Pacaran?

19 2 0
                                    

Aku kembali melihat penampilanku dan merapikan di beberapa bagian. Make up yang lebih terlihat dari biasanya dan di padukan dengan dress simple selutut juga high heels lima senti membuatku kagum sendiri.

Malam ini, orang tua Bang Aji merayakan anniversary pernikahan mereka ke 30. Bang Aji sudah mengajakku dua hari yang lalu saat kami makan di kafe miliknya.

"Wih. Mau kemana lo kak?" Egi masuk sambil membawakan ponsel ku yang tertinggal di meja ruang tamu.

"Pesta dong. Gimana? Cantik kan gue?" Aku memutar tubuhku membuat dress ku juga ikut mengembang.

"Hmm" Egi keluar kamar setelah meletakkan ponsel ku di atas kasur. Egi kembali masuk "Bang Aji udah datang".

Aku langsung meraih ponselku lalu memasukkan ke dalam clutch mocca yang serasi dengan pakaian ku.

Bang Aji tampak lebih tampan dengan jas coklat muda tanpa dasi yang mengikat lehernya. Bang Aji melihat kearahku lalu terdiam, mungkin terpesona. Aku jarang sekali ber make up selain ke pesta. Ku akui wajahku sedikit berubah lebih cantik jika memakainya.

Dia tersenyum lalu berdiri "Sudah siap?" Aku mengangguk sambil tersenyum.

"Wahh. Cantik banget kamu, Ra. Serasi banget pakaiannya sama nak Aji." Mama datang langsung merangkul bahuku. Bang Aji hanya tersenyum.

"Saya izin bawa Ira ya tante." Ujarnya sopan.

"Bawak aja. Ira ini jarang banget ke pesta malam begini. Sesekali gak papa lah"

"Kami berangkat ya, ma" aku langsung menyalami mama lalu mencium kedua pipinya. Bang Aji juga menyalami mama, lalu berpamitan.

"Eh gue kira naik motor" Bang Aji membukakanku pintu mobil.

"Yakali bawak cewek pakai dress cantik kayak kamu naik motor" senyumku terbit mendengarnya. Sesaat memasuki mobil, harum kopi langsung terasa. Aku sangat menyukai harum ini, membuat perasaan menjadi tenang.

Selama diperjalanan, hanya lagu yang mengalun di radio yang terdengar. Bang Aji fokus menyetir, sedangkan aku sesekali mengikuti irama lagu dengan mengeluarkan suaraku yang tak seberapa ini dengan pelan.

Kami sampai di depan hotel tempat diselenggaranya pesta. Hotel mewah di pusat kota menjadi sangat ramai karena acaranya ini. Saat memasuki ballroom, aku tertegun melihat dekorasi mewah yang ditampilkan. Bolu bertingkat di tengah podium menarik perhatianku. Acara ini sudah seperti acara pernikahan anak konglomerat. Bukan acara anniversary.

Aku gugup melihat pasangan suami istri yang sibuk menyalami tamu, pakaian mereka tampak serasi dan mewah. Melihatnya saja sudah bisa disimpulkan merekalah pemilik acara ini.

Tanganku terasa hangat saat Bang Aji menggenggamnya. Tangan lebarnya sedikit meremas tanganku saat menyadari kegugupanku.

"Kamu cantik" bisiknya tepat di telingaku. Kalimatnya membuatku sedikit tenang, dia meyakini bahwa tidak ada yang perlu dikhawatirkan.

Lelaki itu menggiringku menuju kedua orang tuanya. Jantungku semakin tak karuan. Tanganku yang menggenggam clutch dengan erat untuk menghilangkan kegugupanku. Aku merasa sangat kecil berada diantara orang 'besar' seperti mereka.

"Ma. Happy anniversary" ujarnya lalu memeluk mamanya lalu papanya.

"Makasih sayang." Senyuman tulus seorang Ibu memang selalu menghangatkan. Aku kagum pada ibu Bang Aji. Kulit wajahnya masih sangat mulus diusianya yang tidak bisa dibilang muda. Ibunya pasti sangat rajin merawat tubuhnya.

Ayah Bang Aji juga masih terlihat gagah, walaupun sedikit kerutan sudah menghiasi wajah kuning langsat itu.

"Ini Kaira, ma" Aku tersenyum lalu menyalami keduanya sambil mengucapkan selamat.

"Hallo Kaira. Cantik banget sih" aku tersenyum malu mendengarnya.

"Sudah lama pacarannya? Kok gak pernah cerita sama papa?"

"Baru aja sih, pa" perkataan Bang Aji membuatku berdebar. Apalagi tangannya sudah berpindah ke pinggang ku, memeluknya posesif.

"Maa.." cowok yang meneriakkan mamanya berlari melewatiku langsung memeluk ibu Bang Aji, lalu ayahnya.

"Eh Bang. Apa kabar lo?" Orang itu adalah Yuda. Dia memeluk Bang Aji lalu menatapku geli "Sahabatku kakak iparku" perkataannya membuat kedua orangtuanya tertawa. Aku hanya terdiam dengan jantung berdebar.

"Kamu sudah kenal dengan Kaira, Yuda?" Yuda mengangguki pertanyaan ayahnya.

"Kai itu teman les Yuda waktu kelas sebelas. Dia juga yang datangin Yuda ke Jogja bareng Harfi"

"Yaudah. Mama sama papa mau nyamperin tamu dulu. Kaira, have fun dengan pestanya ya. Jangan ragu untuk menikmati hidangan."

"Iya tante. Makasih" kedua orang tuanya meninggalkan kami bertiga.

"Apa kabar lo, Kai" Yuda menepuk bahuku.

"Baek dong. Lo apa kabar? Emangnya kuliah libur? sampe bisa ke Jakarta?"

"Bolos sehari aja gak masalah Kai. Gue mah bebas" ujarnya sombong

"Aku ke toilet dulu, Ra" Bang Aji melepas tangannya dari pinggangku lalu berlalu sambil menepuk bahu Yuda pelan.

Yuda mengajakku untuk duduk di kursi yang menghadap podium. Mengambil minuman dari tempatnya lalu memberiku satu.

"Lo udah lama sama abang gue, Kai?"
Aku menoleh ke arahnya yang menatapku penasaran.

"Kenalannya udah beberapa bulan. Tapi gue kenal dia udah lama. Dia kan ketum, jadi famous gitu"

"Aggotanya pada tau kalian pacaran?" Aku mengedikkan bahu. Pacaran? Aku terkekeh dalam hati, entah apa status kami sekarang ini.

"Jangan-jangan kalian belum pacaran?" Tebak Yuda tepat sasaran. Aku terkekeh mendengarnya. Fakta yang menohok hatiku.

Melihatku yang diam saja, Yuda mengajak untuk mengambil makanan yang tersedia. Aku tidak menolak, kami menuju meja hidangan untuk mengambil makanan sesuai dengan keinginan.

Dari tempat ini aku bisa melihat Bang Aji yang sudah kembali berjalan kearahku dengan senyuman manisnya. Merangkulku lalu berbisik

"Habis makan, ikut aku ke taman ya"

IRA (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang