f e e l • a l i v e ?

1.3K 184 85
                                    

"Jadi? Bisa tolong jelaskan?"

Younghyun tidak memiliki keberanian yang tersisa untuk menatap Jae. Ia yakin pemuda yang lebih tua kini melemparkan pandangan penuh menghakimi. Karena itu, Younghyun lebih memilih menancapkan perhatiannya pada video yang masih membeku pada layar ponsel. 

Setelah hening beberapa lama, Younghyun menghela napas. "Kau merasa jijik ya?"

"Tidak juga. Aku hanya tidak terbiasa," balasnya, mengedikkan bahu. 

"Tapi tadi kau bilang menjijikkan! Bukankah sama saja?!"

Menempatkan telunjuk pada bibir, Jae mendesis. Memberi isyarat agar Younghyun memelankan intonasi suaranya. "Jawab saja pertanyaanku, bodoh."

Younghyun merengut. "Kenapa kau ingin tahu sekali?" tanyanya, mengerutkan dahi, membalas tatap Jae dengan kecurigaan tergurat jelas pada matanya. 

"Karena aku tidak nyaman! Kita sekamar bareng dalam waktu yang lama dan melihat ekspresimu yang seperti itu membuatku aneh!"

"Kalau begitu jangan lihat aku!"

"Apa boleh buat! Itu terjadi secara kebetulan kok!"

"Aku tak percaya." Younghyun menggelengkan kepalanya sambil bersedekap. "Kebetulan tidak terjadi sesering itu. Kau pasti melakukannya dengan sengaja kan? Seperti, mungkin kau terlalu menyukai suaraku atau penasaran akan penampilanku di atas panggung secara live—"

"Bukankah justru kau yang menyukai suaraku?" Jae memotong, meninggalkan kesenyapan yang mendadak di antara mereka berdua. Pemuda bersurai pirang itu menyaksikan bagaimana wajah Younghyun perlahan-lahan menunjukkan rona merah. Dengan alis terangkat, ia bertanya, "Tunggu, kenapa kau malah memerah?"

"Tidak! Aku—" Younghyun menarik napas, berusaha tenang, "Aku—yah, sudah kubilang, aku menyukai suaramu. Aku mengaguminya saat kau menyanyi, tapi—"

"Sangat menyukainya sampai kau memasang wajah seperti itu?" Telunjuk Jae mengarah pada rupa Younghyun dalam video. 

Seakan seluruh aliran darah mengisi spasi di balik kulit wajah, Younghyun merona. Warnanya semakin pekat, nyaris menyamai kepiting rebus. "A-apa-apaan—"

"Sudah kuduga!"

"Tidak, tidak. Bukan! Kau salah, Hyung! Aku menyukai suaramu tapi not in a kinky way! Bukankah hal yang seperti itu normal?"

"Tidak, kalau mukamu jadi begini."

Younghyun menyisir rambutnya ke belakang, menghela napas panjang. "Terserah jika kau masih menganggap ini," ia menunjuk layar, "sebagai seseorang yang menggemari suaramu dalam hal yang kinky. Tapi, dari sisiku, aku melihatnya sebagai bukti bahwa dikelilingi oleh My Day, teman-teman satu band-ku di atas panggung, membuatku merasa hidup. Rasanya seperti menemukan surgaku tersendiri dan alasanku hidup."

Sesaat, Jae menganga. Bola matanya mengerjap. "Wow. Filosofis sekali" adalah respons yang bisa ia berikan. Satu sisi, pemuda tersebut mengakui jawaban dari Younghyun, melihat dari air muka Younghyun sekarang. Namun, di sisi lain, Jae masih menaruh curiga bahwa pria di sebelahnya itu memang memandangnya sebagai sesuatu yang lebih. 

Jae terkekeh. Ada sedikit kecanggungan di sana. "Oke, oke, aku paham. Maaf aku sudah menanyakan yang tidak-tidak. Aku jadi mengganggumu makan," ucapnya, mengakhiri pembicaraan sambil menggaruk tengkuk. 

"Oh iya, kau sangat mengganggu. Kalau saja kau tidak menghampiriku aku bisa menghabiskan semua ini sendirian." Younghyun nyengir, menunjukkan panci ramyeon yang sudah kosong. "Dan aku tak perlu juga menjawab pertanyaan bodohmu itu."

Jae tersenyum kecil, sedikit tersipu. Ia bersiap untuk melangkah pergi ke kamar, sebelum kalimat Younghyun berikutnya menghentikan kakinya,

"Tapi, terima kasih ya. Untuk ramyeon dan keripiknya. Aku mencintaimu, Jae."

>>>

.

.

Sumpah part ini tuh nggak? Make? Sense? Banget? Kayak? Aneh? Aja? Gitu??

Sebisa mungkin, untuk versi bahasa Indonesia ini, I'm gonna keep it safe and friendly. Jadi tidak ada perubahan rating :")

Btw aku ada bikin ff Jaehyungparkian lagi, judulnya In This Place, We Make It Again. Tentang post-break up nya mereka berdua. Silakan mampir juga ya kakak~

Cloud Nine [Jaehyungparkian] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang