Jam pelajaran telah usai. Sekarang waktunya untuk istirahat. Sheila yang biasanya bersemangat mendengarkan bel istirahat. Kini ia hanya meringkuk di tempat duduknya. Tangannya ia jadikan sebagai bantal. Sungguh Sheila sangat mengantuk.
Sheila merasakan jika bahunya di goyangkan. Dengan tatapan yang masih sedikit mengantuk, Sheila melihat Adit yang tengah memandangnya.
"Ish, ngapain lo?" kata Sheila serak.
"Kamu nggak istirahat, Shel?" tanya Adit.
"Siapa sih lo. Sok kenal!" bentak Sheila.
"Ya tadi kan kamu ngenalin diri," jelas Adit.
"Ya sudah kalau begitu. Kenalin aku Adit." Kata Adit memperkenalkan diri seraya mengulurkan tangannya. Sheila hanya diam tak merespon. Dengan angkuh Sheila melihat tangan Adit, lalu mengalihkan pandangan matanya. Adit yang merasa diacuhkan, menarik tangannya kembali. Cowok itu membuka tasnya yang berwarna hitam kecoklatan. Lalu mengambil kotak bekal berwarna merah. Sheila yang diam-diam memandangi Adit. Sangat jarang dirinya menemui laki-laki seperti Adit. Bahkan dilingkungan sebelumnya ia tidak pernah bertemu sosok seperti Adit. Adit yang merasa diperhatikan oleh Sheila. Ia berkata, "Kamu mau, Shel?"
Sheila melihat bekal Adit. Isinya nasi goreng dengan telur mata sapi. Sheila tersenyum sarkastis, "Gue masih bisa beli makanan lebih dari itu!"
Adit hanya tersenyum. Apalah daya ia yang setiap harinya dibawakan bekal makanan dari rumah buatan Bundanya. Memang makanannya tidak mewah, tetapi bagi Adit masakan Bundanya melebihi apapun.
"Oh ya sudah," ucap Adit. Lalu ia melahap makanannya. Sheila yang melihat Adit makan, jujur dirinya lapar. Sheila tidak pernah sarapan di rumah. Padahal Emmi sudah berkali-kali memberi tahu jika sarapan itu penting. Tetapi Sheila tidak pernah mendengarnya.
Tiba-tiba datanglah seorang cewek yang menghampiri Adit dan Sheila. Cewek itu teman sekelas Adit dan Sheila. Ia datang dengan raut ketakutan. Adit yang menyadari jika temannya itu ketakutan langsung bertanya, "Kamu kenapa, Chik?"
Cewek yang bernama Chika itu yang semula menundukkan kepalanya, menatap Adit gugup.
"Kak Sheila dipanggil sama teman-teman nya di depan," kata Chika takut.
Adit bingung dengan Chika. Dirinya seangkatan dengan Sheila. Lalu mengapa memanggil Sheila menggunakan embel-embel 'Kak'? Rasanya Sheila sudah seperti senior saja.
"Sheila seangkatan sama kita. Mengapa kamu panggil Sheila 'Kak'?" tanya Adit bingung.
"Ya terserah dia lah mau manggil gue apa," timpal Sheila tak suka. Chika menundukan kepalanya. Tangan dan kakinya gemetaran hebat. Seseram itukah sosok Sheila?
Dengan segera Sheila meninggalkan Adit dan Chika. Ia menghampiri ketiga temannya yang sudah menunggu. Chika yang melihat Sheila telah pergi. Menghela napas lega.
⋆
⋆Sekarang Sheila, Jessica, Rebecca, dan Nessa tengah berkumpul di kantin. Mereka berempat tengah memakan bakso. Akan tetapi Rebecca tidak memesan apapun. Hal tersebut membuat ketiga temannya bingung.
"Re, lo kenapa?" tanya Sheila.
"Emang Rebecca kenapa, Shel?" sahut Nessa.
"Ish, lo gimana sih! Dari tadi Rebecca cuma diem," timpal Sheila.
"Tumben juga Rebecca nggak makan? Mau diet lo, Re? Jangan ah. Lo udah kek jarum gitu mau diet," ujar Jessica.
"Alah, mau Rebecca kurus kek. Gemuk kek. Tetep cantik ya!" belas Nessa.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Nerd Boy
Teen FictionAdit, cowok pintar, kesayangan guru, si kutu buku, dan terkenal karena kepintarannya. Akan tetapi, menurut Sheila. Adit baginya seperti boneka nya yang selalu ia permainkan. Sheila, cewek yang terkenal karena kenakalan nya. Namanya pun kerap me...