Belanda.
Pagi itu Vano melihat Zio masih tertidur di kamarnya, dia pun mencoba membuatkan sarapan untuk adik kecilnya tersebut, walaupun cuma membuatkan beberapa roti bakar saja. Tetapi bagi seorang kakak Abang Vano sudah sangat perhatian untuk adiknya. Setelah sarapan sudah tersedia di meja dia hendak membangunkan sang adik, tetapi tiba-tiba saja ada telepon masuk dari Daddy-nya di Indonesia.
Jino berbicara banyak kepada Vano tentang masalah Zio, ini memang sangat pelik dan masalah ini begitu besar untuk keluarga mereka, bukan cuma untuk Zio sendiri karena ini berhubungan dengan seorang gadis yang bunuh diri, dan gadis itu sedang hamil pada saat ini.
Abang Vano merasa sangat kesal dengan kasus ini, tidak mungkin Zio tidak ada hubungan dengan gadis tersebut, tidak mungkin gadis itu tiba-tiba saja menelepon Zio kalau dia memang tidak ada sangkut-pautnya dengan gadis tersebut. Abang Vano mengira bahwa adinya lah yang sudah menghamili gadis tersebut, karena memang hanya Abang Vano yang tahu sifat asli dari adiknya.
Kedua orang tuanya bahkan tidak mengetahui kenakalan sang adik, dia selama ini selalu menutupi kenakalan itu, tetapi adiknya selalu dilindungi dengan alasan bahwa tidak mau membuat hati kedua orang tuanya merasa cemas dan kesal, seperti yang dia alami selama ini, selalu merasa cemas dan selalu merasa kesal karena Zio selalu saja berbuat ulah.
Abang Vano pun segera menutup saluran telepon, tersebut dia sudah mengerti dengan jelas apa yang disampaikan oleh Daddy-nya barusan.
"Anak ini memang selalu berbuat ulah, Ya Tuhan aku harus apa? Haruskah aku beritahukan sikap anak ini kepada Daddy dan Mommy. Haruskah aku memberitahukan watak asli adikku ini kepada kedua orang tuaku. Sudah cukup aku memanjakan dia, kalau sampai kasus ini berhubungan dengan dia maka aku tidak akan memaafkannya, aku akan memberitahukan sifat aslinya kepada Moms and Dad," lirih Abang Vano di dasar hatinya, pria itu dengan segera masuk ke dalam kamar sang adik untuk segera membangunkan adiknya.
"Zio bangunlah!" sahut Abang Vano kepada Zio, namun Zio masih saja tertidur karena semalam dia tidak langsung bisa tidur. Semalam setelah menerima panggilan telepon dari Sintia tidak langsung tidur, walaupun dia memang sudah mengantuk. Entah kenapa dia selalu memikirkan hal lain, pikirannya terlalu selalu saja pusing, Sintia sudah membuat pikirannya terganggu, akibat ancaman bunuh diri yang hendak dilakukan. Karena itulah Zio tidak tidur dengan tenang. Tetapi dia sangat yakin bahwa Sintia tidak akan melakukan hal tersebut, Sintia tidak akan bunuh diri.
"Ayolah bangun dek, kamu terus-terusan tidur. Ada hal penting yang harus aku bicarakan dan ini menyangkut hidup matimu," ungkap Abang Vano kepada Georzio, pria itu sangat ingin adiknya segera bangun dia harus pergi ke kantor sebelum itu dia harus membereskan dulu adiknya.
Dia harus bertanya kepada sang adik apa sebenarnya yang terjadi, dan siapa wanita itu. Karena jika saja ini berhubungan dengan dia maka itu akan sangat sulit, dia akan berurusan dengan kasus hukum, walaupun sebesar apa kenakalan sang adik, tetap saja Abang Vano tidak mau melihat adiknya dipenjara. Abang Vano sangat menyayangi Adiknya walaupun adiknya begitu nakal.
"Zio bangunlah! Cepatlah ini sangat penting, kamu harus bangun, barusan Daddy menelpon Abang, dan membicarakan sesuatu hal yang sangat penting, ini berhubungan denganmu juga berhubungan dengan hukum, aku harus mendengar semuanya darimu sebelum Polisi itu datang menjemputmu," kata Bang Vano kepada Zio.
Akhirnya Ziopun dengan perlahan membuka kedua kelopak matanya. Remaja itu sangat sulit untuk sekedar bangun karena dia masih sangat mengantuk. Tetapi ucapan sang kakak membuat dia memang harus segera bangun. Akhirnya dia pun bangun dengan segera dia langsung ke kamar mandi untuk membersihkan seluruh tubuhnya. Setelah dia mandi akhirnya dia langsung duduk di meja makan yang sudah dinantikan oleh sang kakak.
"Makanlah yang banyak pagi ini, karena setelah ini mungkin kamu tidak akan bisa makan dengan nyaman lagi!" sahut Abang Vano kepada Zio.
"Memangnya ada masalah apa Bang, sepertinya sangat serius?" Zio bertanya kepada Abangnya sambil mengunyah roti bakar tersebut.
"Siapa gadis yang bernama Sintia?" tanya Abang Vano kepada sang adik.
"Dia teman kencanku Bang, tetapi kami sudah lama tidak berjumpa sekitar enam bulan lalu. Memangnya ada apa?" Zio mengerutkan dahinya dari mana kakaknya tahu perihal Sintia.
"Jadi sudah enam bulan yang lalu kamu berkencan dengan dia?" Bang Vano memicingkan tatapan matanya, dia menatap adiknya dengan sangat fokus.
"Jelas aku sudah lama tidak berkencan dengan dia, aku memang sempat kencan dengan dia beberapa kali, kami menghabiskan malam-malam kami di Hotel. Tetapi setelah itu kami bahkan tidak berjumpa lagi karena aku dengar dia memiliki tunangan, aku segera pergi meninggalkan dia karena aku tidak mau tunangannya marah padaku," tutur Zio kepada sang kakak.
"Jadi terakhir kamu tidur dengan dia enam bulan lalu, di mana tempatnya kalian tidur?" tanya Abang Vano.
"Di hotellah Bang, aku tidur cuman dia di Hotel dan kami hanya tidur beberapa kali saja, setelah itu kami sudah tidak berjumpa lagi, ya kalau sampai sekarang terhitung enam bulan. Tetapi setelah itu sudah lost contact," kata Zio sambil meneguk sambil minumannya.
"Terus kenapa semalam kamu menerima telepon dari dia?" tanya Vano kepada sang adik.
"Karena semalam dia mengatakan dia hamil Bang dan dia ingin aku bertanggung jawab, mana mau aku bertanggung jawab atas apa yang tidak aku perbuat, dia hamil bukan anakku, jadi aku tidak mau bertanggung jawab pada dirinya," jawab Zio kepada abang Vano.
"Jadi dia hamil bukan anak kamu, Apa kamu yakin soal itu apa kamu benar-benar jujur kepadaku saat ini?" ungkapan kepada sang adik.
"Bukankah aku selalu jujur kepadamu Bang. Bukankah aku selalu jujur tidak pernah menyembunyikan apapun kepadamu Bang," tukas Zio kepada sang kakak.
"Iya aku tahu kamu selalu jujur padaku, tentang semua yang kamu lakukan dan aku senang dengan itu semua, begini sebetulnya masalah besar telah menghadangmu di Indonesia, kamu akan segera dibawa oleh Polisi jika kamu tidak pulang dan tidak menjelaskan semuanya, Sintia hamil dan Polisi mengira bahwa Sintia hamil anak kamu yang sekarang Sintia sudah bunuh diri, Polisi menuduh kamu adalah penyebab Sintia bunuh diri," kata Abang Vano kepada sang adik.
"Apa Sintia bunuh diri?" Zio merasa sangat terkejut, mendengar ucapan dari kakaknya tersebut, dia tidak menyangka gadis itu sangat nekat sampai benar-benar bunuh diri, semalam memang Sintia mengatakan dia akan bunuh diri. Tetapi Zio tidak menyangka bahwa secepat itu Sintia memutuskan hidupnya, mengakhiri hidupnya Zio tidak menyangka wanita itu bisa berpikiran sempit seperti itu.
🎀🎀🎀
KAMU SEDANG MEMBACA
Jino dan Kisya 2 (Exclusive Di Mangatoon)
Lãng mạnBabak kedua pernikahan Jino dan Kisya. Tentang Jino dan Kisya serta anak-anak mereka tercinta. Semua tentang anak anak Jino dan Kisya, Geovano, Kezia, dan Georzio. Akankah mereka memiliki kisah yang sama dengan kisah kedua orang tua mereka, ataukah...