Resto Mahal Hanya Khayalan

16 2 0
                                    

Wajah Ira yang sudah lumayan segar karena sudah terbasuh oleh air menatap Fina datar yang duduk dihadapannya. Fina hanya bertopang dagu sambil memainkan jarinya mengetuk diatas meja sambil menunggu Yuda mengantar pesanan.

Tatemukai hanya lah hayalan belaka!

Alih-alih Ira merengek meminta pajak jadian di salah satu restoran jepang mewah di kawasan Grand Indonesia yang lumayan dekat dari tempat mereka berjumpa, Fina malah membawanya ke McD yang lokasinya tidak terlalu jauh.

"Bukannya gue gak mampu makan disitu... Tapi emang gak mampu sih" gumamnya membuat Yuda tersenyum geli.

"Coba lo fikir dengan menghabiskan uang jutaan rupiah untuk sekali makan dan cuman jadi poop. Mending dengan uang segitu lo borong nih makanan McD trus dibagiin ke orang yang membutuhkan itu bakalan jadi amal dan pahala. Dan coba lo fikir lagi, yang bener aja lo masuk ke Tatemukai naik sepeda, bau keringat, muka lo butek gitu. Yang ada masih markir sepeda udah kenak usir dikira pengemis!"

"Halah alasan lo. Ngaku aja lo bokek. Kan sesekali gak papa sih makan makanan mahal, apalah lo yang rakyat jelata gak bisa bayarin gue makan disitu.  Lagian itu di mall. Mana tau mereka gue pigi naik sepeda, angkot, mrt, atau mobil" Balas Ira sengit.

"Heh. Anjir nih orang ngatain gue rakyat jelata! Ngaca sonoh! sapa orang yang minta makan sama rakyat jelata!"
Fina malah terpancing emosi.

"Lah kok malah emosi sih?" Raihan menatap kedua gadis itu heran.

"Mandi dulu sono! Muka butek gitu entar gak dikasih duduk sama embaknya, malah disuruh ngepel" Mereka bertiga tertawa sedangkan Ira memandang Fina kesal. Fina dan Yuda juga menggunakan sepeda ke Sudirman tadi pagi. Sehingga mereka bergerombol mencari tempat makan yang dikatakan Ira dengan Fina yang memimpin jalan. Jadilah mereka di McD dengan Fina yang tertawa puas.

Setelah pesanan mereka sampai, Ira langsung melahap ayamnya dengan santai. Dia mau menikmati makanan gratis ini walaupun hatinya sedang kesal.

"Re, kamu biasanya kan kalok makan di McD pesennya banyak, kanu pesen lagi aja pake duit Yuda. Jangan sungkan, tabungannya gak akan jebol hanya untuk bayarin kita makan" Ujar Ira dengan nasi yang masih memenuhi mulutnya.

Raihan langsung tertawa "Bener nih kan, Yud?" Yuda hanya menghela napas pasrah lalu mengangguk. Karena pembawaan Raihan yang santai, dia bisa mudah akrab dengan orang yang baru dikenal seperti Fina dan Yuda. Mereka bisa langsung bercanda seperti sohib lama yang sudah akrab.

"Sama aja kalian berdua!" Cibir Fina membuat Ira terkekeh.

"Jangan pelit sama sahabat sendiri Fin!"

"Serah lo, Ra. Serah!" Ira tertawa puas melihat kedua sahabatnya yang sekarang berpacaran merana.

"Btw, lu kerja dimana, Bang?" Makanan mereka sudah habis, hanya bersisa minuman dan mc flurry yang mulai mencair.

"Dosen di kampus lama" Yuda berdecak kagum.

"Lo udah lamar kerja, Yud?" Yuda menggeleng lalu menatap Ira "Gue lanjut S2 di Singapur"

"Ada yang bakalan ldr nih" goda Ira sambil menatap Fina yang hanya menaikkan alisnya "Ya gitu deh".

⚛⚛⚛

Fina rebahan diatas kasur sambil memainkan ponselnya, sedangkan Ira memainkan game di laptop miliknya. Hujan deras yang tiba-tiba melanda Ibu Kota disiang hari membuat mereka basah kuyup karena hujan turun saat mereka dipertengahan jalan.

Rumah Ira yang duluan sampai dari tiga orang lainnya membuat dia cepat sampai rumah tanpa berlama-lama di bawah guyuran hujan, sehingga Ia menawarkan untuk berteduh di rumahnya sejenak.

Ira mengajak Fina ke kamarnya untuk mandi dan ganti baju, sedangkan dua cowok yang bersama mereka tadi sedang berada di kamar Egi untuk dipinjamkan baju kering. Biasanya jika Ira minta tolong untuk meminjam sesuatu pasti adiknya itu langsung berontak, tapi ketika mengatasnamakan Raihan dan Yuda, Egi langsung dengan senang hati menawari bajunya sebagai pengganti baju yang sudah basah. Dasar!

Mereka sudah duduk di ruang tamu dengan ponsel ditangan masing-masing kecuali Ira yang menatap ketiganya jengah.

"Ini diminum teh panasnya biar badannya hangat" Mama Ira membawa nampan berisi empat gelas teh hijau yang asapnya masih mengepul.

"Makasi loh, Tante. Gak usah repot-repot. Biarin Ira aja yang buatin tehnya" Mamanya terkekeh mendengar penuturan Fina, sedangkan Ira mendelik kesal.

Fina merosotkan badan mendekati meja tamu lalu mengambil gelas bagiannya. Mengaduk tehnya pelan lalu menium air yang sudah tertampung di sendok dan menyeruputnya.

"Haa" Mata Ira menyipit dengan mulut yang mencoba meredakan panas yang sangat terasa dilidah.

"Panas banget"

"Nyokap lo hobi banget ngasih orang makanan minuman yang masih panas melepuh ya, Ra" bisik Ira sambil mengedarkan pandangannya memastikan dirinya tidak ketahuan orang yang dimaksud.

"Iya. Biar lidah lo melepuh jadi gak bisa julid lagi" balas Ira sengit. Kedua cowok dihadapannya mengangkat bahu acuh sambil meniup teh hijaunya pelan lalu menyeruputnya.

"Bang, ini dompet siapa?" Egi muncul dengan dompet kulit berwarna coklat ditangannya.

"Oh punya gue" Egi mengangsurkan dompet itu ke arah Yuda.

"Thanks, Gi. Gak sadar gue dompetnya tinggal"

"Gaada isinya aja pun" ejek Ira.

"Enak aja lo! Gini-gini bisa bayarin lo makan ya"

IRA (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang