[bacanya pelan-pelan saja :3]
*
*"Oh jangan-jangan lo cemburu ya?" tebak Sheila, cewek itu hanya ingin menggoda Adit.
"Kalau iya kenapa? Puas kamu?!" ngotot Adit.
Sedetik kemudian, Sheila terdiam. Darahnya mendesir begitu saja, pipinya memanas entah mengapa. Tentu saja ia terkejut dengan perkataan Adit yang kelewat blak-blakan itu. Namun dengan segera Sheila bersikap seperti biasa. Tidak mungkin kan kalau Adit benar-benar cemburu, mungkin saja cowok itu tengah bercanda.
Begitu pula dengan Adit, ia bungkam seribu bahasa. Antara malu dan menyesal telah mengatakan kalimat itu, tapi ia juga tidak bisa berbohong.
"Hh, bullshit!" lerih Sheila menanggapi.
Adit menatapnya dengan tatapan yang tak bisa diartikan. "Itu tadi beneran."
"Ya terus?"
"Ya gitu."
"K— kok?"
"Apa?" Sheila mendecak karena obrolan mereka begitu absurd.
"Udah lupain aja!" titah Adit. Setelahnya ia membuka tasnya dan mengambil buku. Adit membaca buku itu, sebenarnya ia kini sedang menghindari Sheila. Ehm, bukannya apa, Adit mendadak canggung saat ini.
"Idih sok-sokan banget sih lo!" desis Sheila.
"Apanya?"
"Ya elo!"
"Aku?"
"Kalau mau bilang cemburu ya udah bilang aja. Sok-sokan gengsi!" sungut Sheila.
"Siapa yang cemburu sih!" timpal Adit tak suka.
"Lah tadi siapa yang bilang kalau cemburu?" sahut Sheila cepat.
Adit langsung terdiam, ya tadi kan cuma khilaf saja. Mulutnya tadi mendadak tak bisa dikontrol.
Tanpa Adit dan Sheila sadari, mereka berdua kini telah menjadi perhatian seluruh orang yang ada di dalam kelas. Walaupun Adit dan Sheila sudah sering bercek-cok seperti itu. Tapi sepertinya topik kali ini lebih seru dibanding yang sebelumnya.
"Ekhm." Dehamn Sheila menyadarkan Adit yang terdiam.
"Y— ya tadi kan cuma—"
Namun kata Adit itu menggantung. Dahi Sheila mengernyit menunggu lanjutan perkataan Adit itu.
"Terus kenapa kamu juga bawa-bawa Adara sama aku?" tuduh Adit, sengaja ia mengalihkan pembicaraan.
Sheila tersenyum tipis, secara tidak langsung Adit menyuruh Sheila untuk jujur. Tapi tidak semudah itu, ingat gengsi Sheila yang melebihi apapun. Apa jadinya dirinya bak putri harus mengaku dengan orang semacam Adit. Hancurlah harga dirinya itu.
"Ngarep banget gue cemburu sama lo. Cuci dulu tuh muka, terus tidur, mimpi aja sana!"
"Lagian lo jadi orang pede banget, mana mungkin orang kayak gue suka sama lo? Inget ya lo itu cuma cowok cupu!" ucap Sheila keras namun penuh penekanan disetiap katanya.
Adit menghela napasnya, ia sama sekali tidak sakit dengan cacian itu. Dirinya sudah sangat kebal saat mendengarnya. Tapi ia menyesal, sudah bertanya seperti itu. Mana mungkin Sheila akan cemburu dengannya? Seperti perkataan Sheila, sepertinya Adit harus tidur dan mimpi terlebih dahulu.
Memilih menghiraukan ucapan Sheila itu, Adit membuka bukunya kembali. Adit baru sadar jika ia tengah menjadi perhatian di sini. Dirinya sendiri tidak suka jika tengah diperhatikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Nerd Boy
Teen FictionAdit, cowok pintar, kesayangan guru, si kutu buku, dan terkenal karena kepintarannya. Akan tetapi, menurut Sheila. Adit baginya seperti boneka nya yang selalu ia permainkan. Sheila, cewek yang terkenal karena kenakalan nya. Namanya pun kerap me...