Bagian 2

11.2K 1.1K 70
                                    

Zander menjatuhkan puntung rokoknya ke lantai lantas, memijaknya hingga padam. Ia bukannya tidak menyadari perhatian si gadis pirang cantik itu. Sudah terlalu sering Zander menerima tatapan seperti yang diberikan gadis tersebut. Sebagian menginginkan lembaran penghuni kantongnya. Sebagian besarnya menginginkan tubuhnya.

Malam ini lumayan bagus untuknya. Ia mendapat banyak duit, dan jika lebih beruntung lagi juga teman tidur yang seksi.

Meghan. Nama yang sesuai untuk gadis itu. Tanpa Zander menanyakan nama gadis tersebut; Zander bisa tahu siapa namanya. Teman-teman semejanya menghabiskan sebagian besar waktu untuk menceritakan Meghan. Meghan dikenal ramah pada semua pengunjung di rumah judi itu. Hampir semua orang mengenalnya. Tidak ada yang tidak tahu kecantikan gadis itu. Menurut mereka Meghan sudah tidur dengan Igor, namun ada juga yang menyangkalnya. Meghan terlalu bagus untuk si tua Igor. Kalau mau, Meghan bisa mendapat yang lebih baik. Semua tahu Meghan bukan barang murah.

Zander tidak mengenal Meghan. Malam ini adalah kali pertama ia melihat gadis itu. Ia mengakui gadis itu memang cantik. Matanya indah, sesuatu yang bisa ia pastikan sering membuat lelaki terpana dibuatnya. Bibir Meghan membuat Zander ingin melumatnya. Tubuh gadis itu takkan bisa ditolak. Meghan memang teman tidur yang sempurna.

"Kudengar-dengar gadis itu sedang membutuhkan uang." Kata seorang berkepala botak yang ada di meja itu. "Aku menerima kabar itu dari orang yang bisa dipercaya."

"Bisa jadi malam ini dia mencari laki-laki untuk menjadi penyokongnya," sambut seorang yang lain.

"Aku tidak keberatan menafkahinya," ujar lelaki di samping Zander. Mata pria itu melahap Meghan dari kejauhan. "Aku tidak akan beranjak dari kasurku kalau dia ada di sana." Setelah mengatakan itu ia tertawa. "Kau tidak tertarik padanya?" disikutnya bahu Zander pelan.

Zander menarik sudut bibirnya. "Aku lebih tertarik dengan uang di sakumu." Zander tahu pria itu sudah punya anak dan istri. Namun tak sedikitpun dia memikirkannya. Pria seperti itu menurut Zander adalah pria tidak berguna.

"Sialan kau, Bung." Pria itu tertawa keras. "Uang yang kau menangkan masih belum cukup? Kau punya banyak uang. Jangan membuat pria sepertiku ini bangkrut. Sesekali nikmati malammu."

Zander mendengus. "Aku tahu bagaimana cara menikmati malam tanpa kau memberitahuku. Simpan energimu, kawan." Zander meraup uang yang ia menangkan. Dengan kode tatapan seseorang datang menemuinya. Membawa tas tempat uang tersebut. Zander bangkit dari kursi. "Aku selesai," katanya. "Terimakasih sudah mau bermain denganku. Di lain waktu aku akan ikut lagi."

"Besok kami masih di sini," ujar si kepala botak, agak kesal karena kekalahannya.

"Aku berharap aku bisa datang. Aku menikmati bermain bersama kalian."

Zander membiarkan uangnya dibawa oleh sekretarisnya. "Tidak usah menungguku. Aku mungkin tidak pulang. Pastikan uang itu aman. Pergilah." Setelah sekretarisnya pergi, Zander melewati kerumunan orang mencari Meghan. Gadis itu tiba-tiba menghilang.

Zander melirik arlojinya, pukul satu malam. Mungkinkah Meghan sudah pulang. Igor pun tak terlihat. Kemarahan tiba-tiba merasuki dadanya ketika membayangkan Meghan bersama dengan Igor. Kedua orang itu berada di ruangan yang sama, di ranjang!! Tidak!! Zander menggeleng. Kemarahannya tidak pantas. Meghan tak berarti apapun untuknya. Ia tidak mengenal gadis itu.

Zander memang tertarik pada Meghan, lebih tepatnya ingin menghabiskan malam bersamanya. Namun bukan berarti ia punya hak melarang Meghan jika ingin bersama dengan orang lain.

Lama Zander mencari Meghan. Ia bahkan memeriksa toilet demi mencari gadis itu. Satu lagi kegilaan yang terjadi padanya karena Meghan. Ketika arlojinya menunjukkan pukul dua malam, Zander menyerah. Matanya pun sudah mulai mengantuk.

Meghan (Playstore)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang