Kejujuran Eka

24 1 0
                                    

Eka melangkahkan kakinya di taman rumah sakit besar di Jakarta. Duduk di bangku taman sambil memperhatikan orang yang berlalu lalang sedangkan ibunya menjaga nenek yang terbaring di ICU. Tantenya pagi tadi mengabarkan ibunya bahwa ibu mereka -nenek Eka- harus dilarikan ke rumah sakit karena serangan jantung.

Eka dan ibunya langsung bergegas menyiapkan pakaian dan langsung memesan tiket untuk pergi ke Jakarta. Dia sangat dekat dengan neneknya, karena beliau yang menemani Eka selama berada di Jakarta yang jauh dari asuhan orang tuanya yang tinggal di Binjai.

Sebelum meninggalkan Jakarta, nenek sudah terkena stroke ringan. Kondisinya yang saat ini belum dikabarkan kepada neneknya, karena takut neneknya akan bereaksi menjadi lebih buruk bagi kesehatan jika mengetahui ini semua.

Dia mengelus perut yang masih rata, kehamilan di minggu ke enam masih belum menampilkan kebuncitan perutnya. Hanya badannya yang sedikit berubah menjadi lebih gemuk.

Eka mengalaminya tiga bulan lalu. Dia terlalu menikmati moment bersama pacarnya sehingga kejadian yang tidak diinginkan terjadi. Hanya sekali mereka melakukannya tapi berdampak besar bagi kehidupan Eka sekarang.

Pacarnya mau bertanggung jawab saja, Eka sudah sangat bersyukur. Makian dan cacian dari orangtua maupun keluarga pasti terdengar, tidak ada satupun yang membelanya. Itu wajar, mereka pastilah kecewa. Anak gadis yang mereka rawat dikotori oleh pacarnya sendiri.

Mereka melangsungkan pernikahan secara tertutup yang dihadiri oleh keluarga saja. Tapi sialnya diantara keluaranya itu, ada yang mengunggah poto pernikahan mereka di akun sosial media. Sehingga teman kuliahnya tahu, dan menelfonnya.

Eka bingung. Dia malu. Saat di tanya mengenai statusnya, Eka langsung mematikan sambungan telfonnya.

Dia ke Jakarta tidak bersama suaminya. Karena Bimo -suaminya- bekerja sebagai karyawan di salah satu showroom mobil di Kota Binjai.

Dirasa cukup untuk menjernihkan pikiran, Eka melangkah masuk menuju ruang ICU tempat neneknya terbaring yang masih belum bangun dari tidurnya.

Melewati kantin yang lumayan sepi, Eka masuk membeli minuman dan makanan untuk dirinya.

Pintu kaca kantin yang tertarik dari dalam membuatnya mematung "Eka?"

⚛⚛⚛

Kini mereka duduk di berhadapan di meja sudut kantin. Eka sedari tadi hanya memandang keluar dari kaca disamping kirinya. Sedangkan gadis di depannya menatapnya lekat.

"Lo apa kabar" Fina memecah keheningan. Eka mengalihkan pandangannya lalu tersenyum tipis.

"Baik. Lo gimana?"

"Baik-baik aja setelah lo tinggal kabur" Eka berdecih lalu tertawa.

"Kesannya gue lagi jumpa mantan aja" Fina terkekeh mendengarnya.

"Lo kapan ke Jakarta? Disini ngapain?"

"Tadi pagi baru sampai. Nenek gue masuk ICU" Fina terdiam. Dia sangat mengetahui jika temannya ini sangat menyayangi neneknya. Pernah sesekali saat Eka masih kuliah, dia izin tidak masuk untuk mengurus neneknya yang drop.

"Gimana keadaan nenek?"

"Belum bisa dibilang baik. Nenek ngalamin serangan jantung terus pingsan sampai sekarang belum bangun" Terlihat jelas rawut sedih di wajah molek Eka.

Fina menepuk punggung tangannya pelan sambil tersenyum lembut "Nenek bakal baik-baik aja. Lo gak usah khawatir" ujarnya menenangkan.

"Thanks, Fin. Lo masih baik setelah apa yang gue lakuin" Fina tersenyum miring. Ia menyenderkan tubuhnya di senderan kursi sambil bersedekap dada.

"Jujur, Gue masih kesel sama lo sampe sekarang. Tega banget lo ngatain hal buruk di belakang kita. Tapi lo itu mantan sahabat gue, jadi masih ada kata 'sahabat' walaupun udah mantan" Eka masih menatap Fina santai tapi tersirat luka.

"Apa kabar mereka?"

"Sehat wal afiat. Si Ira juga udah pacaran sama Ketum pujaan hatinya" Fina terkekeh menceritakannya.

"Wow. Sampein selamat gue ke dia" Fina hanya mengangguk.

"Jadi?" Fina memberikan jeda pada perkataannya.

"Lo udah nikah?" Eka tersenyum miris lalu mengangguk.

"Karena?"

"Gue tau. Sifat lo yang sering kecentilan itu hanya bentuk hiburan diri sendiri, bilang mau nikah cepat hanya untuk membuat konten agar lo didengarkan. Tapi dari hati yang paling dalam, hati lo gak suka untuk ngelakuin itu" sambung Fina.

"Berasa banget gue kayak orang kurang akhlak yang kesepian" Cibir Eka.

"Pasti ada sesuatu di balik pernikahan lo yang mendadak ini" Wajah Eka berubah pias. Jantungnya berdegup kencang seperti orang yang sudah tertangkap basah. Tangannya memilin satu sama lain di bawah meja.

"Dari wajah lo, gue yakin bener"

Eka menundukkan wajahnya, pandangannya kabur karena air yang tergenang di pelupuk matanya "Gue hamil" cicitnya.

Suaranya sangat pelan tapi mampu didengar baik oleh Fina. Dia tahu itu alasannya karena perubahan tubuh Eka yang melebar. Fina sangat tahu perubahan itu kerena kakanya juga pernah mengalaminya. Dia hanya menunggu pengakuan dari gadis mentel yang menjelma menjadi gadis sendu dihadapannya.

"Hanya berbuat sekali, tapi dampaknya sampe sekarang. Gue masih belum siap, gue masih terlalu muda untuk jalani ini semua. Tapi untungnya Bimo mau tanggung jawab walaupun harus dapat caci dan maki dari orang terdekat gue. Gue kalap hari itu, nenek lagi drop sampe harus dilarikan ke rumah sakit. Tante gue malah sibuk dengan pekerjaannya dari pada ngurus ibunya sendiri. Alhasil gue ke kost Bimo untuk nenangin diri, awalnya Bimo hanya meluk, tapi..." Eka terisak dalam tangisnya. Napasnya tersenggal tak kuasa menceritakan lebih lanjut.

Fina bangkit dari duduknya lalu memeluk Eka. Gadis itu menangis dipelukannya, tubuhnya bergetar. Fina mengelus punggungnya lembut sambil menepuknya sesekali.

"Lo kuat, Ka. Lo pasti bisa hadapin ini. Berani berbuat, berani bertanggung jawab"

IRA (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang