3

6.8K 295 5
                                    


Kaila merasakan sesuatu yang menusuk ditangan kirinya. Bau obat-obatan pun semakin tercium jelas. Perlahan matanya mengerjap untuk menyesuaikan cahaya.

"Sayang, ada yang sakit?"

Kaila masih fokus mengamati sekelilingnya tanpa menjawab pertanyaan itu. Ternyata ia sedang berada di rumah sakit.

"Ssstt..." desisnya merasakan tangannya yang sakit akibat terpasang infus.

"Sayang, are you okay?"

Kaila tersadar dari lamunannya, ternyata ia tidak sendiri di ruangan ini. Disampingnya ada seseorang yang melahirkannya.

"Bunda..." rengeknya ketika menyadari itu.

Perlahan air mata Kaila menggenang dipeluk matanya. Ia sungguh rindu kedua orang tuanya. Mereka adalah orang tua pekerja sehingga tidak ada waktu yang bisa dinikmati bersama.

"Ya? Bunda panggilkan Dokter dulu ya?"

Wanita itu memencet tombol diatas ranjang Kaila. Kemudian mengusap rambut Kaila dengan sayang. Kaila hanya menatap bundanya dengan seksama.

Beberapa saat kemudian, dokter dan suster yang bertugas merawat Kaila memasuki ruangan, mengecek kondisi Kaila. Setelah semua selesai, Dokter menjelaskan kepada sang bunda dan memberitahukan bahwa kepulangan Kaila akan lebih cepat jika ia banyak beristirahat.

Arion.

Pikiran Kaila mengarah kepada laki-laki itu. kemana dia? Apa ia tidak mengetahui istrinya dirawat di rumah sakit?

Rasa kesal dan marah tiba-tiba saja menguasai hatinya.

"Kai, kamu sudah bangun?"

Itu suara Reta, wanita itu baru saja memasuki ruangan Kaila dengan beberapa kantong plastik ditangan kanan dan kirinya.

"Aku panik banget Kai," katanya ketika barang-barang itu sudah ia simpan diatas meja.

"Aku ngga papa kok Ta."

Kaila tersenyum melihat Reta, wanita itu rela tidak kuliah demi dirinya. Kaila mulai panik ketika dipikirannya terdapat nama Arion. Reta bisa-bisa mengetahui rahasianya kalau saja Arion tiba-tiba datang menjenguknya.

"Kamu juga kenapa maksa kuliah sih kalau lagi sakit?"

"Tugas Pak Guntur,"

Kaila menegakkan tubuhnya. Ia teringat tugas yang diberikan dosennya kemarin. Mati aku batinnya. Ia menuruni ranjang menuju tas kuliahnya.

"Eh.. Eh.. istirahat dulu," kata sang bunda menghentikan Kaila yang hendak berjalan.

"Lihat tangan kamu, di infus! Mau nambah tusukan?" kata Bunda dengan wajah tegasnya.

Akhirnya ia kembali ke posisi semula. Ia menatap Reta dengan mata berkaca-kaca.

"Suda aku kumpulkan kok tugasnya," kata Reta menenangkan Kaila.

"Serius Ta?" lagi-lagi Kaila terbangun dari posisinya. Matanya berbinar dengan senyumnya terpasang lebar.

"Iya,"

**

Hingga sore hari Arion masih belum menampakan batang hidungnya. Bunda dan Reta sudah pulang sejak sejam yang lalu, meninggalkan Kaila sendiri. Mereka mengambil kebutuhan untuk dirinya dan untuk Kaila.

Sejak kepulangan Bunda dan Reta, ia memilih mengistirahatnya diri, tetapi matanya tidak mau terpejam. Dipikirannya saat ini tertuju pada Arion, kemana laki-laki itu sampai-sampai istrinya sakit ia tidak datang merawatnya.

Arion&KailaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang