Sehabis pulang dari sekolah tadi, Sheila yang terkadang diantar oleh Adit, kini ia pulang sendirian dengan menggunakan ojek online.
Sebenarnya Adit tadi sudah menawari Sheila untuk pulang bersamanya, tapi Sheila menolaknya dengan alasan jika ia ada urusan mendadak.
Dan disinilah dirinya saat ini, gadis cantik berambut sepunggung itu berdiri tepat di depan gerbang yang menjulang tinggi.
Rumah dengan nuansa putih-hitam, dengan struktur bangunan tinggi, halaman yang luas ditambah lagi air mancur yang menambah sensasi ketenangan tersendiri. Sheila memandangi rumahnya dulu, dengan tatapan sedih.
Itu rumahnya, sewaktu dulu hubungan orang tuanya masih terikat. Tapi semenjak Arif - yang meninggal dan Maya yang memilih menikah lagi. Membuat Sheila pergi dari rumah ini, lalu memilih tinggal bersama Neneknya.
Mencoba untuk menegarkan hatinya, dengan langkah lemasnya Sheila berjalan untuk menemui Mamanya. Entah mengapa Sheila ingin sekali menemui Mamanya itu, memang baru kemarin Maya menemuinya. Tapi melihat dirinya sendiri menyakiti Sang Ibu, membuat hatinya resah.
Katakan saja kalau Sheila ini anak tak tahu diri dan durhaka.
Setelah menyapa satpam rumahnya, gadis itu berjalan hendak membuka pintu utama. Namun pemandangan yang membuat hatinya sakit luar biasa, membuat pergerakan Sheila terhenti.
Dengan mata kepalanya sendiri Sheila melihat Mamanya yang menangis meronta, di atas lantai dingin. Hati Sheila seperti dihujami jarum beribu kali, sesakit itu rasanya.
"Aku menginginkan Sheila, anakku ...."
"Aku menyesal, aku menyesal. Aku memang Ibu yang jahat," ucap Maya sesegukan.
Dua kalimat itu, dua kalimat yang menghantui pikiran Sheila sekarang. Dua kalimat yang membuat Sheila semakin merasa bersalah. Dua kalimat yang mengiris ulu hatinya, hingga rasanya sakit luar biasa.
Sebisa mungkin Sheila berusaha untuk menahan rasa sesak di dadanya, serta rasa amarah yang berkobar tidak terima.
Hingga melihat kepergian Roni, yang sepertinya menuju lantai atas. Sheila berlari menghampiri Maya, membantunya untuk berdiri.
"Sheila." Nada bicara Maya terdengar serak dan parau.
"Ini kamu sayang?" ujarnya pelan sekali, "kamu ... kamu kenapa disini hm?"
Sheila memandangi Mamanya iba, "Iya Ma, ini Sheila. Anak Mama ...." Maya mengerjapkan matanya tidak percaya, ia takut salah melihat.
"Kita pergi dari sini dulu, keadaan Mama sangat berantakan." Ajak Sheila sambil menuntun Sang Mama berjalan, Maya hanya pasrah, walaupun ini hanyalah mimpi belaka dirinya tidak mau terbangun. Dirinya tidak sanggup untuk menerima kenyataan yang menyakitkan.
Serta ... ia ingin lebih lama melihat Sheila memperdulikannya walau jika ini hanyalah bunga tidur.
***
Rebecca meggelengkan kepalanya saat melihat Kakaknya berkutat dengan laptop milik lelaki itu. Menghela napas, Rebecca menaruh piring berisi donat buatannya sendiri di atas meja.
"Nih makan! Cobain enak gak!"
Adit melirik Adiknya sebentar, lalu pandangannya menuju piring yang ada di sampingnya. Tanpa mengucapkan apapun, ia langsung mengambil dan melahapnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Nerd Boy
Teen FictionAdit, cowok pintar, kesayangan guru, si kutu buku, dan terkenal karena kepintarannya. Akan tetapi, menurut Sheila. Adit baginya seperti boneka nya yang selalu ia permainkan. Sheila, cewek yang terkenal karena kenakalan nya. Namanya pun kerap me...