Bagian 14

7.8K 1.1K 36
                                    

Meghan sedang merapikan tasnya dan bersiap-siap pulang saat David meneleponnya. Ia meletakkan ponselnya di telinga sementara tetap merapikan barang yang tersisa.

"Ya, Dav?" Hari ketiganya bekerja berjalan biasa saja. Sesil merupakan mentor yang baik dan penyabar. Dalam seminggu ini bagian yang paling penting adalah menyesuaikan diri. Untung ada Sesil.  Bukan hanya cantik, wanita itu juga pintar.

"Malam ini sibuk?" tanya David dari sebrang telepon. Hari mereka bersama tinggal menghitung hari. Meghan mengira-ngira, setelah semuanya berakhir, alasan apalagi yang akan digunakan pria itu.

Meghan mengingat-ingat jadwalnya. Ia tidak punya janji dengan siapapun. Sebenarnya ia berencana ke rumah Igor, hanya untuk sekadar berkunjung. Tapi itu bisa dilakukan lain waktu. Semakin cepat urusannya dengan David selesai semakin baik. "Tidak ada. Kenapa?"

"Mau menonton?"

"Hhhmm," Meghan bergumam, pura-pura berpikir. "Film apa?"

"Kau yang pilih."

"Kau yakin?"

"Yakin."

"Ok."

"Kita makan malam dulu."

"Hhhmm," setelah semua barangnya masuk ke dalam tas dan meja kerjanya rapi, Meghan mematikan komputernya. "Jemput aku satu jam lagi."

"Siap, tuan putri."

Bola mata Meghan berputar. "Sampai bertemu."

Ponselnya ia matikan kemudian memasukkannya ke dalam tas juga. Kakinya sudah akan membawanya keluar dari pintu ketika Zander memanggilnya.

Meghan terpaksa berhenti, ia menoleh ke belakang. Penampilan Zander tak serapi pagi tadi. Kali ini tubuhnya yang tegap tanpa jas. Lengan kemejanya pun sudah digulung hingga siku. ''Kau mau pulang?"

Meghan mengangguk. Tasnya sudah ia pegang, mejanya juga sudah rapi, jam pulang sudah tiba. Zander hanya menanyakan hal yang sudah jelas terlihat.

Meghan merasa Zander sedikit berubah beberapa hari ini. Ia tak tahu apa persisnya yang berubah dari Zander, tapi Meghan merasa ada yang berubah darinya. Zander seperti menjaga jarak. Zander tetap baik, meski begitu Meghan tetap merasakan keganjilan pada sikapnya.

"Apakah ada yang perlu kukerjakan lagi?" Sebagai pegawai baru, Meghan tidak keberatan diberi tugas lebih. Dengan begitu dirinya bisa semakin belajar. Ia ingin memiliki pengalaman, agar dikemudian hari tidak asing baginya untuk bekerja di sebuah perusahaan.

"Bukan itu." Walau dengan rambut yang berantakan Zander tetap tampan. Tambah tampan malah. Apalagi ketika wajahnya serius, Meghan tidak yakin dapat menolaknya. "Aku mau mengajakmu makan malam."

Kepala Meghan dimiringkan ke satu sisi, bibirnya yang bergincu tersenyum. "Kupikir kau sudah tidak menginginkanku lagi." Sejak terakhir mereka bersama, Zander tidak mencoba mendekatinya. Semuanya hanya tentang pekerjaan. Makanya Meghan bingung. Ia mengira Zander telah bosan dan mulai berpaling.

Berdehem, Zander menghampiri Meghan lebih dekat. "Akhir-akhir aku sedang banyak pikiran. Aku bukannya tidak menginginkanmu, hanya saja aku memberikanmu waktu untuk menyesuaikan diri."

"Menyesusikan diri?" Pemilihan kata-kata Zander sangat ambigu.

"Kau harus dapat memisahkan antara jadi sekretarisku dan kekasihku. Kupikir itu bukan tugas yang mudah."

"Kau benar, aku harus banyak belajar. Tapi satu hal yang tidak berubah darimu, tak peduli kau jadi bos atau kekasih. Kau penuntut di kedua hal itu."

Senyum Zander mengembang. "Kau langsung mengenaliku, Meg." Rambut Meghan yang hari ini dibiarkan tergerai disentuhnya, terasa lembut di jari-jarinya.

Meghan (Playstore)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang