remaja mana yang mau hamil diluar nikah, remaja mana yang mau menanggung malu dan remaja mana yang mau mengandung anak di usianya yang ke tujuh belas. Gadis itu menangis begitu lirih, sedangkan Zio sendiri dia hanya bisa memejamkan mata dengan penuh kekesalan, menetralisir semua amarah dan gejolak dalam jiwanya.
"Siapa Ayah dari bayinmu?" tanya Zio berkata dengan penuh penekanan kepada gadis itu.
"Bisakah kamu menjadi Ayah dari bayiku?" kata gadis itu dengan isakannya.
"Apa kamu gila, mana mungkin aku menghamilimu, kita memang pernah berhubungan, tapi sudah lama sekali, dan lagian saat kita berhubungan, aku selalu menggunakan pengaman," Zio benar-benar kesal pada gadis itu, karena menuduhnya yang menghamili gadis tersebut.
"Bukan itu maksudku, aku tidak menuduhmu menghamili aku, tapi aku ingin kamu menjadi Ayah dari bayiku. Maukah kamu nikahi aku?" Gadis itu berbicara begitu lirih, dia berharap Zio mau membantu dia supaya dia tidak merasa malu, karena ada laki-laki yang akan bertanggung jawab atas kehamilannya.
"Apa kamu gila? Tidak mungkin aku akan bertanggung jawab atas apa yang tidak aku lakukan, itu bukan Bayiku, aku tidak mau bertanggung jawab kepadamu!" Zio langsung menutup sambungan telepon tersebut. Pria itu benar-benar kesal atas permintaan dari temannya itu, bagaimana bisa dia disuruh untuk bertanggung jawab atas bayi yang bukan miliknya.
Sesaat kemudian ponsel itu pun berdering dan dia dikejutkan kembali oleh wanita itu. Wanita itu menelpon lagi dengan terpaksa dia menerima sambung telepon tersebut.
"Ada apa lagi Sintia, aku mau tidur?" kata Zio dengan penuh kekesalan.
"Terus aku harus apa, Zio aku tidak mau hidup seperti ini, aku tidak tahu siapa Ayah dari bayi ku," tangis gadis itu begitu lirih, dia sebenarnya telah berhubungan dengan beberapa pria, dia sampai tidak mengetahui siapa pria yang telah menghamilinya.
"Aku tidak peduli, cari sendiri pria itu jangan bawa-bawa aku!"
Bersambung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jino dan Kisya 2 (Exclusive Di Mangatoon)
RomanceBabak kedua pernikahan Jino dan Kisya. Tentang Jino dan Kisya serta anak-anak mereka tercinta. Semua tentang anak anak Jino dan Kisya, Geovano, Kezia, dan Georzio. Akankah mereka memiliki kisah yang sama dengan kisah kedua orang tua mereka, ataukah...