Tak ada air mata bahkan ketika kau pergi. Bukan karena tak sedih, tetapi karena aku telah memperkirakannya. Sudah kubuat sekokoh mungkin pertahanan di pelupuk mata agar tak ada aliran sungai yang membanjiri pipi sewaktu-waktu kau meminta berpisah. Meski tak menangis, bukan berarti hatiku baik-baik saja. Entah berapa lama aku bisa mengumpulkan sibiran hati yang tercerai-berai ini.
Hari ini tepat 42 hari semenjak kau memutuskan rehat dariku. Hari yang sangat berat karena aku harus memaksa diri untuk terbiasa tanpamu. Jujur saja, pada seminggu awal kepergianmu, rasanya tak begitu sulit untuk menghadapi kenyataan. Mungkin karena saat itu masih banyak teman yang mengelilingiku. Tetapi akhir-akhir ini begitu terasa hampa tanpamu.
Tiba-tiba saja namamu melayang-layang di pikiranku beberapa waktu. Apa mungkin aku sedang sangat merindukanmu?
-Tertulis di kota kelahiranku,
15 Desember 2018
pukul 08:11 malam./b.r/

KAMU SEDANG MEMBACA
Perihal Rasa Perihal Kita
PuisiSebab, siapa yang patut disalahkan untuk segala luka dan derita? Mengenai patah dan putus asa? 🔸🔸🔸🔸🔸🔸🔸🔸🔸🔸 © 2019 Belviara