"Bahkan dalamnya lautan tak sebanding dengan dalamnya kasih sayang Allah pada hambaNya,
Dan luasnya samudra, tak sebanding dengan luasnya rahmat Allah pada hambaNya,
Maka dari itu, janganlah kamu berlepas tangan dariNya,
Karena sejatinya, Allah lah tempat berpulang satu-satunya".~Shafiyah~
Shafiyah terbangun tepat pukul 3 pagi, ia melirik ke arah Nita yang masih terlelap. Kemudian ia bergegas untuk melaksanakan shalat tahajud.
Selesai shalat, ia memutuskan untuk merebus ubi ungu yang diberikan oleh salah seorang ibu dari calon anak muridnya semalam, sebagai menu sarapannya dan Nita.
"kayanya aku masukin ubinya kebanyakan deh, Nita sama aku kan ga makan sebanyak ini" Shafiyah berfikir sejenak, mau kemanakan ubi sebanyak ini? Kalau tidak termakan mubadzir sekali fikirnya, saat ia tidak sadar memasukan semua ubi ke panci rebusan yang sudah tersedia di dalam honai.
Tak terasa, ubinya matang tepat saat masuk waktu subuh, sebelum pergi sholat shafiyah mengangkat terlebih dahulu ubinya, kemudian ia letakkan di atas piring plastik yang sengaja ia bawa dari rumah.
Setelah Shafiyah selesai melaksanakan shalat subuh, ia segera membangunkan Nita.
"Nita, bangunnn" kata Shafiyah sambil menggoyangkan bahu Nita.
Nita menggeliat "apasih mahhh ngantuk ah, 5 menit lagi"
"bangun nit, nanti kita terlambat ke sekolah, perjalanannya jauh" lagi, Shafiyah berusaha membangunkan Nita.
Nita tak menjawab, ia malah menaikkan selimut sampai kepala.
Melihat itu Shafiyah menggelengkan kepalanya, benar-benar Nita ini.
"Nita! Ayo bangun! Ihhhh dasar kebo" dengan sangat terpaksa Shafiyah menarik Nita agar terbangun, dan ya itu berhasil.
"ckc, lo tuh Fii, ganggu orang tidur aja, awas! gue mau tidur lagi" Nita akan segera merebahkan dirinya kembali, namun secepat kilat Shafiyah menahannya.
"Gak ada tidur lagi, kamu lupa? Kemarin pak Martinus bilang dari sini ke sekolah itu 1 jam perjalanan, mau kesiangan?, ini udah jam 5 Nita!, belum kamu siap-siap, belum makan, belum dandan, belum ngeluhnya, bisa-bisa kita sampai di sana pas dzuhur"
Nita hanya memutar bola matanya malas, ia langsung bangun untuk menghindari ceramah Shafiyah yang akan sepanjang jembatan Suramadu.
"mau kemana?" tanya Shafiyah
"nyari jodoh, siapa tau jodoh gue udah ada di depan"
"serius Nita!"
"bawel lu pagi-pagi, gue mau mandi"
Setelah itu Nita langsung pergi, sementara Shafiyah karena ia sudah siap sejak pagi tadi, ia mengambil ubi yang tadi dimasaknya.
Ia membagi ubi itu dalam dua piring plastik. "kasih ke siapa ya?" fikir Shafiyah, kemudian ia keluar dari Honai dengan membawa satu piring ubi, berharap bisa menemukan orang yg bersedia menghabiskan ubi itu.
Dan sungguh pilihan yang tepat ia keluar Honai, di ujung sana ia melihat para tentara yang kemarin, segera saja ia melangkahkan kakinya untuk menghampiri mereka.
Baru saja para tentara itu selesai melaksanakan shalat subuh berjamaah, saat Shafiyah sudah sampai di tempat mereka.
"loh ada ibu guru toh" kata salah seorang sersan dua yg setau Shafiyah bernama Afrizal Hidayattulloh
Mendengar itu, semua tentara menoleh ke arah Shafiyah, membuat ia jadi begitu malu dan gugup.
"ada perlu apa nak Shafiyah ini pagi-pagi kemari?" kali ini seorang prajurit kepala yang setau Shafiyah bernama pak Hermawandito bertanya padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shafiyah
General FictionPerjalan Shafiyah ke pedalaman papua tidak hanya menghantarkannya menjadi tenaga pengajar saja, namun dibalik itu ia mempunyai misi lain. Hingga takdir mempertemukannya dengan Kapten Zidane Al Rahman N, seorang kapten dari grup 2 Kopassus yang tern...