Mata yang beberapa saat yang lalu terpejam mulai terbuka perlahan. Bias-bias sinar mulai berkumpul membentuk sebuah warna. Putih. Seokjin mengerjab perlahan. Rasa nyeri dikepalanya membuatnya harus perlahan.
“Huweeee doktel, tolong Mommy Chimchim. Huweee Mommy Chimchim tidak boleh meninggal. Huwe Mommy mimim meninggal.. huweeeee....” suara Chimchim yang berteriak histeris membuat Seokjin sontak terbangun.
Di pegangnya pelipisnya sekiranya untuk sedikit mengurangi nyeri di kepalanya itu
“Mommy...” Jimin menggoncang tubuh Seokjin dengan bersemangat.
“Mommy gak jadi meninggal? Holee Mommy macih hidup holeee!!!!”
Dokter yang sedari tadi menenangkan Jimin akhirnya tersenyum. Dibaringkannya Seokjin ke tempat tidur dengan bantuan suster. Sedangkan dokter itu mulai memeriksa keadaan Seokjin.
“Syukurlah, ini tidak lah parah. Nah adik kecil, Mommymu sudah sadar tapi jangan diguncang seperti tadi yah. Mommy butuh istirahat” jelas dokter muda itu.
Dokter bername tag Kang Hyumi itu mengacak rambut Jimin pelan. Seokjin masih belum mengeluarkan sepatah katapun. Jimin hanya memandang Seokjin. Takut mengganggu Mommynya selepas ditinggal dokter dan suster.
“Sssh di-mana aku?” tanya Seokjin terbata
“Di lumah cakit Mommy. Mommy tadi jatuh dali kulsi telus bobo deh. Daddy jadinya bawa Mommy ke lumah cakit. Mommy gwenchana? Tadi Chimchim kila Mommy meninggal. Coalnya kan yang macuk lumah cakit itu yang cakit caja cama meninggal. Mommy kan tadi baik-baik caja”
Seokjin mengernyit sebentar. Sepertinya aura pelupanya menguar kembali. Dan benar saja. Dia lupa mengapa dia bisa ada disini. Seingatnya dia hanya menemani Jimin untuk makan malam. Ah sudahlah lupakan saja.
Cklek
Suara pintu berderit membuat Jimin dan Seokjin menengok ke sumber suara. Di hadapan sana berdiri Kim Namjoon dan seorang yeoja. Seokjin kembali mengernyit memandang yeoja di hadapannya. Seperti mengenal tapi yah lupa. Namjoon berjalan cepat. Memandang Seokjin dengan tatapan kesal dan errr khawatir mungkin
“Ya bocah! Kenapa kau tak bilang memiliki penyakit anemia?” serang Namjoon
“Anemia?” tanya Seokjin.
“Itu nama apaan? Makanan yah?” mata bulat Seokjin mengerjab sebentar
“Ck. Pabo. Mulai sekarang kau bocah harus banyak beristirahat dan juga makan yang banyak. Apa akhir-akhir ini kau melakukan diet? Dokter mengatakan kau kurang mengkonsumsi makanan bergizi.” Cecar Namjoon lagi.
Seokjin hanya menatap Namjoon sebentar. Sebelum akhirnya matanya menelisik kearah yeoja disamping Namjoon.
“Nuguya?” yeoja yang tak lain tak bukan Jisoo hanya tersenyum maklum dan hm apa bisa juga diartikan sendu. Namun sedetik kemudian wajah itu sedikit di keraskan.
“Mommy jauh – jauh cama yeoja itu. Dia nenek cihil. Mommy halus cama Chimchim caja. Mommy Chimchim Cuma Mommy Jin. Nenek cihil tante jauh-jauh dali Daddy” Jimin mendorong tubuh Jisoo dengan cukup keras. Jimin terus berusaha sekuat tenaga.
Jisoo hanya menatap dingin Jimin dan juga mengirim warning ke Namjoon yang tentu saja akan mencegah Jimin mengusirnya
“Mianhe baby Jimin. Tante akan pergi. Ya sudah Seokjin cepat sembuh. Beberapa hari ini aku akan mengizinkanmu untuk alpa dari latihan.” Jisoo akhirnya berjalan keluar. Namun sebelumnya tubuhnya keluar sempurna dari ruangan Seokjin Jisoo lalu berucap
“Namjoon-shi, ingat perkataanku tadi. Jangan sekarang!”
Namjoon menatap tajam Jimin. Putra kecilnya malah berteriak girang saat melihat Jisoo berhasil di usir. Tapi Jimin tak perduli. Yang di inginkannya hanya menemani Mommynya yang dikiranya meninggal tadi. Dasar anak kecil!
KAMU SEDANG MEMBACA
CHIMCHIM, MOMMY AND BALLON
Fanfiction-Coretan NamJin By MOONDESCA - Kim Jimin (3) putra semata wayang Kim Namjoon (25) hanya ingin punya mommy namun Namjoon sang daddy menganggap lelucon niat putra kecilnya untuk mencarikannya mommy baru. Sedangkan Kim Seokjin (17) namja ceroboh, pelu...