Martabak

20 2 0
                                    

Ira melangkahkan kakinya menuju kantin fakultas bersama dengan Fina. Tari yang biasanya bersama mereka harus kerja kelompok untuk membuat hasil penelitian yang akan dipresentase dua hari lagi.

Hari ini hanya ada dua mata kuliah yang masing-masing tiga sks yang dilaksanakan berturut hanya berjeda satu jam di waktu makan siang. Walaupun jeda satu jam, Ira bahkan belum menyentuh bekal makan siangnya karena tugas di matkul pertama belum selesai dan harus dikumpulkan saat itu juga.

Sebelumnya dia sudah mengabari Aji untuk tidak menunggunya hingga sore nanti karena matkul kedua habis di jam menjelang ashar.

Setelah mumet tiga sks berturut-turut, Fina menggeretnya menuju kantin untuk makan siang yang tertunda. Fina memesan ayam geprek dan teh manis dingin, sedangkan Ira hanya memesan teh manis dingin karena bekal yang dibawanya dari rumah masih utuh sedangkan air mineralnya sudah kandas tak bersisa.

"Ini yang buat jadwal gak mikir kali ya! Tiga sks berturut-turut! Dimana otaknya sih?!" Fina meminum tehnya ganas.

Itulah kalimat yang terlontar saat pertama kali siswa kelas mendapat jadwal kuliah. Dan kalimat itu terus terlontar sebelum matkul satu, jeda matkul, dan akhir matkul dua di hari yang sama.

"Lo udah berulang kali ngucapin itu"
Fina mendelik kesal. Ia mulai memakan nasi nya dengan raut wajah kesal.

"Rada kesel sih. Otak gue mumet sampai ke dasar" lanjut Ira.

Fina menjentikkan jari di depan wajah Ira "Nah kan! Ngeluh juga lo. Gue kira lo fine fine aja sama jadwal yang begini"

Ira menghela napasnya pelan "Siapa sih yang gak ngeluh jadwalnya begini, mana dua-duanya pake hitungan, bilingual pula. Mana tahan otak gue yang  sebelas dua belas sama BJ. Habibie"

"Gak sudi opung gue disamain kayak lo" Ira terkekeh mendengarnya.

"Gaada cucu BJ. Habibie​ modelan lu yang anehnya sampai ke tulang"

"Selepe lo sama gue. Entar gue ajak lo ketemu opung Habibie"

"Serah lo deh. Habisin tuh nasi lo! Gausah kebanyakan ngayal" Ira menunjuk nasi Fina yang masih termakan sedikit.

Drrt drrt

Bang (H)aji

Fina melirik ponsel Ira yang bergetar dekat dengannya melotot kaget. Ira segera mengangkat panggilannya sebelum Fina bertanya.

"Lagi makan siang di kantin sama Fina"

"...."

"Gausah, aku naik angkot aja"

"...."

"Okey. Bye, Ji"

Ira menurunkan ponsel dari telinganya. Lalu melanjutkan makan menghiraukan Fina yang menatapnya penasaran.

"Ji ji ji. Yakin nih gue kalau lo dah taken sama Ketum pujaan hati" Fina menunjuk wajah Ira dengan sedotan es nya sambil memicingkan mata. Ira hanya tersenyum manis.

"Gausah senyum-senyum lo. Mau muntah gue". Ira makin melebarkan senyumnya membat Fina memutar bola matanya malas.

"Iya. Baru kemarin malam jadiannya di pesta annivnya orang tua Aji"

"Aji? Gak marah dia lo manggil enggak pake 'Bang' nya?

Ira menggeleng "Dia yang nyuruh". Mulut Fina bergerak membentuk huruf 'o'.

"Akhirnya lo jadian juga sama ketum kesayangan. Peje dong, Ra. Anggap aja sodakoh sama anak kos kayak gue"

"Beli aja apa yang lo mau"

IRA (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang