Di sebuah club malam.
Remaja itu mulai meneguk minumannya, sambil melihat ke arah para gadis, yang sedang meliuk-liuk menari dengan sangat erotis. Senyum berbinar dia pancarkan, tidak di sangka bahwa dia bisa mendapatkan kesenangan seperti ini di Belanda.
Pemuda itu terus meneguk minumannya sambil menonton para gadis seksi yang kini tersenyum dan salah satunya pun mendekatinya. Remaja tujuh belas tahun itu kini terpesona oleh seorang gadis bermata biru berambut pirang, yang kini ternyata telah duduk di pangkuannya.
"Baby, what's your name?" tanya zio sambil memeluk gadis itu. Gadis yang usianya bahkan lebih tua dari pada Zio yang bisa saja gadis seusia dengan Abang-nya, Abang Vano. Tapi Zio tidak mempedulikan hal itu, yang penting gadis situ cantik di matanya.
"My name is isabel, and who are you?" Gadis itu kembali bertanya perihal nama dari Zio.
"Just call me a handsome man," kata Zio sambil mulai bergerak menggeyami tubuh gadis tersebut, tangannya nakal jalan ke sana dan sini, membuat gadis itu kewalahan merasakan sebuah getaran yang luar biasa. Karena kini bahkan tangannya sudah menelusup masuk ke dalam rok gadis tersebut.
Apa yang dibisikkan oleh Zio kepada gadis tersebut pada akhirnya gadis itu mengangguk, lalu berdiri dan mengajak Zio ke satu tempat. Sebuah lorong yang benar-benar gelap, di sana hanya ada remang lampu saja, membuat Zio leluasa, akhirnya Zio mulai beraksi, mulai mengecup gadis itu, dari wajah serta ke leher, mulai beraksi dengan lihainya memainkan organ milik gadis bule tersebut, sehingga garis tersebut meliuk kesenangan, tapi tiba-tiba saja seseorang menarik tubuh Zio menjauhi gadis itu.
Zio tersentak, siapa orang yang berani mengganggu aktivitasnya, hampir saja dia mendapatkan gadis itu, dan itu ternyata adalah sang kakak.
"Pulang!" bentak Abang Vano kepada sang adik, sedangkan Zio hanya bisa tersenyum dengan nakalnya, gadis tersebut lalu segera membenarkan pakaiannya dan berlari meninggalkan Zio dan Vano
"Apa namanya ini bang, jam 10 malam Kenapa aku harus pulang. Aku sedang berlibur dan bersenang-senang," elak Zio kepada sang kakak, namun Abang Vano tidak kalah, dia Lalu menarik tangan Zio sehingga akhirnya kini dia terseret masuk ke dalam mobil milik bang Vano.
"Kamu itu, membuat aku kesal. Selalu saja berbuat onar seperti ini," kata Vano sambil mengemudikan kendaraannya, dia merasa kesal, dia datang ke sini tanpa asisten pribadinya, karena dia mengetahui keberadaan sang adik dari GPS yang terpasang di ponselnya yang tanpa Zio ketahui.
"Aku buat onar apa sih Bang, aku kan cuma bermain-main saja. Lagian aku juga tidak melakukan apapun, aku hanya mengecup saja, Abang sudah datang. Aku gagal bercinta dengan perempuan malam ini," kata Zio menghela napas kepada kakak ipar Kakak tersebut.
"Berhentilah bersikap seperti itu, tujuh belas tahun, kamu masih harus belajar banyak tentang kehidupan, sekolah dengan baik, kamu itu ya... pekerjaanmu hanya seperti ini," bentak Abang Vano kepada adiknya sambil terus mengemudikan kendaraannya.
"Aku laki-laki Normal, mungkin Abang saja yang gak normal, apa yang aku katakan itu adalah semua keinginan laki-laki. Kenapa aku selalu disalahkan," kata Zio kepada sang kakak.
"Berpikirlah seperti anak kecil, karena kamu bukan orang dewasa. Umurmu masih remaja, usia tujuh belas tahun bukan usia yang tua, berpikirlah sesuai dengan umurmu. Jangan berpikir tua seperti itu, lambat laun bisa-bisa aku akan menikahkanmu," kata Abang Vano sambil berdecak kesal pada sang adik.
"Menikah? Aku ya? Menyenangkan sepertinya, aku bisa tidur dengan perempuan setiap hari," kata Zio terkekeh menertawakan ucapan kakaknya dengan begitu mudahnya.
"Aku akan menikahkanmu dengan wanita jelek," kata Abang Vano dengan suara yang pelan, namun penuh penekanan, suara itu masih terdengar jelas oleh Zio.
"Coba saja Abang lakukan itu, maka Abang akan lihat aku memiliki lebih dari tiga istri," kata Zio terkekeh, ucapan Abangnya yang mengatakan bahwa akan menikahkannya dengan wanita yang jelek.
"Ya ampun Zio. Sampai Kapan kamu akan membuat aku pusing, kepalaku seolah mau pecah, mendengar kata-katamu," Vano menghela nafas kesal, dia tidak tahu lagi harus bagaimana. Karena adiknya terus saja melawan perkataannya, setiap perkataan yang diucapkan selalu dibantah dengan jelas oleh sang adik.
"Sebenarnya Abang tidak usah memikirkan aku, aku bisa menjaga diri dengan baik, tidak usah abang ikut-ikut memikirkan tentang kehidupan aku, aku seperti ini aku bahagia. Aku baik-baik saja, dan tidak ada masalah apapun," tutur Zio kepada sang kakak, namun Vano hanya pura-pura tidak mendengar saja, karena permintaan Zio sangat di luar kendali.
Jika dia tidak diawasi maka hidup akan semakin brutal, dan ini adalah tanggung jawabnya sebagai anak tertua menjaga seluruh adik-adiknya dari marabahaya dan sikap yang tidak sopan seperti itu. Dia sungguh tidak menyangka dari mana Zio mendapatkan sifat jelek seperti itu.
Padahal Vano jelas tahu bahwa kedua orang tua mereka saling mencintai dan sangat baik. Tidak memiliki sifat yang arogan brutal slengean seperti Zio.Abang Vano tidak mengetahui masa lalu kedua orang tua mereka. Karena itulah sampai detik ini Abang Vano kebingungan memikirkan siapa sih yang menurunkan sifat jelek seperti itu kepada Zio. Itu sungguh sangat membuat Abang Vano pusing.
Kini sampailah mereka di Apartemen mereka. Vano dan Zio segera naik ke lantai 7 Apartemen mereka. Sesampainya di Apartemen Vano langsung mengunci Apartemen tersebut, tidak akan membiarkan Zio keluar dari Apartemen pada malam itu.
Zio tersenyum miring tatkala sang kakak menyembunyikan kunci Apartemennya.
"Padahal aku tidak akan kabur. Kenapa Abang malah menyembunyikan kunci apartemennya? Bagaimana kalau terjadi kebakaran, aku tidak bisa keluar dari Apartemen ini," kata Jio tersenyum masam terhadap sang kakak.
"Kamu bisa terbang, Zio," ucap Abang Vano sambil masuk ke dalam kamarnya, meninggalkan sang adik sendirian yang masih berdiri di depan ruang televisi.
Zio sendiri akhirnya masuk kedalam kamarnya, dia merebahkan tubuhnya yang benar-benar merasa kesal kepada sang kakak.
"Ahhh... malam ini aku gagal," pria itu menghela nafas kesal. Mengingat dia hampir saja bisa mengajak gadis bule itu bermalam.
Dia benar-benar nakal. Remaja itu tidak memperdulikan hal apapun, yang dia pedulikan hanya kesenangan semata.
"Lama-lama Belanda membosankan, sepertinya aku harus pulang ke rumah Oma saja," ucap Zio dengan penuh kekesalan, tangannya memukul ke arah bantal dan dia pun benar-benar ingin segera pulang ke rumah Oma.
Pria itu benar-benar dirundung kesal yang teramat dalam, karena kegiatannya diganggu oleh sang kakak. Tetapi apalah daya, kakaknya adalah orang yang dihormati selama ini. otomatis remaja itu harus menuruti keinginan sang kakak.
Bersambung...
Halo kakak rindu kah?...
oke jangan lupa ya like dan vote, terus kasih bintang ya kak, makasi banyak sudah menunggu.Salam sayang dariku
Evangelin Harvey
KAMU SEDANG MEMBACA
Jino dan Kisya 2 (Exclusive Di Mangatoon)
RomanceBabak kedua pernikahan Jino dan Kisya. Tentang Jino dan Kisya serta anak-anak mereka tercinta. Semua tentang anak anak Jino dan Kisya, Geovano, Kezia, dan Georzio. Akankah mereka memiliki kisah yang sama dengan kisah kedua orang tua mereka, ataukah...