"Tanya apaan?"
Jae mengulum bibir bawahnya. Memorinya membuka berkas yang berisi rekaman suara Sungjin, spesifik pada topik mengenai sikap Younghyun akhir-akhir ini. Susunan pertanyaan telah siap di ujung lidahnya, tetapi semua diurungkan dengan segera. Pernyataan Sungjin kala itu masih berupa asumsi. Kebenarannya harus dicari lebih lanjut dan Jae tak punya bukti yang cukup. Sang gitaris pun yakin Younghyun akan memojokkannya dengan meminta pembuktian.
Karena itu, perlahan, Jae membebaskan lengan Youghyun. "Nggak, nggak jadi."
"Dasar orang aneh." Younghyun mengernyit, dengusan terdengar sinis. "Sudahlah, aku mau ke kamar. Jangan ganggu."
Jae mengangguk pelan. Tanpa bertukar kata-kata kembali, Younghyun meninggalkan hyung tertuanya sendirian di ruang tengah.
.
Setelah berbincang mengutarakan rencana menginap di rumah bibinya selama liburan, Jae menyimpan telepon di atas meja kopi. Dengan televisi yang masih menyala, suara berbisik-bisik, Jae mengempaskan punggungnya. Kepala bersandar pada lengan sofa, membiarkan tubuh melintang sepanjang tubuh sofa. Pandangannya mengarah ke langit-langit, kemudian ke jam dinding, menunjukkan pukul tujuh malam. Jae tidak menyangka, hari libur yang diisi dengan jalan-jalan di tengah dingin, lalu pulang menghangatkan diri sambil menonton serial drama dan membuka Twitter akan membuat waktu cepat berlalu.
Jae menoleh, arah pandang melayang pada acara televisi. Talkshow masih berlangsung, kini menampilkan salah satu video sebuah band di atas panggung, menyanyikan lagu yang amat familier.
"Oh, DAY6," ucapnya sambil menaikkan volume sedikit.
Alunan lagu Hunt berdentum-dentum melalui speaker, kemudian menyusut, digantikan dengan suara presenter. Pria berkacamata itu tidak begitu menyimak apa yang dibicarakan sang pembawa acara. Hanya berpaku pada performa mereka di sana.
Ia melihat dirinya mulai meraih mik, melagukan bagiannya dengan serius. Kamera lekas berganti fokusnya, yaitu menangkap lima anggota secada keseluruhan.
Dan Younghyun menarik perhatiannya. Kepala yang menengadah seakan ingin memamerkan perpanjangan lehernya. Bulir keringat atas kobaran semangat tampak begitu licin terpantul sinar panggung. Bibir yang membuka sekilas. Kelopak mata mengatup erat. Jejari yang menggenggam leher bass menarik instrumen tersebut semakin rapat seakan menyembunyikan sesuatu. Jae tak mau berpikir lebih lanjut tentang posisi bass yang makin menekan bagian perut dan pinggulnya.
Dan ia tak ingin terlalu berfokus pada sesuatu yang membukit di sana.
Video beralih ke cover 'Lost Star' mereka berdua. Nama kanal Jae tercantum di sana. Senyum membentuk di bibir tipisnya melihat Younghyun menyanyikan bagiannya begitu menghayati, bahkan melakukan ad-libs. Kemampuan lelaki tersebut yang jenius dalam berimprovisasi tak pernah gagal membuat Jae tersenyum penuh kekaguman.
Sampai ketika Jae melantunkan bagian reff, Younghyun mulai mengambil bantal kecil dan meletakkannya di atas pangkuan. Bantal yang selalu digunakan Dowoon saat bersantai di situ menjadi alas bagi Younghyun menampung kedua lengan. Gerakan itu terlalu mulus untuk seseorang yang ingin menyembunyikan sesuatu. Bahkan Jae baru menyadarinya sekarang, terutama di detik Younghyun mulai bergerak-gerak tak nyaman. Ia bergeser menjauh, tetapi mendekat lagi beberapa detik kemudian.
Tingkah yang sama sekali tidak disadari baik penonton YouTube-nya maupun sang presenter membuat Jae mengernyit. Ini antara hanya aku yang terlalu skeptis atau memang dia tampak normal di mata orang-orang? Karena tak ada yang menggaris bawahi perilaku Brian yang lebih mirip cacing kepanasan di mataku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cloud Nine [Jaehyungparkian] ✓
Fiksi PenggemarSeirama. Senada. Namun sensasi yang Younghyun rasakan sedikit berbeda. - fluff tapi agak tidak fluff - [DAY6] [WARN: BXB]