Setelah kasus penghianatan yang dilakukan Eka semester lalu, aku sama sekali tidak melihatnya selama memasuki semester ini. Kawanan Pija dan Wani yang biasanya bersama gadis mentel itu juga tidak tahu menahu mengenai Eka.
"Terakhir kali gue chattingan sama dia pas liburan. Dia bilang liburan di kampungnya di Binjai." Wani menunjukkan ponselnya yang menampilkan percakapannya dengan Eka.
Binjai merupakan salah satu Kota di Sumatera Utara. Kota Binjai letaknya tidak terlampau jauh dari Kota Medan, hanya sekitar dua jam perjalanan dari pusat Kota Medan.
"Gue juga sempat kirim pesan ke dia. Tapi ceklis satu sampai sekarang" sambung Pija.
Kami sedang berada di kelas menunggu dosen matkul datang. Teman-teman yang lain juga belum seluruhnya datang termasuk Fina. Kami berempat duduk di posisi tengah, sedangkan gank Rahma ada di barisan depan.
Aku dan Tari saling pandang. Biasanya Eka selalu aktif medsos tapi kali ini tidak postingan sama sekali. Postingan terakhir Instagramnya tiga minggu lalu yang menampilkan dirinya sedang liburan di Kota kelahirannya itu. Instastory yang biasa selalu muncul atas namanya pun tidak ada. Eka benar-benar tidak ada kabar.
"Mungkin dia cuti kali ya" aku sedikit khawatir dengan gadis itu. Walaupun aku tidak menyukainya, tapi rasa kemanusiaanku tetap ada terhadap temanku yang satu itu.
"OMG guys! Liat nih!" Pija menunjukkan ponsel yang menampilkan poto pernikahan orang yang sedang mereka bicarakan.
"Gelaa. Dia nikah?" Teriakan Pija disusul lagi perkataan Tari membuat semua murid yang Ada di kelas memandang ke arah mereka.
"Siapa nikah woy?" Tanya Rahma penasaran. Kami sontak menggeleng. Ini harus dipastikan dulu sebelum beritanya menyebar.
"Gue lagi buka explore an ig, eh muncul ini. Cowoknya masih muda banget cuy!"
"Jangan-jangan MBA?"
"Hush. Harus posthink dulu. Kita harus mastiin ini"
"Ini udah pasti! Poto beginian gak mungkin diedit lah. Yakali!"
Postingan yang menampilkan poto pernikahan diatas pelaminan dengan kedua mempelai diapit oleh keluarganya. Saat membuka ig yang memposting, ternyata dia adalah kerabat salah satu pihak, entah Eka atau suaminya. Suasana sederhana tertera jelas melihat dekorasi pelaminannya yang terlalu simple.
Wajah Eka tampak lebih dewasa dengan make up yang di pakainya. Gaun pengantin berwarna soft blue melekat ditubuhnya yang terlihat lebih gemuk dari terakhir kali aku melihatnya.
"Dia masih 19 kan?" Pija menebak umurnya.
Tari menggeleng "dia udah 20. Gapyear satu tahun"
Aku mengeluarkan ponsel mengecek nomor Eka mencoba untuk menghubunginya. Panggilan tersambung, yang artinya SIM Card nya tidak diganti.
"Di telfon nyambung. Tapi gak diangkat" mereka memandangku sekilas.
"Kayaknya dia malu deh."
"Oh. Nomor gue aja. Kartu internet gue beda sama kartu nelfon" ide Wani cemerlang. Mungkin Eka malu untuk mengangkat panggilanku karena dia menyimpan nomorku.
"Hallo" Wani me loudspeeker panggilannya yang sudah terhubung.
"Ya. Ini siapa?" Suara Eka terdengar serak.
"Gue Wani" tidak ada balasan dari Eka, dia terdiam sejenak.
"Oh. Hai, Wan. Apa kabar lo?"
"Alhamdulillah baik. Lo apa kabar, Ka. Kemana aja? Kok gak masuk?" Eka terdiam lagi.
"Baik juga. Hehe iya nih." Eka terdengar tidak nyaman saat menanyakan alasannya tidak kuliah.
"Lo baik-baik aja kan, Ka?" Tanya Wani khawatir. Wajahnya juga menampilkan hal yang sama.
"Baik elah. Santuy, Wan." Kekehan Eka pasti dilakukan dengan terpaksa.
"Lo dimana Ka?"
"Masih di Binjai nih."
"Sorry, Ka. Lo udah nikah ya?"
Panggilan langsung terputus tanpa dijawab oleh Eka. Kami berempat terdiam memandang kosong ponsel Wani yang tidak lagi terdapat nomor Eka.
"Seharusnya dia gak malu untuk ngakuin udah nikah" komentar Pija. Aku menyetujuinya. Buat apa malu?
"Aah. Gak ngerti deh gue!" Ujar Tari frustasi sambil menggelengkan kepalanya.
Aku menghela napas pasrah. Melihat sekeliling ternyata sudah pada berdatangan. Tapi Fina belum terlihat. Kemana lagi anak satu ini?
KAMU SEDANG MEMBACA
IRA (COMPLETE)
Teen FictionKetua Umum atau bisa dipanggil ketum, memiliki daya tarik yang sangat kuat bagi kaum hawa terutama di jurusan tempat yang menaungi namanya. Suka sama ketum? Sangat biasa. Dekat sama ketum? biasa. Pacaran sama ketum? Luar biasa. Apalagi ketum yang sa...