Kita hanyalah manusia biasa, tapi berharap ingin masuk Surga, padahal surga bukan untuk orang yang biasa biasa saja, melainkan untuk mereka yang mau meninggalkan kesenangan dunia
~Shafiyah~
"kamu yakin fi bakal pergi?"
Mendengar pertanyaan yang sudah di lontarkan sebanyak 5 kali oleh sang ibu, Shafiyah tersenyum maklum.
"Insya Allah bu, Fiyah yakin. Ibu doakan Fiyah saja semoga Allah selalu menyertai jalan yang Fiyah ambil" Shafiyah menatap ibunya lembut, sambil tangannya menggenggam tangan sang ibu.
Fatimah ibunya Shafiyah meneteskan airmata, tak lupa satu tangannya yang tak di genggam Shafiyah ia gunakan untuk mengelus kepala anak perempuannya itu. "Bismillah, ibu akan selalu mendoakan Fiyah, tanpa Fiyah mintapun. Semoga Allah selalu melindungi Fiyah, meridhoi setiap langkah Fiyah, semoga Allah tidak mencabut nikmat Iman, hijrah dan jihad fiyah"
"amiinn, yarobbal alamin" Shafiyah menghapus airmata yang mengalir dari pelupuk mata sang ibu "Fiyah pergi tidak hanya untuk melaksanakan tugas dunia Fiyah sebagai seorang tenaga pendidik, tapi Fiyah juga akan menjalankan tugas Fiyah sebagai seorang muslim, tugas yang diperintahkan oleh Allah kepada mereka yang mengetahui kebenaran, tugas untuk berdakwah"
"Fiyah juga ingin mencari kebenaran disana bu" kata Shafiyah dalam hati
Kini Shafiyah berganti memeluk sang ibu, "Fiyah ingin berdakwah, menyampaikan kebenaran tentang islam, Fiyah ingin melanjutkan perjuangan Rasulullah, meskipun Fiyah tak sehebat orang orang terdahulu"
"meskipun Fiyah bukan prajurit kuat seperti ayah, Fiyah akan berusaha karena Allah pasti menolong Fiyah, Fiyah akan kembali dengan kebenaran ini janji Fiyah pada ibu" lagi, Shafiyah bermonolog dalam hatinya
Shafiyah semakin mengeratkan pelukan nya pada sang ibu, sadar bahwa ia akan meninggalkan ibunya di sini untuk beberapa waktu yang lama, meskipun berat tapi harus ia jalani, dan ia berharap semoga Allah selalu melindungi sang ibu saat dirinya jauh dipedalaman sana
Fiyah pergi menjalankan tugas nya sebagai guru, ia akan di tempatkan di pedalaman Papua, disalah satu distrik yang ada di Provinsi Papua. Yah memang daerah tersebut sedikit rawan, tapi ini sudah menjadi tugasnya dan ia harus siap dengan segala seriko yang akan menimpanya.
"niat Fiyah Lillahita'ala, dan Allah akan selalu ada bersama Fiyah, ibu jangan khawatir, hidup dan mati sudah di atur. Kita sebagai manusia hanya tinggal mengikuti alurnya saja"
Ibunya kembali menangis, kini Shafiyah mengusap punggung sang ibu pelan
"Fiyah janji sama ibu, kalau ada sinyal langsung hubungi ibu, kalau ada bahaya Fiyah harus segera menghindar sebisa fiyah, jangan nekat nak, dan lagi berhati hatilah saat Fiyah ingin menyampaikan kebenaran disana, karena tidak semua orang dapat menerima kebenaran dengan lapang dada"Shafiyah mengangguk mendengar ucapan sang ibu, "Fiyah akan selalu ingat pesan ibu, Fiyah izin berangkat sekarang ya bu, ibu dan Zahra baik baik disini" kata Shafiyah sambil mengurai pelukannya.
"ibu jangan nangis terus, percayakan semua sama Allah, Fiyah berat kalau harus pergi ninggalin ibu dengan air mata" Shafiyah kembali menyeka air mata yang mengalir dari pelupuk mata sang ibu.
Fatimah tersenyum, berusaha berhenti menangis
"ibu akan baik baik saja Fi, yasudah ayo kita keluar, mobil yang menjemput kamu sepertinya sudah datang, dari tadi nlakson terus"Shafiyah mengangguk, kemudian ia membawa tas ransel yang berisi pakaian dan keperluan lainnya sambil di bantu oleh sang ibu keluar dari kamarnya, ia menghampiri sebuah mobil Toyota Avanza yang terparkir di depan rumahnya.
"Fiyyy lama banget keluarnya, kita udah nunggu lama tau" teriak Nita sahabatnya yang berprofesi sebagai guru juga dari dalam mobil.
"iya sabar Nittt, aku pamit dulu sama ibu"
Shafiyah kemudian kembali memeluk ibunya "Fiyah pergi bu, ibu doakan Fiyah, dan ibu baik-baik disini sama Zahra"
"ibu akan selalu doakan Fiyah, Insya Allah ibu dan adikmu baik disini, sudah sana, teman teman kamu sudah nunggu lama"
Aisyah mengurai pelukannya dengan Shafiyah
"Fiyah pamit bu Assalamualaikum"
"waalaikumussalam, hati hati nak"
Setelah itu Shafiyah masuk kedalam mobil, tasnya sudah ia masukan terlebih dahulu kedalam bagasi, ia melambai pada sang ibu saat mobil itu mulai melaju.
Bismillahirrahmanirrahimi
Fiyah pergi untuk memenuhi tugas Fiyah sebagai seorang tenaga pendidik, tetapi Fiyah juga membawa misi lain dalam perjalanan Fiyah ini, yaitu untuk mencari kebenaran. Ibu tolong restui putrimu ini, doakan selalu Fiyah di sepertiga malam, semoga Allah memberi perlindungan kepada kita semua. Amiinn...Bersambung.....
Hello gengs, apa kabar kalian... Salam kenal dari aku si penulis yang baru merintis, jadi mohon dimaklumi kalau masih banyak kekurangan dalam cerita ini. Karena sejatinya kesempurnaan hanya milik Allah saja.Aku sangat menerima kritikan dan saran dari kalian semuaaa.
Jangan lupa voment. Makasih😄
KAMU SEDANG MEMBACA
Shafiyah
General FictionPerjalan Shafiyah ke pedalaman papua tidak hanya menghantarkannya menjadi tenaga pengajar saja, namun dibalik itu ia mempunyai misi lain. Hingga takdir mempertemukannya dengan Kapten Zidane Al Rahman N, seorang kapten dari grup 2 Kopassus yang tern...