Senasib

19 2 0
                                    


Bahan ajar yang dijelaskan oleh dosen didepan sana diabaikan oleh beberapa mahasiswanya yang duduk dibagian belakang. Sedangkan yang duduk dibagian depan memperhatikan dengan seksama sesekali mengangguk mengerti.

Ira duduk di barisan kedua dari belakang di sudut dekat jendela dengan Fina disebelahnya. Gadis itu sibuk mencoret-coret catatan kecilnya yang berisi jadwal tugas yang harus diselesaikan.

Semenjak masuk ruangan dan duduk di bangkunya, Fina yang biasanya heboh menyambut kedatangannya kini diam. Sahabatnya itu bahkan tidak melirik ke arah Ira dan malah sibuk dengan ponselnya. Wajahnya sama muramnya dengan Ira. Saat penjelasan materi dia hanya bertopang dagu memperhatikan ke depan.

Penjelasan materi selesai. Saatnya kuis, ini lah malasnya matkul Ekonomi Mikro di Hari Senin siang yang panas ini. Setelah lembaran soal dibagikan, semuanya sibuk mencari jawaban, menghitung sendiri, melihat kanan-kiri, lihat Google, dan ada juga yang tidak perduli.

Hanya ada dua soal, mengenai fungsi produksi dan biaya produksi yang keduanya mempunyai rumus yang berbeda. Ketika teman-temannya sibuk mencari di laman pencaharian pada ponsel mereka, Ira malah sibuk membolak-balikkan halaman diktatnya dengan sentakan keras.

"Robek tuh buku nanti" Tegur Fina sambil melirik diktat yang dibuka Ira.

Ira mencoret-coret kertas buramnya untuk mencoba rumus yang ada dan mencocokkannya dengan soal. Kalkulator persegi panjang yang digenggamnya di tekan dengan kesal.

Entah kenapa hari ini moodnya sangat buruk!

"Aakh" Dengan sekali hentakan keras, kertas itu robek memanjang dibagian tengahnya karena gadis itu menggeser pulpennya dengan sangat kuat sambil meletak kasar kalkulator miliknya.

Sontak seluruh teman-temannya menghentikan kesibukannya lalu menoleh dengan tatapan bingung.

"Ada apa itu?" Tanya Pak Nasar yang langsung berdiri ditempat.

"Ra? Kenapa?" Tanya Fina pelan.

Ira memijit pelipisnya lalu berdiri "Maaf, Pak. Saya permisi dulu" Ira menunduk hormat lalu keluar ruangan. Ia tidak perduli dengan nilai kuisnya hari ini, setidaknya hanya sekali dia meninggalkan kuis selama kuliah.

Keadaan toilet sepi. Dia membasuh wajahnya lalu melihat pantulan dirinya pada kaca dihadapannya. Penampilannya masih rapi karena ini masih awal perkuliahan. Hanya wajahnya yang tidak segar.

Pintu toilet terbuka menampilkan wajah Fina yang memandangnya khawatir. Dia langsung menghampiri Ira lalu memegang pundak sahabatnya pelan.

"Lo gak pa-pa?" Ira hanya mengangguk.

"Kenapa? Bete banget tuh muka. Jangan-jangan lo ngambek karena gak gue tegur tadi ya? Sori lah, gue juga bete hari ini"

Fina bercerita sambil mencuci tangannya. "Ada masalah apa? Bang Aji?" Ira tersenyum miris. Dia menghela napas pelan berusaha menghilangkan rasa sesak saat mendengar nama itu.

"Gue putus" Hening menyelimuti mereka. Ira menunduk dengan kedua tangannya mencengkram wastafel.

"Cewek yang lo liat itu... Aji suka sama dia. Anak HMJ semester enam"

"Gila ya! Padahal baru dua bulan gue gak kontekan sama dia, udah punya cewek baru aja"

"Itu tuh! Ketum kesayangan kalian yang selalu dibanggakan!" Sentak Ira keras, membuat Fina memandangnya miris.

"Cowok brengsek kayak dia apanya yang dibanggakan sih?! Padahal yang mutusin kontak itu dia, Fin! Kok jadi kayak gue yang salah? Padahal gue selalu chat dia, coba nelfon dia, lah dianya malah bales singkat banget" Bahunya naik turun mengucapkan kalimat itu dengan emosi.

"Anak HMJ? Pantes wajahnya tuh gak asing"

"Lo gak salah, Ra. Ngapain juga lo mikir lo yang salah? Nangis aja gak pa-pa, gak usah sok kuat. Tapi setelahnya usaha untuk move on walaupun move on gak semudah itu"

"Gue ceramahin orang tapi gak bisa ngelakuinnya sendiri" gumam Fina.

"Lo tau gak? Dipo pacaran sama anak FBS?" Ira melotot kaget mendengarnya.

"Dipo yang selama ini care sama gue, gak taunya pacaran sama orang lain. Semenjak lo usulin belajar bareng sama dia, kita tuh jadi makin dekat. Sering curhat, nganterin gue pulang. Eh gak taunya cuman PHP, bangsat tuh cowok memang"

Ira tertawa miris mendengarnya. Tangannya menepuk bahu Fina pelan tawanya masih belum berhenti.

"Haduh, teman senasib"

"Setidaknya gue gak diselingkuhi"

Dugh

"Aww" ringis Fina saat Ira menyentil dahinya.

"Kalimat lo itu, diselingkuhi. Bikin sakit hati aja deh" Cibir Ira

⚛⚛⚛

Selain kantin, perpustakaan Universitas tak pernah sepi pengunjung. Tempat yang luas dengan dua lantai, ditambah penyejuk udara di setiap sepuluh meter membuat suasa perpus menjadi nyaman.

Biasanya dilantai satu lebih ramai dari pada lantai dua. Karena sistemnya di lantai dua tidak boleh membawa masuk dan meminjam buku, baik itu milik pribadi ataupun milik Universitas. Sedangkan di lantai satu, boleh membawa dan meminjam buku.

Ira sendiri memilih di lantai dua. Hanya membawa ponsel dan earphone, sedangkan tasnya disimpan di locker khusus, menghabiskan waktu jeda ke matkul selanjutnya.

Disinilah dia sekarang. Menatap kosong buku yang diambilnya asal dari rak dengan earphone ditelinga yang tersambung pada ponselnya. Orang pasti menganggap Ira sangat fokus pada bukunya, padahal tidak satu kalimatpun yang dibacanya.

Ira memisahkan diri dari Fina dan Tari, gadis itu bergegas keluar setelah mengambil tasnya sesudah jadwal Pak Nasar habis. Lembar jawaban kuisnya tadi tidak ada diatas meja, yang berarti kertas itu sudah dikumpulkan.

Nasib baik punya teman seperti Tari yang rela menyalin jawabannya ke kertas Ira dan Fina, karena setelah dari toilet tadi, kedua gadis itu malah keluar gedung fakultas meninggalkan kelas yang beberapa menit lagi akan berakhir.

Tok tok

Meja tempatnya meletakkan buku diketuk membuatnya kembali sadar dari lamunannya.

"Diem diem baek lo" Orang itu menarik kursi untuk duduk disebelahnya.

"Gak masuk lo dek?" Ira menatap cowok disampingnya lalu tersenyum.

"Lagi kosong, bentar lagi masuk" cowok itu mengangguk lalu membuka buku yang diambilnya dan mulai membaca.

Ira sudah melepas earphone nya. Dia beralih memainkan ponsel sambil sesekali melirik cowok disebelahnya.

"Bang Re, lo kapan wisuda?" Raihan mengalihkan pandangannya dari buku lalu menatap Ira.

"Kenapa? Mau ngasih gue bouket teddy bear warna pink juga?" Tanya sambil terkekeh.

Ira menghela napasnya lalu tersenyum kecil. "Kagak. Basa-basi aja gue" Raihan tertawa mendengarnya tapi langsung menutup mulutnya sambil menatap sekitar yang menatap kearah mereka jengkel.

"Btw, Bang Aji gimana? Udah jarang banget gue jumpa dia di sekre. Hampir gak pernah pun" Ira mengedikkan bahu. Dia kembali memainkan ponselnya mengacuhkan Raihan yang masih menatap bingung.

"Eh sori dek, Dia kan sama Amel sekarang" Ira menegang ditempat. Raihan tau jika Aji sudah bersama Amel. Tapi dari kapan?

Ira menatap Raihan penuh selidik, cowok itu malah tak perduli dan fokus pada bukunya.

"Lo tau, Bang? Sejak kapan?" Raihan memandang ke arah depan.

"Sejak Amel nolak gue"

Ira tertawa miris. Sudah dua orang yang dijumpainya sedang patah hati. Dan semuanya termasuk dalam cinta bertepuk sebelah tangan.

'Miris banget nasib kita'. Batin Ira




IRA (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang