18

5.1K 264 43
                                    

Matahari masih menyembunyikan sinarnya tetapi kesadaran Kaila sudah terkumpul akibat perutnya yang bermasalah.

Hari ini adalah hari ke-lima Kaila menstruasi. Tidak seperti biasanya, diawal menstruasi kali ini tidak sederas menstruasi sebelum-sebelumnya. Kaila juga tidak merasakan sakit diperutnya. Tetapi ada satu hal yang membuat Kaila penasaran. Setiap harinya volume darah yang keluar semakin banyak, berbeda sekali dengan menstruasi pada umumnya yang seharusnya semakin hari semakin berkurang.

Kini Kaila tengah berada di kamar mandi untuk mengganti pembalut yang dirasanya sudah penuh, padahal sudah hari ke-lima. Sejak kemarin ia juga merasakan perutnya yang sakit. Sakitnya juga 2 kali lebih sakit dari dilep biasanya.

Jantung Kaila berdegup kencang melihat pembalut yang ia pakai.

Banyak sekali gumpalan darah kecil-kecil tetapi satu yang membuat Kaila kebingungan. Terdapat dua gumpalan yang lebih besar dari gumpalan lainnya. Warnanya sedikit keunguan seperti daging yang tidak segar.

Setelah Kaila amati cukup lama dan ia tidak menemukan jawaban, Kaila memutuskan untuk membangunkan Arion dengan berjalan tergesa menuju samping ranjang Arion.

"Mas, Mas Arion."

Suara Kaila bergetar dan sedikit panik melihat Arion yang tak kunjung bangun.

"Ion!" kata Kaila menaikan nada suaranya.

Mata Arion mengerjap mendengar suara Kaila yang terdengar sedikit panik.

"Bangun!" kata Kaila menarik tangan Arion yang masih berbaring diatas ranjang.

Arion yang nyawanya masih belum terkumpul sempurna hanya bisa mengikuti Kaila dengan berjalan sempoyongan.

Sesampainya di kamar mandi Arion kebingungan karena Kaila tak kunjung bicara dan semakin bingung ketika melihat pembalut Kaila yang belum ia bersihkan.

"Bi, jorok banget sih," kata Arion menunjuk pembalut Kaila yang tergeletak diatas lantai.

"Mas, aku ngga tau itu apa," kata Kaila menunjukan pembalutnya.

Mata Arion menyipit melihat isi dari pembalut. Ia masih berdiri disamping Kaila yang saat ini berjongkok menunjukan pembalutnya dan tak mendekati Kaila.

"Apaan?" tanya Arion yang masih belum mengerti maksud Kaila.

"Bentuknya dan warna beda sendiri dari yang lain, aku ngga ngerti," jawab Kaila dengan suara yang bergetar.

Arion berjongkok, mengikuti Kaila dan mengambil alih pembalut Kaila tanpa menyentuh isinya. Ia mengamati lebih dekat isi dari pembalut tersebut.

Setelah cukup lama mengamati dan berpikir, wajah Arion berubah menjadi tegang.

"Kamu ada sakit perut?" tanya Arion dengan suara lembut.

Laki-laki itu sudah meletakan pembalut Kaila diatas lantai kembali. Tangannya beralih merangkul pundak Kaila.

"Enggak, Cuma mens aku kali ini beda dari biasanya," jawab Kaila.

Perempuan itu sama tegangnya dengan Arion, tetapi ia sangat panik sedangkan Arion masih menanggapi dengan tenang.

"Kita ke rumah sakit ya?" ajak Arion yang kemudian meneguk air liurnya.

"Aku kenapa?" tanya Kaila tanpa menjawab ajakan Arion.

"Cuma memastikan semua baik-baik aja, sayang," jawab Arion sembari membenarkan anak rambut Kaila yang menutupi dahinya.

Kaila kemudian menganggukan kepalanya sembari melihat kembali pembalutnya.

Arion&KailaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang