What's wrong with us?

21 2 0
                                    


"Sekitar sebulan yang lalu gue jumpa Bang Aji di XXI bareng cewek lagi beli popcorn. Gue perhatiin terus sampai mereka masuk ke teater. Mereka tetap berdua. Kebetulan itu malam minggu, gue lagi jalan bareng teman SMA dulu"

Fina bercerita perlahan tanpa emosi. Dia sesekali memberi jeda untuk menyeruput kopi hitam pekat miliknya.

"Yang kedua sekitar seminggu setelahnya and still weekend. Gue lagi kongkow bareng sohib gue di cafe kawasan ciledug. Dan jumpa lagi sama Aji, dengan cewek yang sama. Sesekali pegangan tangan, ketawa, rangkulan."

Benar perkataan Fina, Ira sudah tidak berselera memakan cemilan yang tinggal setengah. Hanya minum seteguk kopi krimernya agar kerongkongannya tetap basah dan tidak terbatuk saat mendengar cerita Fina.

"Dan yang terakhir. Entah takdir apa yang buat gue selalu jumpa dia bareng cewek itu. Kali ini minggu pagi, seminggu setelah kejadian di cafe. Mereka jalan di car free day. Ketawa, rangkulan, pelukan bentar. Sorry to say, Ra. Cewek itu ngecup pipinya Aji"

Ira tidak dapat membendung air mata yang dari tadi ditahannya. Rasa sesak didasanya berhasil membuatnya susah bernafas. Di tambah fakta bahwa mereka sudah sangat jarang berkomunikasi dua bulan terakhir. Kemungkinan besar, Aji pindah ke lain hati.

"Gue pingin banget samperin mereka waktu di cafe, tapi gak enak sama teman-teman gue karena baru aja mau makan. Yang di car free day, udah jalan tuh gue mau nyamperin mereka, tapi adek gue merengek minta jajan. Gak jadi deh"

"Ra. Gue minta maaf kalau perkataan gue bikin lo sakit hati. Gue bisa jamin apa yang gue bilang ini fakta, bukan maksud untuk menjelekkan pandangan lo terhadap Bang Aji. Walaupun gue kenal baik sama dia tapi Gue gak tau cewek itu siapa. Adiknya gak mungkin, karna adiknya cowok. Sepupunya? Saudaranya? Atau yang ada di pikiran kita?

Fina bangkit dari duduknya lalu kembali duduk disebelah Ira sambil mengusap bahu sahabatnya. Ira hanya meneteskan air mata mendengarnya tidak terisak hanya dadanya yang sangat sesak.

"It's okay. Makasih lo udah kasih tau gue. Jujur, hubungan gue sama dia lagi gak baik. Jarang banget komunikasi, pesan gue selalu dibaca tapi gak di bales. Empat hari yang lalu gue ketemu dia di bank. Senyumnya ke gue udah beda, Fin. Disitu gue sadar, bahwa kami lagi gak baik-baik aja" Ira menyeka air matanya pelan. Memandangi orang yang hilir mudik ditengah teriknya matahari.

"Be strong, Ra. Coba omongin baik-baik sama dia. Ajak ketemu, obrolin tanpa emosi"

"Gimana mau ngajak, pesan gue aja cuman di read"

⚛⚛⚛

Seminggu pasca kejadian di kantor Aji berarti tiga hari setelah tahu beberapa fakta dari mulut Fina, Ira berusaha menghindari fikirannya tentang cowok itu dengan aktifitas yang menyibukkan jasmani dan rohani. Sudah selama itu juga, tanda ceklis dua berwarna biru tidak berubah. Artinya Aji sama sekali tidak menghubungi atau membalas pesannya.

Isi pesannya masih sama dengan seminggu yang lalu yaitu mengajaknya bicara. Ira bahkan tidak mengirimi pesan lagi karena (mungkin) Aji sangat sibuk sehingga tidak ingin diganggu oleh siapapun termasuk dirinya.

Tapi sekarang, ponsel Ira menyala menampilkan nama kekasihnya. Ira mempunyai feeling buruk mengenai ini, setelah menenangkan detak jantungnya yang langsung berdegup tak karuan, Ira menghela napas pelan lalu mengangkat panggilannya itu.

IRA (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang